Share

Bab 3

Author: Qiana
Revan benar-benar memesankan pakaian satu lemari penuh.

Model-model terbaru dari berbagai merek mewah, bahkan edisi terbatas global.

Aksesorisnya juga lengkap.

Selina hanya melirik sekilas lalu mengabaikannya tanpa antusiasme sama sekali.

Tujuan berbelanja tidak terletak pada hasilnya, melainkan pada prosesnya.

Sama seperti pernikahan.

Selina mulai kecanduan belanja online.

Setelah menerima laporan dari pelayannya, Revan hanya tertawa dan membiarkan Selina berbuat sesukanya.

Selina membeli berbagai macam barang.

Dalam tiga hari, paket-paket terus berdatangan ke pintu.

Selina pun menemukan hobi baru.

Membuka paket.

Di tengah kesenangan barunya, dia akhirnya menerima flashdisk USB yang dikirim anonim.

Paket flashdisk USB itu tidak menarik perhatian sama sekali karena bercampur di antara paket-paket lain.

Selina menyimpannya diam-diam.

Hari itu, dia berani masuk ke ruang kerjanya terang-terangan saat Revan sudah di kantor.

Pelayan bernama Liana yang bertugas membersihkan ruang kerja mengikuti setiap langkahnya. Katanya, agar siap melayani kapan pun dibutuhkan.

Selina semakin curiga.

Para pelayan di rumah itu tidak hanya mengurus pekerjaan rumah, tapi juga ditugasi Revan untuk memantau kegiatannya.

Selina tidak marah. Dengan suara lembut, dia memerintahkan Liana untuk membuat kopi.

Setelah Liana pergi, dia segera menyalakan komputer Revan, memasukkan flashdisk, dan menjalankan program.

Prosesnya tidak lama.

Liana kembali membawa kopi saat proses hampir selesai.

Selina pun melangkah maju dan mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tapi tidak sengaja membuatnya tumpah.

Tangan pucatnya langsung memerah.

Liana tampak ketakutan. "Nyonya, kamu nggak apa-apa?"

Revan sangat sayang kepada Selina. Lecet sekecil apa pun bisa membuat Revan khawatir berhari-hari.

Suatu kali, Selina pernah tertarik belajar merangkai bunga dan tidak sengaja tertusuk duri bunga mawar. Sejak itu, tidak ada lagi bunga-bunga berduri di taman belakang rumah.

Seorang pelayan yang menabrak Selina dipecat pada hari itu juga dan dilarang datang ke kota itu lagi.

Revan bukan orang yang lembut atau santai, kecuali kepada orang-orang yang dia sayangi.

Di dunia bisnis, cara kerjanya yang tegas dan brutal membuatnya dijuluki "Iblis Nirwana".

Para pelayan di rumah itu sangat takut padanya.

Selina menenangkan Liana, memerintahkannya untuk mengambil salep luka bakar.

Saat Liana mengambil salep, dia buru-buru mencabut flashdisk yang baru saja selesai menjalankan program.

Setelah mengoleskan salep, dia meminta bantuan Liana untuk mencari beberapa buku tentang investasi, lalu kembali ke ruang kerjanya.

Kali ini, Liana tidak memaksa untuk menemaninya.

Selina menutup pintu, menyalakan komputer, dan memasukkan flashdisk itu.

Sebuah folder baru muncul.

Telapak tangannya basah karena keringat, membuat mouse-nya licin saat digenggam.

Dengan napas tertahan dan jari gemetar, Selina membuka folder itu.

Di dalamnya memang terdapat foto-foto.

Semuanya foto Cindy.

Dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Dari masa kecil hingga tumbuh besar.

Ada juga dua foto Revan dan Cindy bersama, pada usia yang berbeda.

Pandangan Revan selalu terpusat pada Cindy, baik itu lirikan dari samping maupun menatap dari atas.

Tatapannya dalam dan gelap, menyembunyikan perasaan terpendam yang mengalir tak terkendali meski sudah disembunyikan.

Jari-jari Selina bergemeletuk, dan detak jantungnya bergemuruh seperti guntur di telinganya.

Perasaan Revan kepada Cindy ...

Ini bukan foto tersembunyi, tapi perasaan Revan yang kotor dan tersembunyi kepada Cindy!

Setelah rasa terkejutnya surut, Selina merasakan kegembiraan yang tidak dapat dijelaskan dalam hatinya.

Jika digunakan dengan benar, foto-foto ini akan menjadi senjatanya!

Sayangnya, dia belum menemukan foto tentang lima tahun lalu yang disebutkan Revan.

Tetap saja, terburu-buru itu tidak baik.

Dia punya waktu tiga bulan. Dia akan menemukannya!

...

Jumat malam.

Revan yang gila kerja, mendadak pulang kerja lebih awal.

Beberapa malam ini, Selina tidur di kamar tamu di samping ruang kerja. Dengan alasan sedang mengerjakan karya barunya.

Mereka tidur terpisah.

Hal ini pernah terjadi sebelumnya, tapi tidak pernah lebih dari dua atau tiga malam.

Kali ini, sudah hampir seminggu.

Dilihat dari situasinya, Selina tidak menunjukkan niat untuk kembali ke kamar utama.

Jadi, Revan ingin bicara dengannya.

Tidur terpisah merusak keharmonisan pernikahan.

Revan memesan ruang pribadi di sebuah restoran Barat.

Diiringi musik yang merdu, bunga iris berwarna biru, ungu, kuning, dan putih berayun dalam cahaya lilin.

Revan menyerahkan kotak perhiasan beludru ungu yang indah kepada Selina. Senyum tipis menghiasi bibirnya. "Surprise! Ini hadiah untukmu. Semoga kamu suka."

Selina terhenti sejenak, lalu mengulurkan tangan untuk menerimanya dengan tawa riang. "Hari ini hari spesial apa? Kenapa aku dapat hadiah lagi?"

Revan sangat sering memberinya hadiah sejak awal menikah. Disertai alasan-alasan spesial yang begitu banyak sampai dia lupa.

Selina dulu sangat suka kejutan romantis ini, menikmati rasa dicintai dan dimanjakan oleh Revan.

Sekarang, dia hanya merasa sedang diolok-olok.

Revan tersenyum. "Sebagai hadiah karena komikus hebat kita sudah kerja sangat keras akhir-akhir ini."

Melihat Selina masih belum membuka kotak itu, dia mendesak, "Ayo dibuka!"

Selina tidak tertarik, tapi dia tetap membukanya dan tiba-tiba terkejut.

Tampak sebuah set perhiasan berlian kuning di atas kain beludru ungu, berkilau indah di bawah cahaya lilin.

Selina pernah menonton drama yang tokoh utamanya mengenakan perhiasan berlian kuning. Dia saat itu memuji perhiasan tersebut dan mengatakan bahwa warna kulitnya cocok untuk mengenakannya.

Revan saat itu sedang di balkon sambil menelepon.

Dia tidak menyangka Revan memperhatikan hal sekecil ini.

"Aku pesan khusus untukmu. Kamu suka nggak?" tanya Revan penuh kasih sayang.

Tenggorokan Selina tercekat, dan dia mengangkat matanya, menatap Revan. Menerima tatapan mata Revan yang dalam dan gelap, rasa sakit yang tajam menusuk dadanya.

Bagaimana caranya dia bisa pura-pura begitu sayang kepada wanita yang tidak dicintainya?

Revan mengira Selina kehabisan kata-kata karena terlalu tersentuh, jadi dia tertawa pelan, lalu bangkit berdiri dan berjalan ke belakang Selina. "Sini, kubantu pakai."

Selina ingin menolak, tapi sudah terlambat.

"Sayang, berkarya itu bagus, tapi tetap perhatikan suamimu juga." Setelah memakai kalung itu, Revan mendekatkan wajahnya ke telinga istrinya, "Setiap malam sendirian. Aku nggak bisa tidur nyenyak satu minggu ini!"

Napas yang hangat menyentuh daun telinganya. Sentuhan jari yang lembut memainkan rambutnya dan menelusur hingga ke lehernya, menimbulkan getaran kenikmatan yang membuat menggigil.

Suaranya bercampur antara iba dan menggoda, sangat memikat hati.

Dulu, Selina pasti akan terpesona di bawah kendalinya.

Namun kini, Selina merasa mual memikirkan tidur sekamar dengan Revan.

"Beri aku waktu beberapa hari lagi," bisik Selina pelan. Bulu matanya mengerjap di bawah cahaya lilin. "Mumpung inspirasiku sedang penuh, sayang kalau dilewatkan. Ini kesempatan langka."

Revan tertegun, tidak menyangka Selina akan menolak.

Sekilas tampak kekecewaan di matanya. Dia kembali duduk dan bergumam sambil tersenyum masam menertawakan diri sendiri, "Sepertinya, aku masih harus berusaha lebih keras untuk mendapat posisi terpenting di hati Selina."

Selina hanya tersenyum tanpa menanggapi.

Revan tidak membujuk lagi.

Temperamen Selina memang baik. Dia biasanya selalu lembut dan patuh.

Namun, begitu dia mengambil sebuah keputusan, bahkan sang dewa pun tidak bisa mengubah keputusannya.

Di tengah-tengah makan malam.

Manajer restoran datang tergesa-gesa. "Pak Revan, ada Pak Surya dan keluarganya di depan. Mereka sudah diberi tahu kalau kamu memesan seluruh restoran, tapi mereka nggak mau pergi. Katanya ingin bertemu Nyonya."

Revan melirik Selina.

Senyum Selina yang tadi perlahan memudar akhirnya sirna sepenuhnya. Dia meletakkan pisau dan garpunya, kehilangan selera makan.

Revan mengerutkan kening dan bertanya, "Mau pindah ke tempat lain?"

Selina mendengus. "Dia mau bertemu denganku? Biarkan saja mereka masuk."

Keluarganya sudah melepas topeng munafik mereka setelah dia tertimpa masalah lima tahun lalu. Saat psikisnya sedang lemah, mereka menipunya untuk menandatangani surat kuasa kepemilikan saham. Setelah itu, mereka memperlakukannya dengan penuh penghinaan, bahkan hampir membuatnya mati.

Setelah dia menikah dengan Revan, mereka ingin menjilatnya lagi.

Selina dulu selalu menghindar.

Dia tidak ingin terjerat masa lalu dan hanya ingin hidup di masa sekarang.

Kini, dia memutuskan untuk menyelidiki kembali insiden lima tahun lalu. Karena itulah, dia memutuskan untuk tidak menghindar dari keluarga ini lagi.

Lagi pula, sudah waktunya dia mengambil kembali apa yang menjadi haknya!

Revan memberi isyarat diam-diam kepada manajer restoran.

Surya Yudhan bersama istri dan dua anaknya masuk, menyapa Revan dengan ramah, lalu menatap Selina.

"Selina, keluarga kita sudah lama nggak makan bersama. Kebetulan kita bisa ketemu di sini, kenapa nggak makan bersama sekalian?"

Selina mengangkat kelopak matanya, menatap kehangatan palsu Surya. Senyumnya tipis, hampir seperti mengolok-olok. "Boleh!"

"Kebetulan, kita bisa sekalian bicara tentang saham yang ditinggalkan ibuku untukku."

"Pak Surya, kamu sudah menyimpankan saham itu atas namaku selama lima tahun. Kapan kamu ingin mengembalikannya?"

Ekspresi empat orang itu serentak berubah.

"Kamu mungkin belum tahu. Kalau aku nggak ambil alih perusahaan itu sebelum ulang tahunku yang ke-26, saham peninggalan ibuku akan dilelang paksa."

Ulang tahunnya kurang dari tiga bulan lagi.

Ini juga alasan penting mengapa Selina memberi dirinya tiga bulan untuk bercerai dari Revan.

Sebelum bercerai, dia ingin memanfaatkan pengaruh nama Revan untuk membuat Surya mengembalikan sahamnya. Tentu saja disertai bunga!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh   Bab 100

    Selina memerintahkan Junia untuk mengantar kepergian Revan, lalu langsung menuju kantor Surya.Surya sedang santai meneguk teh, membayangkan Grup Yudhan bertransformasi menjadi perusahaan besar dengan bisnis yang tersebar di seluruh dunia.Melihat Selina masuk, dia buru-buru berdiri dan menuangkan secangkir teh."Sudah sepakat dengan Pak Revan, 'kan?" Surya tersenyum lebar seperti bunga matahari.Asal dia bisa mendapat kerja sama dengan Grup Nirwana, tidak akan ada seorang pun di perusahaan ini yang mengatai dia kaya dari hasil kerja keras istrinya!Selina mengangkat cangkir teh di depannya dan meletakkannya lagi tanpa minum. Bibirnya separuh tersenyum. "Pak Surya, kamu memang semakin pelupa."Senyum Surya membeku di wajahnya menatap Selina, diwarnai rasa bingung dan gelisah.Apakah Selina ingin mengajukan syarat lagi?Selina tertawa pelan. "Pak Surya, dalam rapat manajemen senior tadi, bukannya kamu suruh aku pulang dan istirahat sebentar?"Setelah diingatkan, Surya terngiang perkataa

  • Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh   Bab 99

    Selina mengambil kontrak tersebut dan berkata dengan lugas, "Kontrak ini harus ditinjau oleh tim legal perusahaan kami dulu sebelum kami bisa tanda tangan."Berbeda dengan Surya, dia tidak terburu-buru tanda tangan begitu melihat kontrak.Waspadanya sangat tinggi!Revan hampir saja memujinya, tapi kemudian teringat dari mana kewaspadaan itu berasal, ekspresinya mendadak suram.Setelah membahas sebentar urusan perusahaan, Revan melirik Junia dan berkata kepada Selina, "Bu Selina, kalau boleh, aku juga perlu bantuan untuk urusan pribadi."Junia pun berdiri dan pergi tanpa diminta.Selina menatapnya dan menolak dengan sopan, "Kemampuanku terbatas. Aku mungkin nggak bisa membantu."Revan mendesah. "Soal kemarin di restoran, aku salah paham. Maafkan aku."Selina mengangkat bibir merahnya dengan senyum mengejek, tapi tidak mengatakan apa-apa.Dia pikir, sebuah permintaan maaf sudah cukup untuk menghapus begitu saja sebuah kesalahan?Revan mengalihkan pandangannya ke lengan Selina, bertanya d

  • Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh   Bab 98

    Revan tiba membawa kontrak yang berstempel Grup Nirwana.Hanya butuh tanda tangan dan stempel Grup Yudhan, kontrak tersebut akan secara resmi berlaku.Surya diliputi kegembiraan. Tangannya gemetar tak terkendali saat memegang kontrak dan jantungnya hampir melompat keluar.Dia mengira Selina dan Revan bercerai karena Selina berbuat salah dan tidak disukai lagi.Ketika Selina mengakui perceraian di hadapan wartawan, ekspresi datar dan acuh tak acuhnya mengingatkan Surya pada Diana, istri pertamanya yang telah meninggal.Dulu, Diana juga sama tenangnya saat mengajukan perceraian.Baru sekarang Surya menyadari bahwa Selina-lah yang ingin cerai.Dia pun memanfaatkan keributan ini untuk marah dan meminta Selina keluar dari perusahaan. Semata-mata demi mencegah Selina mengambil alih perusahaan, sekaligus menunjukkan sikap dan menyenangkan Revan.Dia takut Revan akan melampiaskan kemarahan atas kekakuan Selina pada Grup Yudhan.Apalagi, Selina baru mengajukan cerai tanpa alasan jelas setelah m

  • Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh   Bab 97

    Akhirnya, kesempatan ini datang. Tentu saja, dia tidak akan membiarkannya lewat begitu saja."Kami cuma bekerja sama dengan rencana divisi humas." Bayu mencoba mengalihkan topik. "Strategi ini dirancang oleh tim humas untuk menangani situasi darurat penurunan harga saham perusahaan."Dia melirik Selina, lalu menatap Surya. "Putri Pak Surya memang luar biasa dan dididik dengan baik. Kalau kami nggak mendukung keputusan Bu Selina, bukankah itu berarti mempertanyakan keputusan awal penunjukannya oleh Pak Surya?"Setelah berputar-putar, dia akhirnya berhasil menyeret Surya ke dalam kubangan.Surya marah hingga keluar asap dari kepalanya.Dia tahu, Bayu sejak awal sengaja membiarkan humas melanjutkan rencana nekat itu dengan tujuan membuat masalah untuknya.Surya melemparkan tatapan marah yang semakin membara kepada Selina.Andai Selina tidak bercerai, lalu memberi nasihat yang tidak bijaksana, bagaimana mungkin saham perusahaan anjlok dan membuat mereka terjebak dalam situasi memalukan sep

  • Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh   Bab 96

    Di rumah sakit.Cindy terbaring di ranjang, berdebar-debar cemas, air mata membanjiri wajahnya."Bu, aku harus apa kalau dia nggak mau datang?" Pesan anonim di ponselnya terasa seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja, siap menghancurkannya menjadi berkeping-keping.Soraya juga sudah kehabisan akal.Kenapa bisa kebetulan sekali Selina dan Revan bercerai tepat pada saat ini?Dia sengaja menemui Selina, tujuannya adalah membawa Selina ke rumah sakit, dengan alasan menjenguk Cindy sekaligus mencari kesempatan untuk membicarakan masalah lima tahun lalu.Tak disangka, Selina tidak mau menurut sama sekali.Selina bahkan menyewa pengawal dan berani menyerang Revan.Soraya sudah berencana untuk memaksa Selina ke rumah sakit jika bujukan baik-baik tidak berhasil, tapi semua itu gagal total."Lima tahun yang lalu, sudah kubilang jangan turun tangan sendiri, tapi kamu nggak mau dengar. Akhirnya kamu jadi punya kelemahan yang bisa dimanfaatkan." Soraya masih kesal dengan kekakuan Cindy saat

  • Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh   Bab 95

    "Bu Selina, apakah Anda dan Pak Revan benar-benar berencana untuk bercerai? Atas keinginan siapa?""Bu Selina, jika Anda bercerai dengan Pak Revan, seperti apa pembagian hartanya? Apakah sudah ada perjanjian pranikah?""Bu Selina, Pak Revan terkenal sangat penyayang. Kenapa Anda ingin bercerai?"Para wartawan berkerumun di sekitar Selina, melontarkan pertanyaan-pertanyaan tajam dan penuh gosip tanpa belas kasihan.Adegan ini sontak mengingatkan Selina pada lima tahun yang lalu.Dia juga pernah dikelilingi oleh kerumunan, seperti domba yang dikepung serigala. Panik, tak berdaya, nyaris ambruk.Lima tahun telah berlalu.Apa yang dulu dia hindari, apa yang dulu dia takuti, kini saatnya untuk mengumpulkan keberanian dan menghadapinya!Selina menarik napas dalam-dalam dan perlahan membuka matanya. Mata indahnya bersinar, memancarkan tekad yang teguh."Atas keinginan siapa itu nggak penting.""Kalian bilang, dia suami yang sangat penyayang?""Menciptakan persona itu bukan sesuatu yang dilaku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status