공유

3. pulang

작가: Ria Abdullah
last update 최신 업데이트: 2025-07-14 16:17:52

Ya, tanpa menunggu lama lagi aku langsung mengemasi barang, membenahi pakaiaan anak dan memasukkan botol susunya ke dalam tas. Kuraih ponsel dan memasukkan barang-barang berharga milikku ke dalam tas tangan, lalu memanggil ojek online untuk menjemput di depan rumah.

Kirim pesan pada Mas Dirga yang berisi,

Maaf, Mas, aku pulang ke rumah ibuku, kau boleh menjemput setelah merenungi permintaanku pagi tadi dan menyetujui perubahan yang akan sangat berarti bagiku dan Fais. 

Kurasa pesan singkat itu mewakili perasaan yang sedang berkecamuk di dalam hatiku, Aku membutuhkan keadilan dan bagaimana cara keluarga itu memperlakukanku sebagai manusia yang punya hak.

Tidak lama kemudian ojek online datang dan membunyikan klaksonnya, setelah memastikan pintu rumah terkunci dan steker listrik sudah dicabut aku langsung pergi begitu saja meninggalkan komplek rumah yang tidak jauh dari rumah ibu mertua.

Saat menutup pintu gerbang tetanggaku yang kebetulan sedang berdiri di depan rumahnya langsung bertanya,

"Mariana, mau kemana Dek?"

"Mau ke rumah ibu," jawabku.

Wanita yang kenal dekat denganku itu nampak heran melihat mata ini  yang sembab, dia memberi isyarat bertanya lebih lanjut namun aku tidak menanggapinya langsung naik ke atas objek dan meluncur  pergi.

Sesampainya di rumah ibu, kutekan bel pintu  dengan perasaan membuncah, aku belum saja bertemu dengan wanita yang paling kucintai di dunia, namun hati ini sudah meronta-ronta ingin menumpah ruahkan air mata, aku ingin menangis di dalam pelukan ibuku tercinta.

"Siapa?"

"Sa-saya, Bu, Mariana," jawabku dengan suara parau.

Tukang ojek yang masih berdiri untuk memastikan bahwa aku sudah masuk dengan aman terlihat sabar menunggu sampai Ibu menggerakkan kunci dan membuka gerbang.

Saat itu juga aku langsung menghambur kedalam pelukan ibu dan menangis tersedu-sedu.

Tukang ojek dan ibu saling pandang dari sore memberi isyarat, ada apa, apa yang terjadi?

"Ada apa ini, kenapa menangis?" tanya Ibu dengan cemas. Dia meraih anakku yang juga nampak cemas dengan suasana hati mamanya,  sehingga dia juga menangis.

"S-saya mau pulang, Bu, saya gak tahan, mereka ternyata kejam dan perhitungan," balasku terbata-bata. 

Tukang ojek yang sudah kubayar itu langsung mengatakan bahwa diri ini harus sabar lalu dia berpamitan pergi.

Setelah aku bisa mengambil napas ibu mengajakku masuk ke dalam rumah dan mendudukkanku di kursi ruang tengah, dengan cepat beliau mengambilkan segelas air dan menyodorkannya padaku.

"Minum dulu, Maria, karena kesedihan kau bahkan tidak ingat untuk membenahi jilbabmu yang berantakan," ucap Ibu dambil memperbaiki letak jilbabku, namun di saat itu dia langsung melihat bekas pukulan ibu mertua di pipi kiriku.

"A-apa ini?" Ibu langsung syok  melihatku.

"Aku dipukul mertua."

"Karena apa?"

"Karena menuntut Uang belanja lebih, selama ini Rp.800.000 tidak cukup dimakan 1 bulan,  aku tertekan untuk mengatur belanja itu sementara suamiku punya banyak tuntutan, aku hanya meminta pengertian dan berakhir seperti ini ...." Ketika menceritakan itu air mataku tidak henti-hentinya menetes.

"Astaghfirullah, benar benar ya ... terus suami kamu bilang apa?"

"Gak ada, Bu. Ya pergi kerja dan tak lama kemudian ibu dan iparku datang," jawabku.

Lagi menangis seperti itu tiba-tiba Ayah datang dari halaman belakang, beliau yang sudah pensiun dan sibuk peternak ayam langsung terkejut melihat penampilanku.

"Siapa yang melakukan ini padamu?"

Ayah terlihat langsung naik pitam,

"Seumur hidup aku tidak pernah memukulmu, Aku menjagamu dengan baik bahkan tidak membiarkan seekor lalat pun hinggap di kulitmu, siapa yang lancang begini?!" Suara ayam menggelegar dan cukup membuatku gemetar dan khawatir bahwa beliau akan pergi mengamuk ke rumah ibu mertua.

Aku dan ibu saling berpandangan lalu wanita ku tercinta langsung mendudukkan ayah dan meminta beliau untuk tenang.

"Tenang, Ya, ini urusan rumah tangga anak, kita tidak boleh ikut campur jauh kecuali jika hal itu keterlaluan," ujar ibu.

"Memukul adalah tindakan kekerasan dan itu keterlaluan. Aku tidak akan menerima ini!"  ucap ayah dengan garangnya.

"Tapi jika kamu menyerang ke rumah mertuanya, Mas, itu akan mengancam rumah tangga anak kita. Tidak kasihankah kepada cucu? Sebaiknya mari panggil Dirga dan bicarakan ini dengan baik-baik," usul ibu denga nada lembut.

"Aku tidak mau aku akan membalaskan pukulan yang mendarat di pipi anakku," balas ayah dengan lantang.

"Sebentar ya Mas biar aku telepon Dirga," ujar Ibu sambil menghela nafasnya pelan, lalu beliau meraih ponsel di atas bufet dan menghubungi Mas Dirga.

"Permisi Nak, Ibu ingin kamu datang ke tempat Ibu karena Mariana ada di sini," ujar ibu setelah berbasa-basi sejenak dengan suamiku.

"Hmm, kalau boleh tahu ada apa ya Bu?"

"Hanya ingin bertemu dan menyambung silaturahmi, lagi pula kan yang sudah lama tidak datang ke rumah ini," balas ibu dengan santun dan lembut.

"Apa ... Mariana melaporkan sesuatu?"

"Tidak anakku, aku dan ayahnya Mariana hanya ingin berbincang sejenak denganmu."

"Kalau begitu saya akan antar nanti sore selepas pulang kerja bersama orang tua saya."

Mas Dirga selalu begitu menunjukkan sisi pengecutnya dan selalu mengandalkan orang tua sendiri. Tidak bisakah dalam hidupnya sekali saja bertanggung jawab dan bersikap selayaknya pria sejati?

"Tidak perlu libatkan ibumu, Nak, ksohan beliau," balas ibu dengan lembut, Ayah yang mau tidak sabar hendak bangun dan merampas ponsel dari tangan ibu lalu menumpahkan kemarahannya.

"Sini berika!" bisik ayah.

"Nanti dulu, Mas, sabar ..." Ibu mencegahnya.

"Karena Mariana sudah ada di rumah orang tuanya maka saya juga akan bawa orang tua saya," balas pria itu dari ponsel ibu yang dikeraskan suaranya.

Tidak lama panggilan berakhir dan ayah langsung mengomel dengan murka.

"Dasar payah, pengecut, anak mami yang selalu berlindung di ketek ibunya, lihat aja pria itu aku akan menghajarnya!" teriak ayah dengan emosi naik turun di dadanya.

Aku akan menunggu dan memperhatikan Apa yang akan terjadi sore nanti. Jika dia masih membela aku maka aku akan pulang tapi jika tidak ... maaf saja, kami akan berpisah.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • MERTUA RASA MADU    29

    Setelah berhasil pindah dan kembali menjalani hari-hari yang normal bersama Mas Dirga dan putraku, perlahan ada rasa tenang dan perubahan dalam diri kami berdua, rumah tenang dan nyaris tidak pernah ada lagi pertengkaran.Meski hati telah telah merasa lega, tapi, di lubuk terdalam ada perasaan yang sulit kujabarkan artinya, atau sama sekali tak bisa kuungkapkan. Aku merasa rindu, berhutang budi, masih menyukai, sekaligus malu dan canggung pada kakak iparku yang baik.Entah berdebar tidaknya hati ini saat berjumpa kembali dengannya, yang pasti, mengingat nama dan tatapan saja aku seakan kehilangan akal pikirku. Sempat mendambanya menjadi pasangan hidup, sempat ingin merebutnya demi keegoisanku yang ingin hidup bahagia, tapi kemudian, kekonyolan itu membuatku menyesal dan memukul kepala sendiri.Aku tahu, ada kenyataan yang harus dihadapi, mencoba kembali pada realitas lalu mengorbankan kepentinganku demi kepentingan anakku yang masih kecil dan membutuhkan kasih sayang kedua orang t

  • MERTUA RASA MADU    28

    "film apa maksudmu?"tanya ibu mertua kepada ayah yang tersenyum santai sambil memperlihatkan ponselnya."Saya terpaksa merekam semua perlakuan anda untuk bukti jika suatu saat Anda menyusahkan kami.""Jadi kalian sengaja memancing untuk marah dan membuat diri ini terjebak! begitukah?""Semua itu terjadi dengan alami Anda datang ke sini berbuat onar dan mencak-mencak, sayang yang hanya ingin melindungi anak saya," jawab ayah dengan sikap yang tenang."Kurang ajar benar-benar kurang ajar!"sungutnya sambil berkacak pinggang dan berlalu pergi."Sampai kapanpun aku tidak ridho atas penjualan rumah itu. Aku akan menyumpahi kalian semoga kalian ....""Cukup! cukup menyumpahi seseorang!" Sebagai seorang ibu yang harusnya mengayomi anak, tidak pantas lah kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Anda adalah kalimat duri yang menyakitkan!""Kalian semua sama saja," jawab ibu mertua sambil mendengus sinis."Ayo Deka kita pergi dari tempat ini," ajaknya sambil mendelik arah putra sulungnya."Maafkan

  • MERTUA RASA MADU    27

    "Aku capek sekali, aku ingin pulang Mariana," gumamnya sambil mengusap wajah."Kenapa pulang?""Aku sungguh lelah," balasnya."Baru juga sehari Mas ... belum sampai seminggu, bukankah kamu sudah sepakat dengan orang tuaku kalau kita akan tinggal disini demi menenangkan perasaan hatiku sementara waktu?" tanyaku sembari mengingatkan "Iya betul juga sih, tapi ...." Pria itu membuang nafas lalu mengusap wajahnya dengan frustrasi."Apa yang kau rasakan sekarang tidak sebanding dengan apa yang telah kurasakan beberapa waktu yang lalu, Mas. Menghadapi ibumu sungguh makan hati dan lelah jiwa," jawabku mengusap bahunya."Apa ayahmu sedang berusaha memberikanku pelajaran?" tanyanya menatap mata ini dengan tatapan penuh makna "Tidak juga, dia sedang menilai sejauh mana kau bisa memenangkan perasaannya, dia ingin tahu seperti apa kau ingin berbakti dan mengambil hati mertuamu," jawabku lembut.Kuhampiri dia, sementara suamiku meletakkan kepalanya di atas pangkuanku, berkali-kali dia mengeluh d

  • MERTUA RASA MADU    26

    "Hei, kau sadar tidak, dengan ekspresi semacam itu? Apa maksudmu membentak Mariana seperti itu?""Kakak ngapain di sini, apakah Kakak sungguh menaksir istriku, kenapa Kakak sok jagoan sekali di hadapannya, apa kakak ingin meruntuhkan harga diriku di mata Mariana?" Tiba tiba saja Mas Dirga marah tanpa ada alasan yang jelas. Jika itu hanya cemburu, kenapa harus sekasar itu?"Aku datang memeriksa keadaannya," jawab Mas Devan "Untuk apa terus memeriksanya, apa aku tidak cukup baik untuk menjaga istri sendiri," ujar Mas Dirga sambil menarik tanganku lalu menyuruhku masuk ke dalam."Mas ..." Aku gelisah sekali melihat kecemburuan suamiku, terlebih matanya langsung menatap nanar pada plastik dan bungkusan yang dibawa Mas Devan."Apa ini semua, apa ini?" tanyanya dengan emosi."Astaghfirullah, kenapa kamu ini?" tanya Mas Devan heran, " itu untuk Fais.""Aku sudah cukup berusaha sekeras mungkin agar Mariana mau kembali padaku janganlah kakak berdiri di antara kami dan mencoba cari muka!" Hard

  • MERTUA RASA MADU    25

    "Saya akan bersama Mariana," jawab Mas Dirga, pada akhirnya suamiku harus memilih dan terdesak juga."Bagus!" Ayah yang hendak masuk kamar langsung menghentikan langkah dan mengantuk puas."Artinya kau harus pindah kemari," jawabnya."Tapi ...""Kalau mau bersama Mariana, pindah kemari. Tapi kalau tidak, ya, tidak usah berharap lebih," jawab Ayah tegas."Baik, Ayah, baik, aku akan memberi tahu ibu jika kami akan pindah," jawabnya."Setelah ini tidak ada lagi drama begini dan begitu, aku tak mau ada kemarahan dan air mata lagi. Kau tahu ... Anakku sedang mengasuh bayi kecil, aku tak rela dia terus tertekan dan bisa gila karena perbuatan kalian," tegas ayah sambil menjauh."Baik, ayah, jika demikian keinginan ayah, aku akan menuruti," jawabnya pasrah.Ayah kemudian memberi isyarat pada ibu agar kedua orang tuaku itu memberi ruang pada kami. Ketika orang tuaku sudah menjauh Mas Dirga langsung mendekat dan meraih kedua tanganku."Aku akan korbankan semuanya demi kamu dan anakku, aku tid

  • MERTUA RASA MADU    24

    Bukannya Ayah bisa tenang, tapi sesampainya di rumah, pria tercintaku itu langsung marah-marah."Kurang ajar, mereka menyuruhnya untuk mencium kaki ibu mertuanya, dasar tidak beradab!" teriak Ayah sambil melempar kunci motornya ke atas sofa.Ibu yang terlihat sejak tadi menunggu dengan gelisah langsung kaget dan memberi isyarat bertanya padaku."A-apa yang terjadi, Mas?""Hmm, wanita kurang ajar itu ... beserta anak mantunya memperlakukan anak kita seperti budak yang baru saja mencuri dari majikannya," geram ayah."Apa yang terjadi," tanya ibu padaku."Aku sedang minta maaf pada ibu Lina, Bu.""Hah, ya Allah kok sampai segitunya?""Aku mengalah agar rumah tangga kami baik-baik saja," jawabku."Mengalah sih mengalah, tapi tidak dengan merendahkan harga diri," ucap ayah marah."Sudah, Yah, tenangkan dirimu, nanti darah tinggimu kumat," ujar ibu menyela emosi suaminya."Hah, kalau tahu bahwa mertuanya sebiadab itu, tak akan sudi kuserahkan anak gadisku padanya," ucap ayah dengan geramny

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status