Pada akhirnya keduanya hanya tertawa dan tidak jadi melanjutkan tidur kembali.Di tengah tawa, perut Bella terdengar berbunyi sangat nyaring, tanda gadis itu lapar."Bunyi apa itu?" tanya Ben, refleks membuka selimut dan menyalakan lampu kembali."Bunyi perut saya, tanda cacing di dalamnya kelaparan," sahut Bella, lalu beringsut dari tempat tidur dan segera berdiri, sehingga tubuh polosnya terekspos. "Astaga, saya lupa jika.." gadis itu tidak melanjutkan ucapannya, karena itu semua sangat membuatnya malu.Tangannya segera menarik selimut yang menempel di tubuh Bernard, sehingga gantikan tubuh pria itu yang terlihat polos."Hai itu selimut saya!" protes Bernard saat tangan gadis itu menarik selimut dari tubuhnya yang sengaja belum mengenakan apa pun."Saya malu kalau harus keluar ga pakai baju," jawab Bella, sembari melilitkan selimut itu pada tubuhnya. Namun, apa yang dia lihat pada tubuh tuannya, sangat mencengangkan. Seketika Bella menatap tubuh Bernard tak berkedip saat melihat l
"Kamu itu bodoh atau polos, untung saja tidak jatuh pada pria yang jahat, meski aku sendiri tidak baik, tapi setidaknya tidak menjadikan kau budak nafsu." Bernard berkata dalam hatinya dan sekilas melirik ke arah Bella saat ingin mengikuti masuk ke kamar."Kenapa Tuan Ben melirik saya seperti itu?" tanya Bella risi sekaligus penasaran.Tentu saja gadis itu sangat penasaran karena tidak biasanya pria itu bersikap manis dan tidak jutek lagi padanya.Saat melihat seperti itu tuannya terlihat sangat manis dan tampan, tidak seperti kemarin dengan wajah galak dan dingin juga jahil."Lalu kenapa hati kamu juga berisik menilai saya?" tanya balik Bernard saat melihat wajah lucu dan imut Bella."Hah! dia tahu aja aku mengoceh dalam hati," batin Bella."Saya tidak ngapa-ngapain, Tuan," ujar Bella seraya wajahnya bersemu merah."Awas saja!""Saya berangkat kerja dulu, dan kamu istirahat saja, jangan membuka pintu untuk siapa pun kecuali saya sendiri.""Baik, Tuan.""Dan itu tolong mulai sekarang
Tangan gadis itu pun dengan perlahan memijat kulit kepala Ben, dengan sangat hati-hati. Tidak ada dalam mimpinya memijat pria yang membelinya, pria tampan dan jika tersenyum, ada madu tumpah ruah di sana, meski jarang sekali tertawa tapi sudah beberapa hari pria itu bisa tersenyum dengan tulus."Tuan apa Anda baik-baik saja?" tanya Bella saat suhu tubuh pria itu semakin demam dan menggigil. "Kepalaku sangat sakit dan perut terasa penuh," balas Pria itu pelan."Kalau begitu kita ke rumah sakit," ajak Bella."Tidak, biarkan aku istirahat nanti juga sembuh," tolak Ben dan matanya tetap terpejam."Kalau tidak sembuh bagaimana?""Kamu jadi janda sebelum waktunya," jawab Ben asal. Karena tidak mau membuat gadis itu khawatir.Sebelumnya hampir dua jam dia berendam dia air dalam keadaan perut kosong, lalu semalam ga tidur dan inilah hasilnya seluruh tubuhnya sakit dan demam."Tuan, kalau tidak ke dokter sakit Anda tambah parah," ajak Bella lagi dan tak menggubris ucapan Ben yang melantur.
"Wajah Tuan mirip pria pedopilia, yang sedang mencari mangsa abegeh polos dan mudah di rayu dengan uang yang tak seberapa," sahut Bella yang sedang menatap Ben dengan menahan tawa."Saya menolak makan bubur, karena...."Belum juga selesai Bella meneruskan perkataannya, tapi Ben sudah memotong ucapan itu dengan dibarengi tatapan menghunjam tembus sampai ke jantung."Harus makan bubur, kalau tidak mau, saya pun sama dan curiga jika di dalam bubur itu kamu kasih racun!""Satu lagi saya bukan pedopilia, tapi gadis yang saya sentuh datang sendiri dan malah minta tambah, lagi dan lagi sampai saya encok dibuatnya.""Tuan, parah kalau bicara, bukan Tuan yang encok tapi tubuh saya yang remuk!"Ben sendiri hanya tersenyum saat menatap Bella dengan bibir komat-kamit ala dukun yang sedang mengobati pasiennya, ya dia tidak menggubris ucapan gadis itu bahkan tidak tahu apa yang ucapkan.Bella sendiri segera menyiapkan satu mangkuk bubur ayam lengkap dengan suwiran ayam, bawang goreng, kerupuk dan k
Pagi sekali pria itu sudah dijemput asistennya yang bernama Bobby, meninggalkan wanitanya yang masih terlelap dibuai mimpi indah di pagi hari.Pria itu hanya menulis pesan di kertas dan menempelkannya di meja, bahwa dirinya berangkat sangat pagi sekali.Susana di kantor saat Bernard sampai masih sangat sepi, karena waktu masih menunjukkan waktu pukul enam pagi. Sementara semua staf rata-rata datang jam tujuh pagi.Meskipun Ben masih demam, ia tetap harus berangkat ke kantor karena memang sangat sibuk sekali.Selain ada rapat penting dengan klien juga peluncuran bisnis lainnya yaitu produk pakaian renang anak-anak.Bernard berada di ruangannya bersama Bobby asisten kepercayaan yang sedang sibuk mengurus launching produk baru dari pabriknya. "Tuan, Nona Kristin semakin nekat saja, dan saya sangat ngeri kena imbas dari wanita itu."Curhat Bobby pada Ben yang sedang fokus menatap berkas dengan wajah sangat datar.Bobby membuka suara, memecah keheningan diantara keduanya. Sontak Ben meli
Bernard segera menghubungi Bella, saat berkas yang sudah dia persiapkan semalam tertinggal di atas meja kecil dekat tempat tidur.Ini kali pertamanya menjadi manusia pelupa, dan itu sungguh sangat menjengkelkan baginya.Bagaimana Seorang Bernard Antonio yang selalu ingin sempurna kini melakukan kesalahan, yang menurut sebagian orang sangat sepele akan tetapi tidak bagi dirinya.Baru kali ini pria itu melakukan kesalahan. Namun, seolah sudah berkali-kali melakukannya.Akhirnya pria itu dengan terpaksa meminta Bella untuk mengantarkan berkas yang ia butuh kan Bernard sadar, teriknya panas matahari siang sangat menusuk kulit, terlebih jika wanita itu datang dengan menaiki ojek bukan taxi.Setelah meminta Customer Service untuk menunggu dan mengantarkan gadis yang bernama Bella, pria itu pun segera fokus dengan angka di layar laptop di hadapannya.Sepuluh menit kemudian, Bernard sudah tak sabar menunggu Bella dan sesekali menghubungi gadis itu yang sedang berada di jalan menuju ke kan
Saya tidak butuh, Tuan, lagi pula apa pedulinya!" tolak Bella dan langsung melepaskan diri dari rengkuhan tangan Bernard.Ben tertawa terbahak saat mendengar gadis itu bicara, ia tahu wanitanya sedang cemburu.Sementara Bella sendiri langsung bergegas masuk kamar dan langsung mengunci kamar dari dalam."Uuh, wanita kalau sedang cemburu sangat menggemaskan, awas saja malam ini ga akan aku biarkan tidur pulas." Ben tersenyum penuh ancaman dan seperti biasa hidupnya akan penuh gairah semenjak tinggal dengan Bella.Di dalam kamar, gadis itu menggerutu, marah-marah sendiri karena sangat kesal pada pria buaya yang bernama Tuan Bernard Antonio."Mandi lebih baik, otakku biar segar dan bisa berpikir cemerlang."Gegas wanita itu masuk kamar mandi dan mulai melakukan ritual mandinya dengan sempurna selama satu jam lebih. Bernard sudah tak sabar menunggu lebih lama lagi, cukup dua jam kurang dan ia harus masuk segera ke kamar di mana Bella berada. Bernard berusaha membuka pintu kamar yang di
"Jagung bakar, cepat!" teriak Ben, yang sudah tak sabaran menunggu Bella keluar kamar. Padahal pria itu duduk di ruang tamu belum genap tiga menit."Sebentar kadal raksasa!" sahut Bella dari dalam kamar, gadis itu lama dalam memilih pakaian yang ke semuanya seksi dan mempunyai belahan dada yang sangat rendah, sehingga leher jenjangnya akan terekspos bebas, apa lagi di kulit leher dan dadanya banyak bekas gigitan drakula yang haus darah."Lama sekali, ngapain saja sih!" ucap pria itu ketus, saat melihat pintu yang ditempati Bella bergerak dan muncullah seorang gadis dengan pakaian yang tampak seksi dengan kaos dan rok mini.Sesaat Bernard melotot tajam ke arah Bella yang mengurungkan langkahnya yang hendak keluar kamar."Ganti!" seru Ben dan langsung berdiri dari duduknya dan segera bergegas berjalan ke arah Bella yang berdiri mematung di ambang pintu kamar.Ganti atau kamu tidak akan pernah keluar kamar seumur hidup!" perintahnya, lalu mendorong tubuh Bella dengan kedua tangannya supa