Share

5. hidup

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-07-14 16:18:39

Jika aku duduk sendiri  maka selalu tentang Mas Dirga yang membayangi hati.

Janjinya dulu akan menjagaku, membahagiakan dan tak akan membuatku menangis, tapi ternyata  apa buktinya? Hampir dua tahun rumah tangga aku hanya makan hati dan menahan tangis.

Mengapa dia memberiku mimpi jika dia tak menjaganya,  mengapa menjanjikan surga jika jadinya neraka, perbuatannya yang selalu abai  dan mementingkan ibunya sangat melukai perasaan hatiku. Harapku kami akan bahagia dan hidup tentram, merangkai hari dalam satu atap di mana hanya aku dan dia juga anak, jadi mimpi belaka.

Jika begini, aku yang berharap sehidup semati akan bercerai bahkan sebelum lengkap tiga  tahun pernikahan kami. Aku bertekad tidak kembali sampai dia menjemput dan menyatakan kesediaan untuk berubah.

*

Selagi menyuapi anakku yang duduk bermain di depan TV, ibu datang dan  ikut bergabung main bersama Faiz.

"Ngomong-ngomong, jika Dirga gak kunjung menjemputmu,.apa yang akan kamu lakukan?"

"Tidak tahu, Bu. Aku akan memberinya jeda sampai 3 bulan hingga aku akan mengambil langkah berpisah saja," balasku.

"Apakah kamu siap untuk itu, bukankah seorang wanita sangat mencintai suaminya terlebih pernikahan kalian masih baru."

"Maafkan aku Bu, karena aku salah memilih jodoh," balasku menunduk, sembari mengaduk-aduk bubur Fais.

"Ah, itu bukan salahmu, Nak. Itu sudah kehendak Allah untuk menjodohkan kalian, pernikahan tidak pernah terjadi jika Yang di Atas tidak merestui," jawab ibu berusaha menghiburku.

"Haruskah kami yang dikumpulkan demi ketaatan, berpisah karena keburukan ibunya? Aku dan dia sudah berjanji untuk menyempurnakan ibadah kami seumur hidup, namun pada akhirnya  aku tidak bisa bertahan, Bu," ungkapku mencurahkan kegundahan.

"Tidak ada seorangpun di dunia ini yang ingin rumah tangga anaknya hancur. Tapi jika kau sendiri merasa bahwa tidak sanggup lagi menjalaninya, buat apa dipaksakan, Nak?"

"Terima kasih karena selalu memihakku, Bu," balasku sambil memeluk wanita terbaik di duniaku.

"Lebih banyak berdoa semoga mertuamu berubah dan kalian akan bahagia."

"Mudah-mudahan saja, Bu, aku sungguh berharap begitu."

Dua hari berlalu tanpa kabar dari suamiku, kupikir dia memang sudah mengikuti keputusan ibunya agar kami yang sepertinya tidak cocok berpisah saja, harapanku untuk bersama lagi menjadi tipis, hingga aku tak punya pilihan lain, selain pasrah.

Tin ... tin ....

Suara klakson mobil terdengar, aku yang sedang memangku fais di teras langsung bangun dan memindai siapakah yang datang.

Ternyata mobil hitam itu adalah mobil Mas Devan kakak iparku, beliau turun bersama istrinya dan juga suamiku. Aku tak bisa menebak apa tujuan mereka kemari, mungkin menjemput, tapi bisa jadi mengantarkan panggilan persidangan.

"Assalamualaikum, sapa mereka," dengan ramah.

"Walaikum salam," jawabku membukakan terali halaman.

"Boleh masuk ke dalam?"

"Iya, mari masuk, Mas," jawabku pada iparku yang sedikit 'good looking dan terkenal royal, dibanding saudara-saudaranya yang lain.

Kupersilakan mereka duduk dan Tak lama kemudian kedua orang tuaku keluar  membaur dengan mereka di ruang tamu.

"Jadi begini, Pak, kedatangan Saya kemari untuk mencoba menyelesaikan masalah Kedua adik saya dan berniat untuk menjemput kembali Mariana," ujar Mas Devan sambil melirikku.

"Oh, benarkah, tapi kamu sudah tahu kan, apa yang terjadi sebenarnya?"

"Iya, Pak, saya sudah dengar," balasnya tersenyum tipis.

"Menurutmu bagaimana? Apa anakku sangat salah?" tanya ayah lagi.

"Tidak, adik saya seharusnya lebih memahami peraasaan dan kebutuhan wanita. Saya sudah pastikan bahwa semua masalah ini akan berakhir."

"Lalu siapa yang jadi penjamin bahwa setelah kembali  ke rumahnya, kehidupan anakku akan bahagia. Adakah yang bisa janji bahwa  ibu kalian tak akan ikut campur begitu jauh?"

Mereka semua terlihat diam dan saling lirik.

Sementara aku dan ayah hanya  menggeleng pelan.

"Aku tidak minta kalian untuk membatasi ibu kalian, tapi Mariana adalah putriku satu-satunya, apa yang menyebabkan dia juga menyusahkanku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MERTUA RASA MADU    12

    Lama Mas Devan terdiam hingga ibu mertua kembali menyentak lamunannya. "Devan, apa kau menyukai Mariana hingga begitu gigih membela?""Tentu saja, tidak, astaghfirullah, dia adalah adik iparnya," balas Mas Devan."Aku sangat curiga dengan ini karena kamu begitu membelanya! Disaat saudaramu yang lain tidak mau ikut campur kaulah satu-satunya orang yang terus datang kemari dan menyela pertengkaran.""Aku punya istri dan aku mencintai Vina. Kedatanganku kemari hanya untuk mendamaikan, tidak lebih!""Jangan berteriak padaku, aku adalah ibumu," ancam Ibu mertua sambil mengangkat jari telunjuknya pada kakak iparku."Aku tahu, Bu. Ayo kita pergi tolong berhentilah ikut campur atas urusan Mariana dan Dirga, mereka sudah menikah dan biarkan mereka hidup dengan bahagia.""Aku juga menginginkan hal yang sama, selama ini aku sudah menghalangi kebahagiaan mereka?""Iya, dengan segala sikap ibu yang keras dan manja, ibu tahu tidak, Dirga dan Mariana terbebani karena sikap ibu yang kekanak-kanakan

  • MERTUA RASA MADU    11

    "Mana Mariana?" tanya Mas Devan teedengar dari dalam sana."Memangnya kenapa, Kak?" Mas Dirga terdengar heran pada Kakaknya "Aku dengar teriakan kalian dari jarak lima belas meter, ada apa kalian?""Tidak segala sesuatu harus Kakak ketahui," desisnya."Mari duduk, aku ingin bicara," ajaknya lembut pada adiknya."Maaf, Mas, aku benar benar tidak mood untuk membahas sesuatu," jawabnya."Kau harus dengarkan aku, Dirga. Apa kau tidak bosan seperti ini terus?""Aku bingung, Kak, antara ibu dan Mariana, kedua wanitaku ingin menang dengan keinginan masing-masing, aku pusing sekali," balas Mas Dirga."Kemarilah, duduk di sini, di dekat Kakak." Aku masih mencoba menguping."Ketika kamu sudah memutuskan untuk menikah, maka sudah selayaknya sebagian tugas ibu beralih ke istrimu. Misalnya tugas mengurus pakaian dan makanan, juga memperhatikan kerapian dan kesehatanmu. Ibu tidak perlu harus repot-repot lagi.""Tapi ... kakak tahu sendiri bagaimana sifat ibu, kan?" desah suamiku.Diam-diam aku k

  • MERTUA RASA MADU    10

    Sungguh di dalam agamaku, sebuah hadist mengatakan bahwa sebaiknya seseorang menghindari ipar mereka karena ipar adalah maut yang akan menimbulkan berbagai hal yang tidak diinginkan jika kami yang bukan mahram bergaul secara tidak terkendali.Namun, tentu saja aku akan tetap pada koridor dan batas yang ada. Aku akan menjaga kehormatanku juga harga diriku. Tapi hanya satu hal yang tidak bisa dijaga yaitu perasaan hati yang berdegup kencang, Entah kenapa atas semua perhatian dan kebaikannya aku merasa menyukai Mas Devan."Ah, tidak ya Allah,. Dia punya istri, Mbak Dini juga baik padaku, bagaimana respon Mbak Maya dan Mas Deka juga Mas Doni dan istrinya, ipar-iparku adalah orang-orang yang baik dan aku tidak bisa menghianati mereka!" Aku bersenandika dengan pikiranku sendiri di antara kekalutan yang ada. Mas Dirga sudah pergi sementara Mas Devan mobilnya baru saja menghilang dari depan halamanku. Hanya tinggal aroma parfumnya yang begitu maskulin serta bumbungan asap mobilnya. Jika ak

  • MERTUA RASA MADU    9

    Beberapa detik berada dalam rangkulan Mas Devan yang baik, aku nyaris saja tak sadar menumpahkan sedih di bahu suami orang, aku yang sadar langsung gelagapan dan melepaskan diri. Dadaku berdebar selagi aku mundur dan dalam benakku menyesali mengapa aku sempat merasa nyaman beberapa saat tadi."Ma-maaf, Mas, saya tidak sengaja," ungkapku pelan, aku merasa sangat malu di depan pria berbaju lengan panjang itu."Tidak apa. Saya paham bahwa hati yang sedih memerlukan tempat untuk melabuhkan diri, jika kamu sudah sedikit lega, mari kita bicara," ujarnya."Maaf, Mas, saya mau pulang," ucapku sopan, aku menolak halus dan beranjak pergi."Kamu tidak ingin masuk ke dalam dan menyelesaikan semua ini? Saya akan membelamu," ujarnya lembut."Enggak, Mas, ibu sudah merajuk ....""Ibu yang sudah tua berubah jadi anak kecil dan sebagai anak kita harus memakluminya, Dek," sambungnya lagi."Ibu, tidak terkesan dengan saya Mas," jawabku lirih."Itu karena Dirga anak bungsu, dia yang paling habiskan wak

  • MERTUA RASA MADU    8

    Jika aku duduk sendiri merenungi tentang kelakuan Mas Dirga, lalu kubayangkan akibat jangka panjangnya, rasanya lemah sekali diri ini jika tak melawan dan bersikap tegas. Harus sampai kapan aku menggadaikan kewarasakanku atas nama mengalah pada mertua. Rasanya makin disabarkan makin membuncah rasa muak ingin meledak dan mengamuk.Akankah rumah tangga ini berakhir demi ego ibu Lina yang selalu cemburu padaku, ini sangat tak masuk akal!Pukul delapan malam, makanan sudah terhidang di meja tapi Suamiku belum juga keluar dari dalam kamar di mana dia mengurung dirinya.Haruskah aku ... sekali lagi aku yang mengalah dan mengetuk pintu. Memintanya keluar seakan-akan dia adalah anak kecil yang harus diyakinkan? Oh, sungguh melelahkan sekali. Apakah yang telah merasuki ku hingga menerima lamarannya dulu? Mengapa semakin hari, aku semakin menyesali pernikahanku dengannya.Amplop gajinya siang tadi masih teronggok begitu saja di atas meja, dan aku belum membelikan apapun dari uang itu. Aku men

  • MERTUA RASA MADU    7

    Sebelum aku hanya menjadi manusia bodoh yang menyaksikan bagaimana jahatnya ibu mertua memperlakukanku, maka kali ini aku akan bertindak dengan tegas."Tunggu sebentar, aku ingin bicara dengan suamiku," cegahku menahan langkah mereka."Ada apa kau memperlambat perjalanan kami," tanyanya sambil menarik tangan putranya."Begini, Bu, suamiku baru saja pulang, dia bahkan belum makan, bisakah Ibu biarkan dia untuk mandi dan memakan sesuatu? aku yakin Ibu juga tidak mau dia lemas karena belum makan atau terkena penyakit maag akut.""Tentu saja kami bisa makan di luar atau mampir ke rumah, kebetulan aku juga ingin mengambil tas dan ganti sandal," jawabnya cepat, masih menarik lengan suamiku."Kalau begitu Ibu duluan saja ambil tas dan ganti sandal ibu, sementara suamiku akan mandi dan menikmati makan siangnya yang sudah kesorean," balasku tak mau kalah.Wanita itu mulai tidak sabar itu mulai meninggi intonasi suaranya "Dia bisa makan di rumahku!""Dia akan makan di sini, karena aku sudah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status