Aira Hanindya seorang wanita sebatang kara, yang tinggal di sebuah desa terpencil. Aira mempunyai impian menjadi seorang baker yang sukses, dia ingin menunjukan pada semua orang yang merendahkan dirinya selama ini, bahwa seorang yang hidup sebatang kara dengan keterbatasan ekonomi bisa merubah nasib hidupnya menjadi lebih baik. Pada akhirnya Aira pindah di sebuah kota besar, dan mengadu nasibnya, berharap mimpi nya bisa menjadi kenyataan. Di tengah perjalanan kehidupannya mengadu nasib, Aira bertemu dengan seorang pria yang bernama Abyan Ethan kaviza. Byan adalah seorang pengusaha sukses yang hidupnya terbilang hampir sempurna, banyak wanita yang mengejar dan mendambakan dirinya, akan tetapi Byan tidak pernah merasa ada wanita yang benar benar tulus padanya. Byan bertemu dengan Aira karna sebuah insiden yang tidak di sengaja. Semenjak itu Byan dan Aira menjadi teman baik, dan seiring berjalannya waktu, tumbuh cinta di antara keduanya. "Aira , ayo kita berpacaran." Ucap Byan penuh keyakinan. "Tapi kita sangat jauh berbeda Byan, kamu terlalu sempurna untuk wanita seperti saya." Jawab Aira. "Saya mencintai kamu apa adanya, izinkan saya menjaga kamu Aira, hanya kamu wanita yang membuat hati saya tidak karuan." Setelah mereka berpacaran, ibu dari Byan tidak setuju anaknya mempunyai hubungan dengan wanita yang menurutnya tidak jelas latar belakang keluarganya, sehingga berbagai cara dilakukan untuk memisahkan mereka berdua. Byan menikahkan Aira tanpa persetujuan ibunya, karena ayahnya yang mendesak Byan agar terus melangkah ke jenjang pernikahan tanpa memikirkan ibunya.
View MoreHujan mengguyur sedari pagi hingga sore belum usai juga, seorang wanita memakai baju SMA berlarian di tepi jalan di tengah hujan, payung yang dia gunakan untuk berlindung rusak akibat angin yang berhembus kencang.
Anak perempuan itu adalah Aira Hanindya.Aira berlari di tengah hujan sambil menutup kepala dengan tas sekolahnya yang berbahan plastik, dengan harapan kepalanya tidak pusing karena terlalu basah kuyup terkena air hujan."Bu, Aira pulang." Aira melepas sepatunya yang basah di depan rumah, sambil sesekali melirik pintu yang tidak kunjung di buka.Biasanya bu Sulastri selalu menyambut Aira sepulang sekolah, tetapi kali ini berbeda. Pintu rumah masih tetap tertutup rapat sekalipun Aira mengetuk beberapa kali sambil memanggil ibunya."Mungkin ibu masih membantu ayah di kebun." Gumam Aira.Hari sudah hampir gelap, akan tetapi kedua orang tuanya belum juga muncul di hadapan Aira.Aku harus menyusul ke kebun, perasaanku tidak enak. Batin Aira.Hujan masih gemericik membasahi desa itu, Aira sampai di kebun tempat ayahnya bekerja.Betapa terkejutnya wanita itu saat melihat kedua orang tuanya tak sadarkan diri di bawah pohon dengan keadaan setengah terbakar seperti tersengat listrik."AYAH ... IBU ... TOLONG , TOLOOOOONG." Tubuh Aira bergetar hebat, suhu panas dingin tidak terkontrol di dalam tubuhnya.Aira belari mencari pertolongan, di area kebun sangat sulit di temukan orang yang berlalu lalang.Secercah harapan muncul saat melihat pria paruh baya mengendarai motornya untuk mengangkut rumput pakan ternak.Aira berteriak memanggil bapak itu dan meminta tolong.Pria itu melajukan sepeda motor ke arah Aira, hendak bertanya ada masalah apa, sampai wanita itu berteriak sambil menangis di tengah jalan perkebunan."Ada apa neng?" Ucap bapak itu."Pak tolong orang tua saya di kebun sebelah sana, ayo pak lihat dulu." Aira menunjuk lokasi dimana orang tuanya berada sambil berderai air mata.Bapak itu menepikan sepeda motor dan muatannya di pinggir jalan, dan berjalan mengikuti Aira yang setengah berlari."Ya ampun neng ... Ini mah tersambar petir, sepertinya orang tua neng sudah berpulang, neng yang sabar ya. Bapak mau memanggil warga dulu, neng tunggu disini ya.Aira menjerit lalu bersujud di kaki orang tuanya yang sudah tiada, "Ayah , Ibu ... Aira gak punya siapa siapa lagi selain kalian, sekarang kalian ninggalin Aira sendirian disini sendirian."Beberapa menit kemudian, banyak warga yang berdatangan dan membawa tandu dari bambu untuk mengangkut jenazah orang tua Aira.Jenazah orang tua Aira selesai di mandikan, dan akan segera di kebumikan.Aira sudah tidak bisa menangis lagi , rasanya seluruh air matanya sudah kering hari ini.Tidak ada yang merangkul Aira , setiap orang yang datang bertakziah hanya memberi ucapan belasungkawa seadanya.Begitu juga saudara aira Nita Juanita yang Tak lain adalah sepupu dari ayah Aira. Bu Nita dan suaminya Bagus Wiranto tidak memperdulikan Aira sama sekali.Justru setelah selesai pemakaman Nita yang biasa di panggil bi Nita oleh Aira malah menagih hutang Alm ayah nya."Ra, di hitung dulu itu dapat berapa uangnya, habis itu setor sama bibi. Ayah kamu itu banyak ngutang di warung bibi, dan itu sudah tidak terhitung lagi."Pak Bagus sebagai suami hanya bisa pasrah melihat kelakuan istrinya , jika sekali saja pak Bagus membela Aira, istrinya itu akan marah besar."Aira lemas bi, bibi saja yang hitung." Jawab Aira dengan wajah sembabnya."Ah ... Lama banget, bibi ambil aja nih semuanya. Asal kamu tau Ra, ini belum ada setengahnya dari total hutang Alm ayah kamu. Nanti kalau kamu sudah bekerja harus ingat masih ada hutang orang tua kamu sama bibi, sudah ya bibi pulang, bibi laper.Aira memandang sendu sekeliling rumahnya, sehari sebelumnya rumah ini masih di isi dengan canda tawa. Tapi sekarang semuanya berbanding terbalik.Setelah lulus SMA Aira melamar pekerjaan di toko yang ada di sekitar desa tempatnya tinggal. Tapi nihil ... tidak ada yang membutuhkan tenaganya.Selama ini Aira mencukupi kebutuhan sandang pangan dengan menjual sisa sisa peninggalan orang tuanya, seperti televisi, radio tape, mas kawin orang tuanya,dan beberapa baju yang masih layak jual.Orang yang membeli pun sebenarnya tidak butuh barang yang Aira jual, mereka hanya iba.Bi Nita sebagai saudaranya dan mempunyai usaha warung pun tidak pernah mau membantu Aira, dengan alasan hutang ayahnya yang belum lunas.Beberapa pemuda di desa itu bersedia menolong Aira, karena tidak tega melihat nasibnya. Tetapi banyak dari orang tua mereka menentang jika ada lelaki yang mendekati Aira, mereka selalu mendoktrin anak lelakinya ... Jika orang tua Aira mewarisi banyak hutang, dan siapapun yang menikahi Aira nanti harus bersedia menanggung semua hutang Almarhum orang tuanya.Begitupun teman perempuan sebaya Aira, tidak ada yang mendekatinya, khawatir Aira akan menyusahkan dan selalu minta bantuan kepada mereka.Aira mengingat dahulu pernah belajar membuat kue dengan Ibunya , dengan sisa uang yang ada, Aira membelanjakan uang seadanya itu dengan bahan yang dia perlukan.Aira berhasil membuat beberapa kue tradisional yang di modifikasi olehnya. Seperti donat gula putih, Aira menambahkan lelehan coklat di dalamnya, sehingga pembeli mendapatkan sensasi yang berbeda. Tidak seperti donat yang di jual di kampung pada umunya.Aira memasarkan donat tersebut ke warung warung, menitipkan sekitar 20 pcs donat di setiap warung. Aira mengantar donat di pagi hari dan mengambil sisa di sore hari.Seminggu pertama donat jualan Aira tidak pernah tersisa, para warga apalagi anak anak sangat menyukai rasanya. Terlebih lagi Aira membanderol harga murah pada donatnya.Aira mendapat kecaman dari warga yang berprofesi sama dengannya, orang itu menilai Aira sudah mematikan rezeki mereka.Sebagian saingannya menggunakan cara kotor untuk menyingkirkan Aira, agar wanita itu tidak menjadi penghalang lagi bagi mereka.Mereka menyebar informasi palsu, bahwa donat Aira memakai bahan terlarang dan alasan Aira menjual donat dengan harga murah karena pembuatan donat dari bahan yang sudah tidak layak konsumsi.Padahal kenyataannya Aira menjual dengan harga murah dengan alasan agar kue donatnya cepat habis terjual.Informasi yang beredar di kampung sangatlah cepat, hampir seluruh warga percaya fitnah tersebut. Mereka menggunjing Aira tanpa ampun.Aira harus memutar otaknya kembali untuk bertahan hidup. Tak pernah terpikir oleh Aira untuk pindah dari desa tersebut, apalagi menjual rumah peninggalan dari orang tuanya, karena di tempat itulah dia dan kedua orang tuanya pernah mengukir cerita manis bersama yang tidak bisa di tukar dengan apapun.Aira mendapatkan sedikit inspirasi untuk menyambung hidupnya,"Maaf""Gak masalah kak, aku cukup tau diri kok." Ucap Aira.Byan mengecup puncak kepala wanitanya itu, "Maaf harus liat adegan menjijikan tadi, itu semua aku lakukan untuk keamanan kamu, aku ga ada pilihan lain.""Iya kak, ada apa kamu datang kesini?""Tentu saja mau bertemu wanita pujaan hatiku."Aira menyunggingkan senyumnya, "Jangan memancing amarah mama kamu kak.""Pelindungku sudah datang, papa." Sahut Byan yang sudah duduk di samping Aira."Aku gak mau jadi penghancur keharmonisan keluarga kamu kak. Tolong ngertiin aku.""Kalau gitu berarti aku yang akan hancur Ai." Ucap Byan.Byan memeluk Aira sambil menyandarkan kepala di bahu wanitanya itu, "Apapun keadaannya, tolong tetap di sampingku, aku mohon."'Alfian yang sudah menenteng bungkusan berisi makanan mengurungkan niatnya untuk menghampiri pasangan yang sedang duduk berduaan di taman. Pria itu lebih memilih menyantap makanan itu sendirian sambil memantau dari kejauhan.
Alfian tercengang melihat seisi apartemen yang tadinya tidak sebagus ini. "Ai? Kamu bilang tadi ada yang buat onar di apartemen, mana? Ini rapih banget." "Udah di urus semua sama orang suruhan kak Byan. Pak please antar saya ke tempat ini." Ucap Aira sambil menunjukan layar ponselnya, tertera alamat lengkap yang di kirim oleh Tyas. "Saya gak nyangka Tante Tyas bisa segininya, padahal yang saya tau beliau termasuk orang tua yang acuh pada Byan." "Ayo Pak, kita langsung kesana aja." Ucap Aira yang sudah tidak sabar. Di mansion Tyas. Joane selalu menempel kemanapun gerakan Byan, pria itu sejujurnya risih dengan semua perlakuan wanita ini. Tapi mau tidak mau Byan harus menahannya,agar Aira tidak di sakiti oleh orang suruhan Tyas, sekuat apapun Byan melawan Tyas akan selalu mempunyai ratusan cara agar keinginannya terwujud. Aira menutup mobil Alfian sambi
Byan terpaksa pulang di malam hari dari apartemen Aira, karena wanita itu melarang Byan untuk menginap, sekalipun mereka tidur terpisah antara kamar dan ruang tv tetap Aira tidak mau. *Suara bel apartemen Aira Aira yang sudah sangat mengantuk, terpaksa berjalan untuk membuka pintu. Terlihat beberapa orang berbadan tegap memaksa masuk ke apartemen Aira, "Eh Bapak bapak ini siapa? kenapa kalian gak sopan kayak gini." Tanya Aira yang membuntuti pria yang berjumlah 5 orang yang menerobos masuk ke dalam. Tanpa aba aba , semua nya mengacau di dalam apartemen Aira, semua barang pecah belah, tv dan semua alat elektronik lainnya di banting ke lantai secara membabi buta oleh para pria misterius itu, Aira tidak ada daya untuk melawan karena sudah pasti akan
Byan terus memeluk Aira yang sedang menyiapkan minuman untuknya, "Mulai hari ini, kamu punyaku sayang." Bisik Byan. "Kak ... aku merinding jadinya." Aira bergidik saat Byan berbisik di telinganya. Byan mengangkat tubuh Aira yang ramping, dan mendudukkannya di meja dapur, "Jangan pernah berfikir buat jauh dari aku lagi, karena mulai sekarang udah gak akan bisa. Kamu masuk pantauan aku 24jam sayang." "Aku gak yakin kak, bisa aja ini cinta sesaat kamu ... jadi jangan terlalu dalam." "Gak yakin karena?" "Orang tua kamu tidak menyukai aku, dan kamu sudah punya calon istri." Byan membungkam mulut Aira dengan c1um4n yang menuntut, setelah beberapa menit Byan baru melepasnya. "Aku gak mau kata kata sejenis itu keluar dari mulut kamu. Calon istri ku cuman kamu. kalau kamu mau, besok aku bisa saja jadikan kamu istri yang sesungguhnya."
2 Minggu berlalu, Byan belum juga menemukan Aira ... Alfian sendiri tidak bisa mengorek data pribadi Aira di kampus, karena itu bersifat rahasia."By, lo makan dulu ... kerjaan lo ga kelar kelar kalau mikirin Aira terus. nanti juga dia balik kok." Ucap Alfian dengan semangkuk bubur di tangannya.laByan terlihat pucat, beberapa rambut juga tumbuh di wajahnya ... pri itu tidak menyempatkan mengurus dirinya sendiri. setiap hari Byan hanya menunggu anak buahnya memberi informasi tentang perkembangan pencarian lokasi Aira."Gimana? udah ada kabar Aira ada dimana?" Ucap Byan dengan suara lemahnya."Ya belum lah By ... kalau ada juga gue pasti kabarin." Ponsel Alfian.CHAT.(Aira ) : Pak maaf Aira baru aktifkan ponsel. Maaf panggilan telpon dari bapak 2 Minggu yang lalu tidak terjawab."BYAAAAAN !!!!!!" Alfian menaruh semangkok bubur di meja dan dengan cepat menunjukan layar ponselnya pada Byan.
"Nanti pagi pegawai kakak datang untuk antar barang barang kamu selama tinggal disini," Ucap Byan sambil menikmati makan malamnya."Emang kakak mau kemana?" "Kakak kerja Ra, besok ada pembahasan penting. gak apa apa kan di tinggal? nanti makan siang Kakak pulang. Tenang aja ... apartemen kakak aman." Aira mengangguk, "Oke.""Hm ... Ra, kakak ada sesuatu yang harus di sampaikan, rasanya mengganjal jika kakak Tahan terus." Aira menutup box makanan yang sudah kosong, menyudahi aktivitas makan malamnya. Aira sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Byan .. "Apaan ka? bikin penasaran aja." "Mm ... saya gak mau menjadi sekedar kakak di hati kamu" "Hah?" Aira menyelipkan rambut yang menghalangi wajah ke belakang telinganya, sambil terus menatap penasaran pada Byan.Byan memberanikan diri menggenggam tangan Aira, ""Aira , ayo kita berpacaran." Ucap Byan penuh keyakinan.Aira menatap Byan lirih."Tapi kit
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments