공유

MAHAPATIH DARI MASA DEPAN : Dark Romance di Istana Majapahti
MAHAPATIH DARI MASA DEPAN : Dark Romance di Istana Majapahti
작가: Dualismdiary

1 - RAHASIA SANG MAHAPATIH

작가: Dualismdiary
last update 최신 업데이트: 2025-09-03 10:49:00

Sore itu langit Majapahti dipenuhi cahaya tembaga, matahari condong ke barat, memantulkan sinarnya di dinding-dinding bata merah keraton. Gemuruh langkah prajurit, suara gonggongan anjing penjaga, serta bau dupa yang terbakar di pendapa bercampur jadi satu, menyelimuti suasana.

Di antara hiruk pikuk itu, sosok yang dinanti banyak mata akhirnya muncul—Mahapatih Gaja Mada.

Tubuhnya tegak, langkahnya panjang dan mantap. Setiap kali ia melintasi lorong keraton, para dayang buru-buru menundukkan wajah hingga hampir mencium tanah. Namun di balik sikap hormat itu, tatapan-tatapan mencuri tetap terlontar, berusaha merekam sosok yang begitu berbeda dari para rakryan lain yang sudah menua.

Mahapatih selalu berpakaian tertutup. Jubah panjang, kain berlapis, bahkan cadar yang menutupi setengah wajahnya. Di kala prajurit lain terbiasa bertelanjang dada atau hanya mengenakan pakaian tanpa lengan, ia tampil asing—misterius, hampir tak tersentuh.

Rumor pun merebak. Ada yang berbisik bahwa ia menutup tubuhnya karena penuh bekas luka pertempuran. Ada pula yang percaya wajahnya cacat parah, sehingga tak pantas ditampakkan. Tetapi yang lebih sering mereka bicarakan justru sebaliknya—bahwa sepasang mata tajam yang bersinar dari balik penutup itu terlalu indah, kulit dahinya yang putih bersih terlalu memukau, sehingga membuat siapa pun bergetar hanya dengan sekali tatap.

Tak ada yang berani mengucapkan keras-keras, tapi satu hal sudah lama beredar di keraton:

Mahapatih Gaja Mada bukan manusia biasa.

Ketika ia tiba di Dalem Mahapatih—kediaman pribadinya yang sunyi di sudut keraton—senja sudah semakin merayap. Para abdi membungkuk, lalu mundur tanpa suara, meninggalkan sang patih seorang diri.

Hanya ketika pintu kayu berat itu tertutup rapat, barulah Mahapatih membuka cadarnya. Nafas panjang diembuskannya, seperti melepas beban. Kulit pucatnya tersibak, keringat halus membasahi pelipisnya setelah seharian rapat perang dan mendengar laporan dari utusan berbagai daerah.

Tak ada seorang pun yang tahu, di balik pintu itu, betapa berat kehidupan yang dijalaninya. Ia—yang bagi semua orang adalah sosok paling perkasa setelah raja—sering kali merasa tubuhnya sendiri adalah penjara.

Dengan gerakan lambat, ia melepaskan jubah panjangnya. Kain itu jatuh berderes di lantai, menyingkap tubuh ramping yang selalu berusaha disamarkan. Tangannya gemetar ketika ia mulai membuka balutan kain yang melilit dadanya. Lilitan itu ketat, menekan, menyiksa, tetapi harus ia lakukan setiap hari agar rahasia terbesar dalam hidupnya tetap tersembunyi.

Karena di balik nama besar Mahapatih Gaja Mada, sesungguhnya tersembunyi seorang perempuan: Alesha Naraya—seorang perempuan dari abad ke-21, seorang auditor muda, jenius di balik layar kantor pencakar langit Sura bay. Hidupnya nyaris sempurna: karier menanjak, gaji besar, masa depan menjanjikan. Hingga satu malam, sebuah kecelakaan kecil mengubah segalanya. Ia terlempar jauh ke masa lampau, ke abad 14 pada masa Kerajaan Majapahti dibawah kepemimpinan raja Arya Wuruk.

Namun sore itu, ia tidak benar-benar sendirian.

Di sudut ruangan yang remang, sesosok bayangan berdiri diam, mengamatinya tanpa bersuara. Tatapannya tajam, bibirnya melengkung samar, seolah menunggu saat yang tepat.

Ketika balutan kain itu melonggar, menyingkap lekuk tubuh yang selama ini terbungkus rapat, Alesha terhenti. Ada rasa lega bercampur getir setiap kali rahasianya hampir terbuka—tetapi kali ini, rasa lain menyusup. Nalurinya bergetar, seolah ada mata asing yang sedang menelanjangi dirinya.

Perlahan, ia menoleh. Dan benar.

Di sana, berdiri seorang lelaki—tinggi, berwibawa, dengan sorot mata yang ia kenal lebih dari siapa pun. Senyum samar menghiasi wajahnya, senyum yang tak seharusnya ia lihat di ruang pribadinya.

Seketika Alesha tersentak, tubuhnya menegang.

“Astaga… Arya!” serunya, suaranya pecah di udara senja.

Belum sempat ia menutupi dirinya kembali, lelaki itu melangkah cepat. Dalam sekejap, ia meraih Alesha dari belakang, memeluknya erat, seakan takut sosok itu akan lenyap jika dilepas barang sedetik.

Sementara di luar, langit Majapahti gelap perlahan, menyembunyikan rahasia paling berbahaya yang pernah ada di dalam tembok keraton.

Pelukan itu bukan hanya mengungkap rahasia Alesha, tetapi juga menandai awal dari permainan berbahaya: cinta, kekuasaan, dan sejarah yang tak boleh berubah.

Arya Wuruk menahan pelukan eratnya sejenak, merasakan tubuh Alesha yang masih bergetar. Setelah beberapa lama, Alesha menepuk lengannya, berusaha melepaskan diri.

“Kapan paduka kembali? Mengagetkan saja,” ucap Alesha, nadanya setengah kesal, setengah lega.

Arya Wuruk tersenyum, menundukkan wajahnya hingga matanya sejajar dengan mata Alesha yang masih diliputi resah.

“Aku merindukanmu, Lêshā,” bisiknya lembut. “Namun yang lebih mengusikku ialah… mengapa setiap kali engkau pulang ke Dalem ini, selalu kudapati engkau menghela napas panjang, seakan dunia hendak runtuh di atas bahumu?”

Alesha menunduk, jemarinya meraba balutan kain yang masih menekan dadanya.

“Bagaimana mungkin aku tak menghela napas? Sehari-hari dada ini sesak, terhimpit kain berlapis-lapis. Nafasku sendiri pun terasa asing bagiku.”

Arya mengusap lembut pundaknya, suaranya tenang, seperti hendak menidurkan keresahan.

“Mau bagaimana lagi? Bukankah penyamaran ini satu-satunya jalan agar engkau dapat berperan di singgasana dan gelanggang? Jika penat melanda, aku bisa menjadikanmu putri bangsawan. Tinggal dalam balairung, dengan dayang-dayang setia menuruti titahmu.”

Alesha menegakkan kepala, menatapnya dengan sorot penuh perlawanan.

“Menjadi putri bangsawan dan hanya duduk seharian di rumah? Menunggu hari demi hari tanpa arti? Aku bisa mati bosan, Arya. Hidupku telah terikat dengan medan siasat, bukan kasur empuk atau kerisauan gaun.”

Seulas senyum tersungging di wajah Arya. Ia menunduk, mengecup pelipis Alesha dengan lembut, seolah ingin menenangkan api yang membara dalam dirinya.

“Lalu bagaimana jika hamba katakan, kita punya perkara baru?” tanyanya dengan nada hampir bercanda.

Alesha mengerutkan kening. “Perkara apa lagi?”

Arya menahan tawa kecil, namun sorot matanya penuh makna.

“Beberapa rakryan telah datang kepadaku. Mereka hendak meminangkan putri-putrinya untuk dinikahkan dengan Mahapatih Gaja Mada.”

Alesha sontak tertegun. Wajahnya memucat, seolah darahnya berhenti mengalir.

“Apa?” bisiknya, napasnya tercekat.

Arya mencoba meredakan, tetapi tawa kecil justru lolos dari bibirnya. “Aku tahu, lucu adanya. Mereka pikir Gaja Mada hanyalah lelaki perkasa yang pantas menjadi menantu.”

Namun bagi Alesha, ini bukan kelucuan. Jantungnya berdegup kencang, rahangnya mengeras.

“Bagaimana mungkin aku bisa menolak lamaran itu tanpa membuka rahasia? Aku bukan lelaki, Arya. Tidak mungkin aku membongkar penyamaranku hanya demi menolak seorang gadis bangsawan. Sekali terbuka, tamatlah sudah riwayatku—juga riwayatmu.”

Ruangan mendadak hening, hanya suara napas mereka yang terdengar. Senja di luar hampir padam, meninggalkan bayangan panjang di dinding Dalem Mahapatih.

Arya Wuruk menatapnya lekat-lekat, kali ini tanpa senyum. “Maka di sinilah ujian kita bermula, Lêshā. Rahasiamu adalah rahasia keraton. Dan rahasia itu kini terancam oleh tangan-tangan yang bahkan tidak tahu apa yang mereka usik.”

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Non Sayyi
gilaaa keren bangeeeet bukunyaaaa
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • MAHAPATIH DARI MASA DEPAN : Dark Romance di Istana Majapahti   64 – Papan Tanah dan Bayangan Perang

    Siang itu, di balairung istana Wilwatikta, suasana masih dipenuhi para abdi yang mondar-mandir menyiapkan laporan. Raja Arya Wuruk duduk di singgasananya, matanya tajam namun menyimpan kelelahan yang tidak pernah ia tunjukkan pada rakyat.Rendra, pengawal pribadinya, maju dengan langkah cepat lalu berlutut. “Paduka… hari ini adalah ujian terakhir pemilihan Pamong Muda di alun-alun Kotaraja. Apakah Paduka hendak menyaksikannya?”Arya terdiam sejenak, jemarinya mengetuk sandaran singgasana. Sorot matanya tajam, menyimpan bara yang kian hari makin menyala sejak kepergian Alesha. “Ya,” jawabnya lirih tapi tegas. “Aku ingin menyaksikannya sendiri. Ujian terakhir ini akan menentukan siapa yang pantas mengurus tanah dan rakyatku.”Dengan pengawalan terbatas, Arya pun bersiap menuju alun-alun.Alun-alun Kotaraja – Tahap 3 Ujian StrategiSuara gong tiga kali menggema. Para peserta berbaris rapi, jumlahnya kini hanya empat puluh orang. Panitia mengumumkan aturan tahap akhir:“Ujian strategi i

  • MAHAPATIH DARI MASA DEPAN : Dark Romance di Istana Majapahti   63 – Bara di Balairung

    Balairung istana Wilwatikta pagi itu dipenuhi cahaya matahari yang menembus jendela-jendela kayu berukir. Namun di dalam ruangan megah itu, udara terasa dingin, berat oleh aura murka yang tertahan.Rendra melangkah masuk, diikuti dua orang bayaran yang wajahnya kusut penuh debu perjalanan. Dengan langkah cepat Rendra mendekat, menunduk hormat, lalu berbisik lirih, “Paduka… sudah lebih dari sepekan kami mencari. Pasar-pasar, pelabuhan, pos pajak, rumah singgah, hingga ke desa-desa terdekat… tidak ada tanda-tanda Nimas Alesha. Seakan ia lenyap begitu saja.”Arya yang mendengarnya langsung menghentikan pembicaraan dewan. Tangannya mengepal erat di atas lengan kursi singgasana. Senyum tipis yang tadi ia pertahankan hilang, berganti garis wajah kaku menahan amarah.“Tidak ada… tanda… sama sekali?” suaranya rendah, tapi bergetar menahan bara.Salah satu orang bayaran menunduk makin dalam. “Ampun, Paduka. Kami bahkan menanyakan dengan membawa sketsa wajah yang dibuat jurukambar. Tidak seoran

  • MAHAPATIH DARI MASA DEPAN : Dark Romance di Istana Majapahti   62 – Tahap Kedua: Ketahanan Fisik

    Gong besar ditabuh sekali lagi, nadanya menggetarkan dada para peserta. Di alun-alun Kotaraja, kerumunan rakyat sudah semakin padat. Mereka ingin menyaksikan bagaimana para calon pamong muda ditempa dalam ujian ketahanan fisik.Seorang panitia berseragam prajurit maju, suaranya lantang, “Tahap kedua akan menguji tiga hal: ketepatan memanah, kekuatan mengangkat beban, dan keperkasaan dalam duel tanpa senjata. Nilai akhir akan diambil dari akumulasi ketiganya. Dari seratus peserta yang tersisa, sepuluh akan digugurkan di tahap ini.”Sorak-sorai terdengar dari para penonton, sebagian bahkan berseru menyebut nama-nama calon pamong dari desa mereka.Ujian MemanahBarisan peserta ditarik maju satu per satu. Sasaran berupa lingkaran dari anyaman rotan dipasang pada jarak tertentu.Ketika giliran Gundra, pemuda tinggi besar dengan dada bidang dan tangan kekar, panitia memberikan busur padanya. Dengan penuh percaya diri ia menarik tali busur. Anak panah melesat, menancap cukup dekat dengan lin

  • MAHAPATIH DARI MASA DEPAN : Dark Romance di Istana Majapahti   61 – Bara Dalam Sunyi

    Balairung sudah sepi. Para rakryan satu per satu pamit setelah rapat panjang mengenai tanah pembagian untuk rakyat miskin. Lampu minyak masih menyala redup di sudut ruangan, bayang-bayang api menari di dinding batu. Hanya tinggal Raja Arya Wuruk yang duduk di singgasana, tegak, seakan tubuhnya terbuat dari baja.Namun genggamannya pada gulungan lontar itu bergetar.Ia membuka sekali lagi—meski ia sudah membaca berulang kali sejak siang. Tulisan Alesha, rapi, tegas, penuh perasaan. Kata-kata itu menghantam dadanya, seakan setiap kalimat adalah pisau yang ditancapkan perlahan."Aku sangat berterimakasih dipertemukan denganmu… jangan khawatir, jangan mencariku… aku akan baik-baik saja…"Arya menutup mata rapat-rapat. Rahangnya mengeras. Dari luar, ia tampak tenang, bahkan dingin, tapi di dalam kepalanya ribuan suara berteriak.'Kau bilang jangan kucari? Bagaimana bisa aku diam, Lesha?Kau pikir aku mampu duduk tenang di istana ini, sementara entah di mana kau berada, sendirian, tanpa per

  • MAHAPATIH DARI MASA DEPAN : Dark Romance di Istana Majapahti   60 – Luka yang Disembunyikan

    Langkah Dharmadyaksa terhenti tepat di hadapan Alesha. Suasana alun-alun yang semula riuh oleh peserta yang sibuk menulis kini serasa terhenti hanya pada satu titik: di hadapan sosok berjubah panjang dengan wajah tertutup kain hitam.Tatapan mata tua itu menusuk, dalam dan penuh selidik. Suaranya tenang, namun membawa wibawa yang membuat bulu kuduk siapa pun berdiri.“Anak muda…” ucapnya perlahan, “Mengapa engkau menutup wajahmu seperti itu? Dan mengapa engkau memakai jubah panjang di bawah terik matahari? Tidakkah engkau merasa gerah?”Seketika, napas Alesha tercekat. Dalam hati ia berteriak:Gerah sekali! Rasanya aku bisa meleleh di balik kain ini. Di negeri tropis seperti ini, siapa yang tahan memakai jubah panjang?Namun ia tahu, kata-kata itu tak boleh keluar dari mulutnya. Wajahnya tetap menunduk, dadanya naik-turun menahan gugup. Ia berusaha mengatur suara, menurunkannya agar lebih berat dan maskulin, seperti suara seorang lelaki dewasa.“Wajah dan badan saya penuh bekas luka y

  • MAHAPATIH DARI MASA DEPAN : Dark Romance di Istana Majapahti   59 – Dentang Gong di Kotaraja

    Alun-alun Kotaraja pagi itu berubah menjadi lautan manusia. Langit cerah, matahari baru setengah meninggi, tapi panasnya sudah terasa menusuk kulit. Ratusan orang dari berbagai daerah tumpah ruah: calon Pamong Muda, prajurit pengawal, para pejabat, pedagang kecil yang membuka lapak darurat di pinggiran, hingga rakyat jelata yang datang sekadar menonton. Alesha berdiri di antara kerumunan, mengenakan pakaian samarannya: kain sederhana yang lusuh, wajah penuh bekas luka-luka palsu yang dibuat Samudra, lengan yang dibalut kain seolah habis bertempur. Samudra dan Mahadeva berada tak jauh di sisinya, seolah hanya pengawal atau kawan seperjalanan. Hanya mereka bertiga yang tahu siapa sebenarnya “lelaki asing” bernama Jaya itu. Dentuman gong menggetarkan dada, disusul genderang besar yang dipukul bertalu-talu. Semua suara pasar mendadak senyap, berganti tatapan serius ribuan pasang mata ke arah panggung utama. Dari sisi kanan, barisan pejabat tinggi kerajaan memasuki alun-alun. Paling dep

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status