Beranda / Romansa / Luapan Gairah Panas Ayahmu / Bab 34. Rasa yang Mengendap. 

Share

Bab 34. Rasa yang Mengendap. 

Penulis: Ucing Ucay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-06 08:15:43

Kamar Zira masih berantakan meski sebagian besar belanjaan semalam sudah tertata. Kardus-kardus kosong berserakan di sudut, plastik pembungkus masih tergeletak di lantai. Alesha berjongkok di depan rak buku, menyusun tumpukan catatan kuliah Zira yang baru dibeli. Jemarinya bergerak pelan, tapi pikiran dan hatinya terasa berat.

Biasanya, kalau mereka beres-beres bersama, Zira tak henti-hentinya bicara. Tentang dosen yang killer, tugas kelompok yang bikin stres, atau bahkan gosip ringan di kampus. Namun hari ini, seolah ada dinding tak kasat mata yang membatasi. Sunyi. Sesuatu yang asing.

“Zira, kamu suka sama warna lampunya? Tadi aku atur biar agak hangat, biar kamar ini lebih nyaman,” ucap Alesha pelan.

Zira duduk di ujung ranjang, memeluk bantal kecil di dadanya. Ia hanya menoleh sebentar, menatap lampu gantung yang berpendar lembut, lalu mengangguk tanpa senyum.

“Iya. Lumayan,” jawabnya singkat, datar.

Alesha terdiam. Itu bukan jawaban Zira yang biasa. Biasanya, gadis itu akan terse
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 41. Malam Panas. 

    Mereka bergerak bersama, berulang kali, sampai batas antara benar dan salah kabur. Sampai waktu kehilangan makna. Sampai satu-satunya hal yang ada hanyalah detak jantung keduanya yang berpacu.Beberapa jam kemudian, keheningan menyelimuti.Alesha terbaring di dada Rayhan, napasnya mulai teratur. Tangannya masih melingkari pinggang pria itu, seolah takut jika melepaskan, semuanya akan hilang.“Rayhan .…” Suaranya pelan.“Hm?”“Kalau Zira tahu … kalau semua orang tahu … apa yang akan kamu lakukan?”Rayhan diam lama. Jantungnya berdetak kencang di bawah telinga Alesha.“Aku akan menjagamu,” jawabnya akhirnya. “Dan aku akan jujur pada Zira, saat waktunya tiba.”Alesha menutup mata. Kata-kata itu menenangkan, tapi juga menakutkan.Karena ia tak tahu kapan “waktunya” itu akan datang. Dan berapa besar harga yang harus mereka bayar ketika kebenaran itu terbuka.Namun malam itu, di kamar kecil apartemen sederhana, keduanya memilih untuk tidak memikirkan esok.Karena malam itu, mereka hanya tah

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 40. Tak Bisa Berhenti

    Alesha duduk di tepi ranjang apartemennya, lampu kamar hanya menyala temaram. Ponselnya tergeletak di atas bantal, layar masih menampilkan chat terakhir dari Zira. Hanya satu emoji datar. Itu saja.Beberapa hari lalu, setiap pagi selalu ada sapaan hangat dari Zira. Obrolan ringan tentang tugas kuliah, gosip teman sekelas, atau sekadar rekomendasi drama Korea terbaru. Semua terasa biasa, wajar, menyenangkan. Tapi kini … hampa.Alesha menekan ikon panggilan, menunggu sambungan. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Hanya nada tunggu yang tak pernah terjawab. Sesekali Zira membalas dengan singkat, seolah hanya formalitas.Zira menjauh.Dan Alesha tahu alasannya. Ia mungkin belum mendengar secara langsung, tapi ia bisa merasakan. Gadis itu melihat sesuatu, mencurigai sesuatu.Perasaan bersalah menusuk dadanya. Ia ingin mundur, ingin menyerah, ingin jujur. Tapi bagaimana mungkin ia menghancurkan dunia Zira dengan satu pengakuan?Lebih dari itu—bagaimana mungkin ia menghentikan Rayhan?Nama itu saja

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 39. Retakan yang Semakin Nyata. 

    Matahari sudah tinggi, tapi rumah itu seolah masih diselimuti sisa malam. Sunyi, hening, hanya terdengar suara burung dari luar jendela dan denting sendok beradu dengan piring dari dapur.Zira sudah bangun lebih dulu pagi itu. Rambutnya masih tergerai, wajahnya pucat dengan kantung mata samar—bekas semalaman tak bisa tidur. Pikirannya terus dihantui bayangan semalam: ayahnya di balkon bersama Alesha. Terlalu dekat, terlalu nyaman.Ia tak ingin mengingatnya, tapi setiap kali menutup mata, bayangan itu muncul lagi.Tangannya sibuk mengoles selai di roti, tapi hatinya terasa getir.Suara langkah kaki terdengar menuruni tangga. Zira tak perlu menoleh untuk tahu itu ayahnya. Ia menahan napas sejenak, mencoba menjaga ekspresi tetap datar.“Pagi, Nak.” Rayhan menyapa lembut, mengenakan kemeja biru muda dengan dasi tergantung longgar di leher.Zira hanya menoleh sebentar lalu mengangguk. “Pagi, Pa.”Jawabannya singkat, dingin.Rayhan mengernyit sedikit, tapi tak banyak berkomentar. Ia melangk

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 38. Mencurigakan. 

    Zira tak menunggu jawaban. Ia berjalan ke kamarnya, menutup pintu pelan. Tapi di balik wajah tenangnya, pikirannya bekerja keras. Ada yang tidak beres.Dia duduk di tepi ranjang, ponsel di tangannya menyala tanpa arti. Notifikasi dari grup kampus masuk satu per satu, tapi matanya kosong. Sejak ia pulang malam itu, ada sesuatu yang terus mengganggu pikirannya. Bayangan ayahnya keluar dari kamar Alesha masih begitu jelas. Alasan yang diberikan Rayhan masuk akal, tapi terlalu sederhana. Terlalu dibuat-buat.Ia mencoba menepis. Tapi makin ia paksa, makin kuat rasa curiga itu menghantam.Tangannya sempat meraih gagang pintu, berniat keluar. Ia ingin menanyakan langsung pada Alesha—mungkin sekadar mengobrol, memastikan segalanya baik-baik saja. Tapi begitu pintu terbuka sedikit, langkahnya terhenti. Dari celah jendela, ia menangkap cahaya redup ruang tengah. Dua sosok duduk berdekatan: ayahnya dan Alesha. Terlalu dekat. Ada tawa kecil di antara mereka, senyum samar yang seolah hanya dimenge

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 37. Rahasia di Balik Pintu. 

    Malam itu rumah terasa lebih lengang dari biasanya. Lampu ruang tamu menyala lembut, dan suara televisi yang biasanya menemani Zira sengaja dibiarkan mati. Zira sudah pergi bersama Livia, ibunya, untuk makan malam di hotel. Rayhan hanya bisa menatap punggung putrinya yang menjauh tadi sore, perasaan tak enak menggelayuti dada.Kini, yang tersisa hanya dia dan Alesha.Alesha berdiri di dapur, menuang teh hangat ke dalam cangkir. Rambutnya digelung seadanya, kaos tipis warna abu-abu menempel pas di tubuh mungilnya. Celana pendek kain membuat kakinya terlihat jenjang, begitu sederhana tapi membuat Rayhan menelan ludah.“Kenapa Om nggak ikut makan sama Zira tadi?” tanya Alesha sambil meletakkan cangkir di meja.Rayhan menggeleng, duduk di kursi bar dapur. “Aku males ketemu ibunya.” Ia mendesah berat. “Lagipula, aku capek.”Alesha duduk di seberangnya. Ia memperhatikan garis wajah Rayhan yang semakin matang, dengan sedikit kerutan di sekitar mata. Wibawanya, ketenangannya, justru membuatny

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 36. Penuh Hasutan. 

    “Aku takut, Lesha,” suara Rayhan serak. “Dia masih muda. Masih gampang terseret emosi. Kalau dia tahu sekarang, mungkin dia akan membenciku seumur hidup.”Alesha menelan ludah. Hatinya terhimpit di antara dua pilihan: memperjuangkan cintanya atau menjaga hubungan ayah-anak itu tetap utuh.“Kalau terus ditunda,” ucapnya lirih, “aku takut yang akan mengatakannya bukan Om. Tapi orang lain. Dan itu akan lebih menyakitkan buat Zira.”Rayhan diam. Tapi tatapannya dalam, penuh dengan cinta yang ia simpan untuk Alesha. Ada ketegangan yang menahan mereka berdua, membuat ruang seolah lebih sempit dari biasanya.***Malam itu, Zira duduk berhadapan dengan ibunya di sebuah restoran hotel berbintang. Lampu gantung kristal menyinari meja mereka dengan cahaya keemasan. Musik piano pelan mengalun di latar, menambah elegan suasana. Wanita itu—Livia—tampil memesona seperti biasa: gaun hitam sederhana namun berkelas, perhiasan tipis yang berkilau, dan parfum mahal yang lembut menyergap indra.“Kamu maki

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status