Share

Lelaki Yang Menyebalkan

Raline berusaha mengelak, dia mendorong Ryan sekuat tenaga. Namun usahanya sia-sia saja. Tubuh Raline sangat lemas hari itu.

Raline ingin mencoba jurus terakhirnya, yaitu berteriak. Tetapi saat mulutnya sudah bersiap untuk berteriak dengan sigap Ryan membekap mulut Raline dengan mulutnya.

Ryan mencium Raline dengan lembut, tanpa paksaan sama sekali. Dia pintar memainkan trik agar seorang wanita tampak terlena oleh permainannya.

Raline sulit bernapas, dia segera menarik bibirnya. Ryan terkekeh, melihat Raline yang kehabisan napas itu.

"Kenapa kau menciumku sembarangan! Aku bahkan tidak mengenal siapa dirimu! Lepaskan aku dari tempat ini! Aku ingin pulang ke rumahku!"

Raline berteriak lagi, masih sambil mengeluarkan satu dua bulir bening dari matanya yang indah itu.

"Jangan nenangis, matamu yang indah itu bisa bengkak jika kau terus saja menangis seperti itu."

"Tok tok tok"

"Ah, sial! Kenapa selalu saja ada pengganggu saat aku sedang ingin bersenang-senang."

Suara ketukan pintu kembali terdengar. Dengan malas, Ryan turun perlahan dari ranjang itu.

Dia berjalan sambil bersiul kearah pintu. Lalu membuka pintu, dengan perlahan.

"Tuan, ini saya."

"Ya, kenapa kau kembali lagi menggangguku?"

"Maaf Tuan, saya hanya menjalankan perintah anda tadi. Saya akan menyerahkan segelas susu hangat ini, juga sebuah baju untuk seorang wanita yang anda pinta tadi."

"Oke, terimakasih Bil. Kau memang yang terbaik."

Pengawal itu pamit setelah menyerahkan semua keperluan Ryan. Ryan kembali mengunci pintu kamar dan bergegas menuju kearah Raline.

"Ayo bangun dulu! Segelas susu hangat ini bisa menetralkan racun alkohol yang masuk ke dalam tubuhmu. Kau akan segera membaik setelah meminumnya."

"Tidak mau!! Entah kenapa, aku sangat tidak mempercayai ucapanmu!"

"Hai, gadis bodoh! Lihatlah gelas ini! Ini benar-benar hanya segelas susu hangat. Apa kau pikir aku telah mencampurkan obat kedalamnya?"

"Aku tadi tidak berpikir seperti itu. Namun kini, kau telah membuatku berpikir kalau kau akan melakukan hal itu."

Ryan tak peduli, dia kembali naik ke atas ranjang. Dia menyendokkan susu hangat itu lalu meniupinya. Kemudian, dia menyodorkan sendok berisi susu itu kearah Raline.

Awalnya, Raline sama sekali tak ingin menyentuh sendok berisi susu itu. Tapi Ryan terus menjejalkan dan memaksa Raline membuka mulutnya.

Mau tak mau Raline membuka mulut dan meminum susu yang terus disendokkan Ryan kearah mulutnya.

"Ayo, tinggal seperapat gelas lagi susu ini akan habis."

"Tidak mau! Aku sudah kenyang. Perutku sudah enak, tidak terasa mual lagi."

"Habiskan! Agar tubuhmu kembali hangat. Sedari tadi, tubuhmu terasa sangat dingin."

Raline tak bisa menolak apalagi membantah kata-kata Ryan. Ryan sangat keras kepala. Raline meneguk sisa susu terakhirnya langsung dari gelas.

"Bagus, begitu lebih baik. Sekarang, pejamkan dulu matamu barang beberapa menit. Setelah kau merasa tidak pusing lagi, kau bisa mandi dan berganti baju."

Raline mengikuti perkataan Ryan. Dia memejamkan matanya kembali. Setelah meminum segelas susu hangat ini, dia merasa tubuhnya lebih baik.

Rasa pusing dan mual sudah berangsur menghilang. Raline tidak sadar ketika dia memejamkan matanya, Ryan kembali mendekat lagi kearahnya.

Raline merasakan sentuhan dingin dan lembut lagi dibibirnya. Rasa yang sama persis ketika Ryan menciumnya tadi.

Raline membuka matanya, dan ternyata benar. Ryan kembali menciumi bibirnya. Raline mendorong Ryan, kali ini Ryan berhasil terdorong ke samping ranjang.

"Hai!! Hentikan perilaku tidak sopanmu itu! Kenapa kau lagi-lagi mencuri ciuman milikku?"

"Aku? Aku mencuri ciumanmu? Kau salah! Aku hanya membersihkan sisa susu dibibirmu yang belepotan."

Raline kaget, dia meraba bibirnya yang tadi dicium oleh Ryan. Ryan terkekeh, kemudian melemparkan sebuah baju setelan kearah Raline.

"Susunya enak dan manis, sama seperti rasa bibirmu. Setelah kau merasa lebih baik, mandi dan kenakanlah baju yang kulemparkan itu!"

"Dasar bodoh! Lelaki menyebalkan! Awas kalau sampai kau mencuri ciumanku lagi!"

"Apa? Kau mau melakukan apa kalau aku mencuri satu ciuman lagi untukmu?"

Raline bingung menjawab pertanyaan dari Ryan. Otaknya tak bisa berpikir jernih seperti biasanya. Mungkin ini efek dari minuman yang ia minum semalam.

"Aku akan menggigit bibirmu kalau kau melakukannya lagi!"

"Wow!! Aku sangat menginginkan hal itu!"

"Menyebalkan! Aku tidak ingin memakai baju darimu itu! Aku akan memakai bajuku sendiri saja."

"Pakailah, ini bajumu yang kemarin."

Ryan melemparkan baju milik Raline kemarin. Raline mengambilnya dan melihat bajunya itu sudah robek di sana-sini.

Tak lagi berbentuk sebuah baju. Raline menangis, membayangkan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan Ryan malam itu.

"Kenapa kau malah menangis lagi? Cepat pakai bajumu itu!"

"Katakan padaku, sebenarnya apa yang terjadi pada kita semalam? Kenapa bajuku sampai tak berbentuk seperti ini? Apa yang telah kau lakukan padaku?"

"Aku? Kau menanyakan hal itu padaku?"

Ryan menyeringai, dia menatap Raline ganas. Seperti harimau yang akan menerkam mangsanya.

Raline mundur, ketakutan. Ryan mendekat dan berbisik kearah telinga Raline. 

"Semalam, kau benar-benar liar! Aku sangat tergila-gila padamu. Hahaha!!"

"Brengsek!! Kau pasti telah menjebakku! Kau pasti telah memasukkan sesuatu ke dalam minumanku!"

Ryan pergi setelah mentertawakan Raline. Dia keluar kamar mereka, untuk mencari makanan pagi itu.

Raline ditinggal sendirian dalam kamar. Raline menggunakan kesempatan ini untuk segera membersihkan diri ke kamar mandi.

Tepat saat Raline selesai berpakaian dan sedang bercermin sambil menyisir rambutnya, Ryan kembali masuk ke kamar itu.

Raline melihat bayangan Ryan dalam cermin. Dia menoleh dan terlihat ketakutan. Ryan mendekat kearah Raline secara perlahan sambil menyeringai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status