Share

MELAHIRKAN ANAK KAKAK IPAR
MELAHIRKAN ANAK KAKAK IPAR
Author: Lee Rain

MAKI 1

Gemerlap malam pesta di sebuah hotel bintang lima Kota Navega kini sudah ditinggalkan oleh si pemilik acara. Sepasang pengantin memilih segera meninggalkan tempat yang membuat sesak di dada mereka..

Aruna Vega Prasetya adalah gadis yang menjadi mempelai wanita malam ini. Saat ini dirinya sedang berada di dalam mobil bersama lelaki yang baru saja sah menjadi suaminya.

Lelaki bernama Candra Putra Tanoto itu tampak terus diam sepanjang perjalanan mereka yang entah akan menuju kemana, Aruna tidak tahu.

Candra, putra dari pasangan Danu Tanoto dan Kartika itu benar – benar merasakan sesak di dalam dadanya setelah berpura – pura bahagia di malam yang sangat memuakkan. Dan saat ini, saat tidak ada orang lain di sekitarnya dia terus diam dan memasang raut muka yang mengerikan di hadapan istri yang baru saja dinikahinya itu.

“Kita mau kemana?” tanya Aruna ragu dengan suaranya yang kecil. Dalam hatinya terasa ngeri melihat raut amarah di wajah Candra. Aruna tahu bahwa Candra tidak bersungguh – sungguh menerima perjodohan ini. Begitu juga dengan dirinya. Namun mereka tidak bisa menentang keinginan orang tua mereka yang lebih berkuasa atas hidup mereka.

Candra hanya diam saja. Tetap fokus ke jalanan Kota Navega yang sudah mulai lengang karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Aruna terdiam. Gadis itu mencengkram erat ponsel yang ada di pangkuannya. Dia benar – benar tidak mengira kalau ternyata Candra sangat membenci dirinya. Terlihat dari sikapnya yang sangat enggan sekali menatap ke arah dirinya. Sangat jauh berbeda saat dia di hadapan kedua orang tua mereka. Aruna benar – benar merasa pernikahan ini adalah sebuah kesalahan. Dia pun bersalah karena sempat berpikir bahwa lelaki yang menikahinya ini akan bersikap baik dan lembut terhadap dirinya.

Dua puluh menit telah berlalu. Candra membelokkan mobilnya ke sebuah apartemen mewah di pusat kota Navega. Membawa sang istri naik ke unit yang entah milik siapa Aruna tidak tahu. Dia hanya bisa pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh suaminya.

Membuka pintu unit, Candra menyalakan semua lampu dan melepaskan jas pernikahannya yang berwarna putih itu.

“Ini apartemen milik siapa?” tanya Aruna ragu. Dia tidak berani bergerak barang sedikit dari posisinya yang saat ini  masih berdiri tegap di tengah – tengah ruangan. Candra tidak memintanya duduk atau sekadar berbicara menjawab pertanyaan Aruna.

Candra lagi – lagi hanya diam. Dan hal itu membuat Aruna semakin merasa takut juga salah tingkah. Lelaki ini benar – benar mengacuhkan dirinya. Bahkan tidak menganggap dirinya ada.

“Candra,” panggil Aruna lembut.

“Diam! Jangan sebut namaku!” teriak Candra dengan suara baritonnya. Dia tampak sangat marah saat Aruna menyebut namanya.

“K-kamu kenapa? Apa salahku?” tanya Aruna berusaha memberanikan diri untuk menghadapi suaminya yang tempramental ini.

“Kau mengatakan apa? Apa salahmu? Iya? Salahmu adalah sudah lahir di dunia ini dan mau menerima perjodohan gila ini!” bentak Candra lagi tanpa ada rasa belas kasih terhadap gadis yang baru saja dinikahinya itu.

“Tunggu dulu! Kau melimpahkan semua kesalahan ini padaku? Kau gila? Lalu kenapa kau mau menerimanya? Kau bahkan bisa bersikap manis di hadapan kedua orang tuaku! Kenapa kau melakukan itu? Seharusnya kau sendiri bisa menolaknya secara langsung!” balas Aruna tidak kalah berteriak.

Gadis itu sudah tidak tahan dengan kalimat pedas dari mulut Candra yang menyakitkan.

Candra bangkit dari posisinya. Menyeringai dan mendekat ke arah sang istri yang tidak pernah diinginkannya.

“Kau! Kau seharusnya menolakku, wanita jalang! Aku tidak mungkin menolak keinginan orang tuaku! Kau yang seharusnya menolak perjodohan bodoh ini!” desis Candra mencengkram erat rahang Aruna dan membat gadis itu merasa kesakitan di sana.

“Lepas!” bentak Aruna menyingkirkan tangan Candra dengan gerakan kasar. Rahangnya terasa sangat ngilu. Aruna tidak menyangka Candra akan melakukan kekerasan fisik seperti ini.

“Atau jangan – jangan kau memang menyukaiku yang tampan ini? Kau merasa bergairah saat melihatku? Iya? Dasar jalang murahan!” Candra berdecih membuang mukanya ke sembarang arah demi tidak menatap wajah cantik namun membuat kepalanya terasa mendidih itu.

Ya, Candra tidak menafikan bahwa Aruna memang gadis yang cantik. Tapi tetap saja dia bukan gadis yang dicintainya. Dan Candra tidak mau memaksakan perasaannya demi Aruna yang dianggapnya bodoh ini.

“Kau gila! Aku bahkan tidak pernah mengenalmu! Apa lagi sampai menyukaimu! Kau pikir kau lelaki yang pantas untuk menjadi suamiku? Tidak! Jadi jangan terlalu percaya diri! Kau pikir hanya kau yang muak dengan pernikahan ini? Aku juga! Jadi berhenti menyalahkanku. Ini juga salahmu!”

Aruna dengan sangat percaya diri mendongakkan kepalanya menatap nyalang untuk melawan lelaki itu. Dia benar – benar tidak terima dikatakan buruk oleh lelaki yang arogan seperti Candra.

“Oh, jadi begitu, ya? Kau tidak mau disalahkan? Kau benar – benar jalang licik!”

“Hentikan! Aku gadis baik – baik dan aku bukan jalang! Meminta maaf, atau akan ku ceritakan pada orang tuamu! Agar kau tidak akan pernah mendapatkan posisi yang kau inginkan itu!”

Plak!

Sabuah tamparan mendarat di wajah cantik Aruna. Gadis yang masih mengenakan gaun pesta lengkap dengan riasan naturalnya itu merasakan pipinya panas dan perih akibat ulah kejam lelaki yang baru beberapa jam menjadi suaminya.

Dada Aruna bergemuruh. Nafasnya tersengal dan dia tidak kuasa menahan air mata yang tiba – tiba saja keluar dari manik tembaga miliknya.

“Kau … kau menamparku?” lirihnya bergetar menahan gejolak yang ada di dalam dadanya.

“Ya! Itu adalah hadiah yang sangat pas untuk jalang sepertimu!” sahut Candra tersenyum tanpa ada rasa bersalah sedikitpun setelah menampar seorang gadis yang tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan dirinya.

Plak!

Dengan gerakan sangat cepat Aruna membalas perbuatan Candra dengan tamparan yang sama menyakitkan. Dia mencurahkan seluruh tenaga dan amarah ke dalam telapak tanganya yang lembut dan dingin itu.

Candra merasakan pipinya memanas. Wajahnya sampai menengok ke samping karena kerasnya tamparan dari tangan Aruna.

Candra menggerak – gerakan wajahnya yang terasa sedikit kaku. Sudut bibirnya berdenyut, kini lelaki itu benar – benar berselimut kabut amarah yang mengerikan.

Aruna menyadari akan hal itu. Namun sungguh dia tidak pernah menyesal telah menampar lelaki arogan yang telah menyakitinya.

Aruna memundurkan langkahnya. Melihat sorot mata penuh kebencian dari manik gelap milik Candra benar – benar membuatnya merasa ketakutan. Dia terus berjalan mundur dan berharap akan segera menemukan pintu untuk dirinya bisa segera keluar dan kabur dari tempat itu.

Candra menyadari akan pergerakan Aruna yang akan melarikan diri. Pikirannya pun menerawang jauh ke depan. Andai wanita itu berhasil kabur dari tempat ini. Pasti dia akan mengadu kepada orang tuanya atas apa yang telah dilakukannya terhadap gadis itu.

Itu sama saja akan menghancurkan reputasinya di hadapan Danu Tanoto, ayahnya yang otoriter. Dan apabila hal itu benar terjadi, maka hilang sudah harapannya untuk menjadi CEO di Tanoto Corporation.

Candra melangkahkan kakinya cepat. Dan pada saat Aruna akan membuka pintu itu, Candra berhasil menarik lengan Aruna. Dia tidak akan melakukan hal yang menurutnya bodoh.

“Lepas! Aku ingin kembali ke rumahku! Aku tidak ingin di sini bersama lelaki gila sepertimu!” teriak Aruna berusaha melepaskan cengkraman tangan Candra yang sangat kuat dan terasa menyakitkan di lengannya yang kecil.

“Kau pikir aku bodoh? Berhenti bicara dan ikut aku!”

Bersambung,

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rain Hujan
itu main tampar aja yeee
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status