Share

SEMBUNYI

"Sena Davinia, artinya anak yang dilindungi dewi bulan."

"Dewi bulan? Kenapa dilindungi dewi bulan? Kan ada Tuhan."

"Hahahaha- buat cadangan, siapa tahu Tuhan sedang sibuk jadinya dewi bulan bisa membantu."

"Oh."

Itulah percakapan yang berulang kali Sena dengar dari cerita ibunya. Ayah membuat nama yang terlihat romantis lalu kakak laki-laki yang antusias menyambut kehadirannya di dunia ini.

Sena pikir selamanya bisa bahagia bersama mereka, tapi ternyata dia salah. Setelah tumbuh dewasa dan menjadi cantik, dia di jual ke seorang keluarga pria kaya untuk dijadikan istri ke putranya yang mata keranjang.

Sena kembali menatap cermin, sebentar lagi suami dan selingkuhannya masuk. Lebih baik dia keluar terlebih dahulu sebelum bencana itu datang!

Sekarang akhirnya dia percaya bahwa dirinya mengulang waktu.

Sena masuk ke dalam perpustakaan dengan gaun tidur panjang dan telanjang kaki, rumah ini memiliki perpustakaan besar. Ayah mertuanya sangat suka membaca.

"Nyonya."

Sena menoleh dan melihat sekretaris ayah mertua sedang menatap aneh dirinya.

Tentu saja. Sejak menikah, aku tidak pernah memegang buku lagi. Masuk ke perpustakaan pun ditertawakan suami ketika minta izin.

'Kamu ingin menjadi orang aneh yang gila buku?'

Setelah dipikir ulang, aku yang terlalu bodoh karena takut dengan penilaian suami.

"Nyonya, ada apa? Kenapa anda di sini?"

"Aku-"

BRAK!

"Kamu yakin tidak ada orang di sini?"

Sena yang mendengar suara adik sepupu sangat dekat, sontak menarik tangan sekretaris ayah mertua ke balik rak buku perpustakaan yang tersembunyi.

"Aku selalu berkunjung ke sini, tidak mungkin ada orang. Hanya ada kita berdua di sini."

"Ah, kamu-"

"Sekarang, berikan semuanya kepadaku."

Sena mengerutkan kening dengan jijik begitu melihat suami dan adik sepupunya berciuman.

"Apakah anda kemari hanya untuk memergoki mereka?"

Sena yang berada di atas pria itu, menunduk dan tersenyum masam. "Tidak."

"Lalu?"

Sekarang Sena baru ingat, waktu itu suami dan sepupu masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk, dia mengira mereka akan melakukan hubungan tidak senonoh di kamarnya dan merasakan kekecewaan besar. Sekarang mereka melakukannya di perpustakaan-

Apakah waktu itu dia hanya iseng membuka pintu?

Sena tertawa ironis. "Aku berusaha kabur darinya dan sekarang malah harus melihat ini lagi?"

"Lagi?"

Sena balik badan lalu duduk santai dan mengambil sembarang buku yang ada di sekitarnya. "Biarkan saja mereka, pintu keluar satu-satunya harus melewati mereka dan sudah dikunci. Kita terpaksa terkurung di sini."

Sekretaris ayah mertua menatap tidak percaya Sena. "Nyonya, sebaiknya anda bicara ke tuan mengenai masalah ini."

"Apa yang bisa dibicarakan? Ayah mertua terlalu sibuk mengurus perusahaan, lebih baik aku menjaga diri dan menjauhi mereka."

Tidak butuh waktu lama bagi Sena untuk bersikap tidak peduli terhadap sang suami. Melewati tujuh kehidupan dengan rasa sakit yang sama otomatis membuat hatinya mati rasa di kehidupan yang kedelapan.

"Siapa nama kamu?" tanya Sena dengan nada suara pelan. "Aku selalu melihat kamu bersama ayah mertua, karena terlalu gugup waktu itu jadinya lupa dengan nama kamu."

"Adrian Abercio."

"Nama yang bagus."

"Terima kasih."

Adrian mendengar suara tidak menyenangkan di belakang lalu memberikan earphone ke Sena. "Anda mungkin tidak ingin mengotori pendengaran."

Sena menerima dengan senang hati. "Ide bagus."

Earphone dipasang ke handphone Adrian lalu melantunkan suara piano.

Sena konsentrasi membaca sambil mendengarkan suara piano sementara Adrian mengetik sesuatu di handphone.

Tidak lama, mata Sena menjadi berat lalu terlelap.

Adrian melirik Sena yang sudah tertidur, mengintip isi buku di pangkuannya.

Buku mengenai strategi marketing?

-------------

Sebelum Sena dijual untuk menikah dengan anak orang kaya, dia bercita-cita ingin menjadi marketing, mengejar target adalah tantangan untuknya.

Sayangnya, kedua orang tua Sena lebih memilih jalur lain dengan alasan demi masa depan anak.

Sena yang menyayangi kedua orang tuanya, tidak bisa membantah.

Harapan keluarganya, Sena bisa hidup nyaman dan aman lalu mereka bisa bebas dari hutang. Tapi ternyata hidup tidak semudah yang dibayangkan.

Suami Sena sangat membencinya, mengutuk kehadirannya dan lucunya tidak bisa menolak perintah sang ayah demi menjadi pewaris.

"Nyonya-"

"Mhm?"

Sena bermimpi sedang membagikan brosur ke berbagai macam orang dan menerima berbagai macam reaksi, dia tidak peduli dan tetap semangat membagikan brosur sekaligus menceritakan isi brosur.

"Nyonya!"

Sena terbangun ketika mendengar suara teriakan Adrian, telinganya sudah tidak terpasang earphone lagi. "Astaga, ada satu lagi yang belum aku kasih tahu!"

Sena melihat wajah datar Adrian. "Hah?"

"Nyonya, tuan dan kekasihnya sudah selesai. Apakah anda tidak kembali ke kamar?"

"Kamar?" Sena masih linglung lalu ingat kembali, saat ini dia ada di perpustakaan bersama Adrian. "Astaga, aku harus kembali!"

Adrian melihat Sena yang berlari panik.

Sena memegang kenop pintu lalu menunjuk Adrian. "Apa yang terjadi hari ini, jangan sampai diketahui orang lain."

"Tenang saja, rahasia aman di saya. Tapi saya tidak bisa berbohong di depan tuan besar."

"Yah, ceritakan saja kalau beliau bertanya."

"Baik."

Sena keluar perpustakaan dengan mengendap-endap, memastikan tidak ada yang melihatnya.

Sementara di dalam perpustakaan, Adrian melihat buku yang ditinggalkan Sena lalu membawanya.

-------------

"Maaf, tuan besar. Anda jadi menunggu lama saya."

"Biasanya kamu tidak pernah terlambat, ada apa? Apakah ada yang menghalangi kamu?"

"Tidak, saya tertidur tadi."

"Ah, seorang Adrian bisa melakukan kesalahan hahahaha-"

Tok! Tok!

Adrian membuka pintu dan melihat Ducan Emrick berdiri di depan pintu.

"Ayahku ada?"

"Tuan muda, tuan besar ada di dalam."

Ducan mendorong pintu dan Adrian sambil masuk ke dalam ruang kerja. "Ayah," sapanya dengan sopan.

"Ducan, darimana saja kamu?"

"Aku keluar sebentar untuk menghibur Sena."

Adrian yang sedang menutup pintu, mengerutkan kening.

"Ada apa dengan Sena? Kamu membuat masalah lagi? Harusnya kamu bisa menjaga dia dengan baik."

"Dia hanya tidak mau makan dan aku harus ada di sana, wanita yang merepotkan tapi aku sayang dia."

"Kamu harus menyayanginya dengan tulus."

Adrian berdiri di samping ayah Ducan.

"Kamu mau apa?"

"Ah, ayah- selalu mengerti keinginan anaknya."

"Apa yang kamu inginkan?"

"Aku mau melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri, bolehkah aku pinjam pesawat pribadi ayah?"

"Perjalanan bisnis?"

"Aku ingin memperkenalkan bisnis kita ke luar negeri bersama tim, jika ayah tidak keberatan- bisa membiayai perjalanan kami, lagipula ini akan memberikan keuntungan banyak untuk kita di masa depan."

Adrian bertanya sambil memperbaiki letak kaca mata. "Tuan muda, untuk melakukan perjalanan ke luar negeri, wajib melakukan tes kesehatan dan kita membutuhkan uang lebih. Apakah anda bisa menjamin perjalanan ini akan memberikan banyak keuntungan untuk perusahaan?"

"Kamu ini bicara apa? Aku sedang bicara dengan ayahku, kenapa malah kamu potong?"

Ayah Adrian semakin tidak suka melihat reaksinya yang tidak dewasa. "Apa yang dikatakan Adrian benar, seharusnya kamu bisa berpikir panjang. Masih ada jalan lain untuk promosi produk kita."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status