Share

Penguntit

Author: Chrysalis
last update Last Updated: 2021-07-22 01:03:09

Akhirnya Lara pulang dengan naik ojol, tapi memang dasar mungkin hari ini adalah hari sial untuk Lara. Di pertengahan jalan, motor ojol yang ditumpanginnya tiba-tiba malah pecah ban, alhasil Lara tak bisa diantar sampai rumahnya.

"Aduh Neng maafin saya ya, kalo gitu neng gausah bayar deh," kata driver ojol itu dengan wajah sedih. Sepertinya ia berharap sekali mendapat order-an dari Lara namun apa daya malah terkena musibah.

"Emang hari ini angkut berapa penumpang Pak?"

"Hari ini lagi sepi neng, saya seharian dapat lima penumpang aja, itu pun kalo ditambah sama orderan dari eneng, tapi ya mungkin emang bukan rejeki saya."

Lara sebenarnya kesal karena gara-gara pecah ban dirinya jadi telat pulang, tapi dilain sisi ia merasa iba setelah mendengar cerita driver tersebut. "Yaudah Pak nggak apa-apa. Ini buat bapak." Lara memberikan selembar uang 20 ribu rupiah untuk pengendara ojol tersebut.

"Loh Neng, kan saya nggak anter sampe tujuan? Kok saya malah dikasih uang?"

"Nggak apa Pak, itu rejeki Bapak, lagian rumah saya udah nggak terlalu jauh kok! Bapak mending cepet tambal bannya ya."

"I- iya Neng, makasih banyak ya... udah baik sama saya."

"Sama-sama pak, yaudah saya permisi pak, mari..."

Lara akhirnya memutuskan untuk berjalan saja sampai ke rumahnya, karena kalau ia harus naik ojol lagi percuma toh berjalan ke rumahnya kira-kira hanya butuh sepuluh menit jika ia jalan kaki dengan cepat.

Lara berjalan sendirian, untungnya ada warkop di dekat jalanan tersebut sehingga Lara tidak terlalu merasa sepi meski jalan yang ia lewati cukup sepi juga. Lara berjalan dengan langkah cepat, tapi entah mengapa saat ia berjalan ia seperti tengah diperhatikan oleh seseorang. Tapi siapa? Ya Tuhan, kenapa ya? Kok kaya berasa ada yang nguntit sih? Lara pun mempercepat langkah kakinya bahkan sampai berlari kecil-kecil. Tenang Lara tenang...! Gadis itu berkata dalam hati agar tetap tenang. Tiba-tiba saja ponsel Lara berdering, dirinya ingin sekali mengangkat panggilan itu. Namun dia tidak berani, karena takut jika ia mengangkat telepon saat ini malah akan ada hal buruk terjadi. Akhirnya ia pun mengabaikan panggilan tersebut dan terus saja berjalan secepat mungkin menuju rumahnya yang sudah makin dekat.

Huh hah huh hah! Terdengar napas Lara tersengal-sengal. Akhirnya ia sampai juga di depan rumahnya. Lara menoleh kebelakang sembari membuka pintu gerbang rumahnya, gadis itu melirik kesekitar belakang kanan kirinya, memastikan jika benar-benar tidak ada orang yang mengikutinya saat ini. "Huft... syukur deh..." Lara mengelus dadanya, ia pun melangkah memasuki rumahnya namun dirinya malah kembali dibuat kaget tatkala sang adik yang bernama Sandra muncul tiba-tiba dan mengagetkannya. "Dor!"

"Astaga, Sandra! Kamu tuh ngagetin Kakak aja deh!"

"Lah? Kok kakak malah ngomel sama Sandra? Yang ada tuh Sandra sama seisi rumah ini yang marah sama kakak, karena Kakak tuh kenapa nggak angkat telepon dari Bunda, huh?" Sandra memperhatikan sang kakak yang terlihat berkeringat dan napasnya naik turun. "Kakak tuh habis ngapain sih? Kenapa coba mandi keringet terus ngos-ngosan gitu?"

"Oh, umー nggak ada apa-apa kok, cumaー cuma Kakak tadi agak ngerasa takut ada hantu aja, makanya kakak lari terus jadi ngos-ngosan gini deh."

"Hah hantu?" Sandra terheran-heran.

"Udah ah bawel, Kakak mau masuk dulu haus banget nih...!" ujar Lara yang kemudian masuk meninggalkan sang adik yang tengah mengunci gerbang.

"Ye... dasar aneh! Dia yang bikin khawatir orang serumah, dia juga yang malah ngos-ngosan ketakutan," gerutu Sandra.

**

"Lara pulang...!" Ucap Lara memasuki rumah.

"Lara, kamu darimana aja? Kenapa telpon Bunda nggak kamu angkat? Udah berani ya kamu nggak angkat telepon Bunda?" Baru masuk rumah Lara malah langsung diceramahi Bundanya.

"Bu- bunda, jadi tadi yang telepon Bunda?"

"Iya Bunda hubungin kamu nggak diangkat-angkat, itu kenapa?"

Lara jadi bingung lantaran harus menjawab apa. Pasalnya dirinya juga tidak mungkin cerita soal dirinya yang tengah merasa dikuntit oleh seseorang, karena takut malah akan membuat bundanya jadi semakin khawatir. "Maaf ya Bunda, tadi Lara tuh takut angkat telepon soalnya lagi dijalan, Lara takut aja gitu kena begal, kan bahaya. Hehehe..."

"Masa sih...? Takut begal apa takut dimarahin Bunda gara-gara pulang pacaran kemalaman, hayo ngaku...?" Tukas Sandra yang baru saja masuk sehabis mengunci gerbang.

"Please deh Sandra gausah mulai sotoy sama Kakak...!" Omel Lara.

"Siapa yang sotoy coba, orang cuma nebak doang."

"Ya sama aja itu namanya sotoy, sok tau, padahal nggak tau. Dasar, abege bau kencur!"

"Enak aja bau kencur, kakak tuh yang sok tua padahal juga cuma beda empat tahun sama Sandra, wuek..."

Kakak beradik itu malah saling adu mulut hingga membuat bundanya kesal. "Aduh.... udah dong Lara, Sandra. Kalian ini ribut terus deh kerjaannya kalo ketemu, giliran pada pisah saling kangen. Yang akur gitu loh sekali-kali."

"Sandra duluan tuh Bun!"

"Ye... enak aja! Kak Lara duluan tuh yang mancing Sandra. Ngatain bau kencur."

"Emang bener bau kencur."

"Udah-udah, Bunda bilang stop!"

"Maaf Bun...," ucap kedua anak gadis Bu Hani.

Merasa lelah dan bandannya sudah lengket karena seharian belum mandi, Lara pun izin untuk bersih-bersih sebelum makan malam. "Oh iya Bun, ayah pulangnya baru besok kan?" Sebelum ke kamar Lara menanyakan perihal kepulangan sang ayah yang tengah dinas di luar kota.

"Iya besok sore Ayah baru pulang."

"Oh, gitu... yaudah Lara ke kamar dulu ya Bun mau bersih-bersih."

"Sono mandi, bau keringet tuh!" Lagi-lagi Sandra meledek kakaknya. Lara pun hanya memeletkan lidahnya ke arah Sandra lalu pergi ke kamarnya.

"Sandra... jangan mulai lagi."

"Hehehe... Sorry Bunda." Sandra yang masih berdiri di dekat sang Bunda pun memperhatikan kakaknya.

"Sandra, kamu jangan terlalu gitulah sama kakakmu, kasian loh dia capek belajar buat ujian kelulusan nanti malah kamu ledekin."

"Sandra kan nggak ngapa-ngapain Bun... Eh tapi Bunda tau nggak, tadi pas kak Lara pulang, masa dia keringatan kayak orang habis lari marathon gitu."

"Marathon?"

"Iya Marathon."

"Haduh, kamu ini ada-ada aja, masa kakak kamu lari maraton malem-malem, sudah kamu mending kamu balik belajar sana."

"Iya deh... Bundaku."

**

Di kamarnya, Lara yang baru saja selesai bersih-bersih dan sudah mengenakan pakaian tidur terlihat menghubungi Gilang.

Lara : Halo Gilang.

Gilang : Halo, kamu udah sampe rumah kan?

Lara : Udah kok Lang,

Gilang : Syukur deh kalo gitu. Oh iya kamu dijalan nggak ada yang ganggu kan?

Lara : Ganggu? Maksud kamu apaan?

Gilang : Ya kamu kan cantik, terus mukanya kayak polos gitu, aku takut aja banyak laki-laki brengsek yang ganggu kamu di jalan.

Lara : (Tertawa geli) yaelah lebay banget, nggak gitu juga kali konsepnya. Lagian nggak ada yang gangguin aku cumaー

Gilang : Cuma apa?

Lara : Eh nggak ada apa-apa, cuma tadi aku kasian lihat abang ojolnya tiba-tiba bannya pecah jadi aku kasih aja uang suka rela.

Gilang : Duh... mulia banget sih hati pacar gue.

Lara : Cie... pacarnya siapa tu??

"Kak Lara, tolongin Sandra dongー ups!" Lara seketika dibuat terkejut dan gelagapan, saat kehadiran Sandra yang langsung nyelonong masuk kamarnya ketika dirinya tengah asyik teleponan dengan Gilang. Ia pun tak kuasa memelototi adiknya dan memberi isyarat untuk tunggu diluar.

"I'm sorry Kak." Sandra pun langsung kembali keluar dan menunggu di depan pintu kamar Lara, hingga kakaknya selesai telepon.

Lara : Um Gilang, nanti kita sambung lagi ya aku ada urusan dulu sama adik aku (Ucap Lara dengan nada pelan)

Gilang : Oh gitu, yaudah nggak apa-apa bye Lara.

Lara : Bye Gilang.

**

Setelah menutup teleponnya Lara segera menghampiri adiknya yang kini tengah menunggu tepat dia depan pintu kamarnya.

"Sandra!"

"Eh, Kakakku yang cantik, udah teleponannya samaー" Sandra menoleh dan lagi-lagi menyelonong masuk ke kamar Lara. 

"Kamu tuh suka kebiasaan deh masuk kamar kakak asal nyelonong aja nggak ketuk pintu dulu. Nggak sopan tau!"

"Sorry deh Kak, habisnya pintunya kayak nggak dikunci sih, jadnya Sandra masuk aja deh. Tapi Sandra jadi kepo, tadi kakak teleponan sama siapa sih? Pacar Kakak ya? Siapa? Kasih tau dong please..!"

"Sstt... Udah nggak usah kepo urusan orang dewasa! Lagian, emang ada apaan sih kamu tiba-tiba kesini?"

"Oh ini kak, aku mau nanya soal biologi." Sandra memperlihatkan soal biologi di buku biologi SMP miliknya.

"Ya ampun kayak gini aja nggak paham, ini tuh tentang  sistem reproduksi makhluk hidup."

"Maksudnya cara bikin anak ya?" Ujar Sandra dengan polosnya.

"Hush! Ya... bahasa nggak cerdasnya sih gitu, tapi kalau pas pelajaran mending jangan kamu pake deh istilah kayak gitu. Konotasinya negatif tau!"

"Emang kenapa Kak?" Lagi-lagi dengan entengnya Sandra bertanya.

"Ah kamu pura-pura nggak paham, udah nggak usah bawel, daripada banyak tanya, sini Kakak ajarin." Akhirnya Lara pun mau mengajari adik satu-satunya tersebut di kamarnya.

🥀🥀🥀

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Love by Accident (Indonesia)   Reaksi Kak Dafa

    Lara begitu sedih dan hamcur, tak hentinya ia menyalahkan dirinya sendiri dengan semua yang terjadi. "Gue gagal, gue udah gagal jadi anak, gue udah ngecewain Bunda!" Lara melihat ke arah cermin memandangi dirinya yang tampak menyedihkan. Bahkan kata menyedihkan mungkin belum cukup untuk menggambarkan atas betapa nista nestapa yang ia alami saat ini. "Ini semua gara-gara lo dasar cowok brengsek! Biadab!" Maki Lara kemudian dengan marah melempari cermin itu dengan berbagi botol parfumnya.***Hani yang kini masih duduk diatas ranjang untuk menenangkan diri seolah masih syok dan tak percaya mengetahui kenyataan yang terjadi pada putrinya. Bayi cantik yang ia lahirkan dan ia besarkan dan ia jaga dengan penuh cinta dan kasih sayang, nyatanya malah harus mengalami tragedi menyedihkan itu. "Apa yang harus aku lakuin sekarang? Apa aku harus terus menyembunyikannya. Tapi bagaimanapun hal ini tidak bisa terus disembunyikan." Sejatinya Lar

  • Love by Accident (Indonesia)   Lara Hamil

    Lara pun pulang ke rumah, dengan tubuh kelelahan mata agak sembab ia berjalan memasuki gerbang rumahnya. Lara sempat berpikir apa mungkin salah satu temannya atau gurunya menghubungi sang bunda terkait dirinya tidak masuk hari ini? Tapi siapa peduli saat ini Lara hanya ingin segera masuk ke kamarnya untuk menenangkan diri. Setelah melepas sepatu dan cuci tangan Lara langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya.Namun saat dirinya ingin masuk kamar ia malah justru dikagetkan dengan penampakan sang Bunda yang berdiri di depan pintu kamarnya dengan memasang wajah serius."Huh? Kok ada Bunda ya apa jangan-jangan Bunda udah tau kalau hari ini aku nggak masuk," ucapnya dalam hati. "Bu- bunda ngapain di depan kamar Lara?"Hani tak menjawab pertanyaan Lara, ia langsung meminta Lara masuk ke kamar bersama dengan dirinya."Ada apa sih Bun? Kok kayaknya muka Bunda serius banget."

  • Love by Accident (Indonesia)   Kecurigaan Bunda

    Di jalan Lara terus kepikiran tentang kenyataan jika dirinya saat ini tengah mengandung. Sungguh hal tak pernah terpikirkan oleh Lara setidaknya dia tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan mengandung di umurnya yang masih tijuh belas tahun."Udah sampe Dek," ucap driver taksi online, namun sepertinya Lara yang masih melamun tak mendengarnya. "Dek, dek udah sampe sekolah.""Eh iya udah sampe, sorry ya Pak saya nggak tau.""Iya Dek nggak apa-apa."Lara pun akhirnya turun dari taksi online tersebut. Ia melihat gerbang sekolah yang membentang di hadapannya, baginya kini memasuki gerbang sekolah terasa mengerikan sekali ribuan pertanyaan menghantui isi kepala Lara. Gimana kalau orang-orang disekolah tau gue hamil? Gimana kalo gue terpaksa dikeluarin dari sekolah karna hamil? Gimana kalo gue nggak bisa lulus karena hamil? Pertanyaan-pertanyaan tersebut sungguh membuatnya

  • Love by Accident (Indonesia)   Dua Garis

    Setibanya di rumah Lara langsung pergi ke kamarnya dan menguncinya rapat-rapat dari dalam. Gadis itu mengatur napasnya yang tersengal-sengal dan hatinya yang berdetak kencang. Lara mengeluarkan alat tes kehamilan yang dibelinya tadi dari dalam tasnya. Takut! Hal itu yang dirasakan oleh Lara, namun ia tetap harus melakukannya. Dengan tekat yang kuat ia pun bergegas masuk ke kamar mandi. Setelah beberapa saat selesai melakukan test dengan urinnya, Lara masih belum berani untuk melihat hasilnya. Dirinya belum siap jika hasilnya benar-benar positif kalau dirinya hamil. Ya Tuhan aku takut, apa aku bisa kuat nerima kenyataan kalau beneran aku hamil. Sadar tidak bisa terus terkurung dengan rasa penasaran yang semakin memuncak, Lara pada akhirnya memberanikan diri untuk mengetahui hasilnya. Ia mengangkat alat kehamilan tersebut ke hadapan matanya, perlahan Lara membuka matanya. "Du- dua garis?" Seketika tubuhnya lemas dan Lara pun jatuh terkulai diatas lantai sambil ma

  • Love by Accident (Indonesia)   Test pack

    Di sekolah Lara terlihat tengah berada di kantin bersama kedua sahabatnya Chika da Tara. Ia terlihat tengah menyantap semangkuk bakso dengan lahapnya, saking lahapnya sampai-sampai kedua temannya itu dibuat menelan ludah. "Lara, lo kelaperan ya?" Ujar Chika yang bahkan sampai merasa sudah merasa kenyang duluan dengan hanya melihat Lara makan."Iya Ra, lo tumben banget deh makan selahap itu, biasanya lo kan yang paling lama makannya diantara kita bertiga," imbuh Tara.Lara kemudian menelan makanan dimulutnya, "Masa sih?""Lah lo emang nggak ngerasa?"Lara hanya menggeleng sambil terus melanjutkan makannya. Lara sepertinya memang tidak sadar kalau akhir-akhir ini nafsu makannya sangat tinggi.Setelah beberapa saat mereka bertiga pun selesai menghabiskan makan siang mereka, dengan Lara yang tanpa sadar hari ini makan dua porsi bakso."Gila lo Ra, hari ini lo mukbang keknya ya?" Ledek Chika mengetahui Lara makan bakso sampai dua mangkuk. Lara pu

  • Love by Accident (Indonesia)   Tanda-tanda Kehamilan

    "Lara!" Bunda mengetuk dan memanggil Lara dari luar kamarnya. Mendengar sang ibu datang, Lara yang menangis pun segera mengusap air matanya dan membukakan pintu sang ibu."Eh Bunda, kenapa?"Bunda memperhatikan Lara sejenak lalu bertanya, "kamu baik-baik aja kan sayang? Soalnya tadi Bunda lihat muka kamu tiba-tiba pucet terus pergi ke kamar.""Lara baik-baik aja kok Bun," jawab Lara yang tidak ingin sang ibu mengkhawatirkannya.Tapi sayang, sepertinya sang ibu tidak yakin dengan perkataan putrinya itu. Ia justru terlihat memicingkan matanya sambil memperhatikan mata Lara yang nampak sembab. "Kamu habis nangis ya?""Eh- Um— ini aku enggak nangis kok, cuma habis lihat trailer drama yang sedih banget aja makanya nangis deh, hehe...""Yakin kamu?" Bunda meraba kening dan leher Lara memastikan kalau putrinya itu tidak demam atau sejenisnya."Yakin kok Bund, percaya deh sama Lara."Hani menghela napas, sejujurnya ia tidak perca

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status