Home / Fantasi / MY VAMPIRE QUEEN / Bab 2 : Pertemuan pertama

Share

Bab 2 : Pertemuan pertama

Author: Dranyyx
last update Last Updated: 2025-08-27 17:05:45

Selvia masuk ke portal, melewati ruang dan waktu yang berbeda. Hingga ia tak sadarkan diri akibat perjalanan itu.

Selvia de Dracul masih setengah sadar, tangannya memegang gaun hitamnya yang telah sobek di beberapa bagian, rambut panjangnya terurai menutupi bahu. Nafasnya pelan, tubuhnya lelah setelah menempuh perjalanan menembus portal ajaib yang hanya bisa dibuka dengan segel kelelawar dari penjaga Darkbat. Wajahnya yang cantik dan pucat, dengan bibir mungil yang sedikit gemetar, membuatnya tampak seperti boneka rapuh di tengah kegelapan. Ia menunduk, memejamkan mata sejenak.

Ia terdampar di dunia manusia meninggalkan Negeri Transylvania

Tak berapa lama, tiba-tiba di telinganya terdengar suara imut dan tak asing. Ia memperhatikan sekelilingnya. Mencari sumber suara. "Lycus...? " Seketika seekor kucing hitam meloncat ke pangkuan Selvia. Wajah Selvia yang awalnya bermuram durja, seketika menjadi ceria dengan senyum manis dan indah yang ia pancarkan.

"Ihhh kamu ikuti aku ya...? " Ia mengangkat Lycus dan seketika memeluknya dengan lembut.

"Meow... meow... " Jawab Lycus.

"Ohh mama yang kirim kamu? " Sahut Selvia kepada Lycus.

"Meow.. meow... meow.. " jawab Lycus.

Jiwanya yang awalnya kesepian, seketika berubah jadi tenang. Karena secara tak ia sadari, kucing peliharaannya itu masuk mengikuti Selvia masuk ke portal.

Selama tiga hari Selvia menjelajahi hutan, mencoba mencari jalan keluar di hutan yang sangat asing bagi dia. . Setiap malam ia berbicara dengan Lycus, yang hanya menjawab dengan meong atau dengkuran kecil. Kadang Selvia tersenyum, kadang pula ia menghela napas. Dalam kesunyian hutan, senyum imut Selvia saat bermain dengan Lycus terasa seperti cahaya kecil yang menghangatkan hati, meskipun ia hanya sendirian di dunia asing ini.

“Lycus, terimakasih yah sudah ada di sini. Aku bisa sejenak melupakan masalah yang aku alami, " bisiknya di suatu malam, ketika hujan gerimis menetes di atas gubuk reyot yang ia temukan untuk sekedar tempat berteduh. Kucing itu mengeong lembut seolah mengerti, lalu berguling di pangkuannya. Selvia tertawa pelan, suaranya seperti nada musik ringan, sambil menggelitik perut Lycus hingga kucing itu menggeliat lucu dan menjilat jarinya dengan lidah kasar yang hangat, membuat momen itu terasa romantis dalam kesederhanaan.

Ia minum dari sungai kecil, makan buah-buahan liar, dan tidur di lantai kayu gubuk yang retak. Dunia manusia ini asing, tapi kehidupan sederhana di hutan memberinya rasa aman yang belum pernah ia rasakan di istana penuh intrik kotor dari politik. Setiap kali Lycus meringkuk di sisinya, Selvia merasakan hatinya dipenuhi oleh kehangatan, seolah kucing kecil itu adalah pelindung rahasia yang membuat hari-harinya menjadi lebih berwarna. Ia pun tertidur pulas dengan bersandar di gubuk tua itu. " Aaargghh... Indahnya kebebasan, tidak ada vampir, tidak ada pelayan yang sok atur... dan tidak ada pengawal dimana-mana. Sepertinya aku mulai menyukai dunia ini... Hmm entah apa nama tempatnya terserlah... Suka-suka bapak kau lah... Persetan dengan perjodohan.. " Gumamnya sejenak sebelum melanjutkan tidurnya.

Pagi hari menjelang, matahari menyapa hangat hutan indah ini.

"Kita harus mencari makan lagi, Lycus," bisik Selvia sambil membelai kepala kucing itu. Suaranya terdengar serak, masih menyesuaikan dengan udara lembap hutan Sulawesi yang sangat berbeda dengan kastil keluarganya yang dingin.

"Meow.. Moew.. " Ucap Lycus.

"Ahhh sepertinya aku sudah gila... Bicara dengan kucing... Ya meski kucing jadi-jadian.. " Gumamnya ke dirinya.

Dia berjalan keluar gubuk, menghirup dalam-dalam aroma tanah basah dan daun-daun membusuk. Di kejauhan, suara sungai kecil berdesir menenangkan. Selvia menuju ke sana, berjongkit di antara batu-batu besar untuk menciduk air dengan tangannya. Airnya jernih dan sejuk, membuatnya merasa sedikit lebih segar. " Ayo Selvia... Hari baru.. Semangat baru.. Dannn. " Tiba-tiba ia berhenti bergumam. "Yapp... Hujan turun."

"Lycus... Gunakan sihir apa begitu... Biar hujannya reda. " Katanya sembari menatap lycus.

"Meow.. Meow.. Meowww. " Kata Lycus sembari menjilati bulunya.

"Ahhh yasudahlah. " Akhirnya ia duduk menunggu hujan reda. Aroma hujan hujan yang memenangkan membuat Selvia terpesona untuk sejenak.

"Hore... Hujan berhenti saatnya.. Ke sungai.. "

Tiba-tiba, Lycus mengeluarkan suara mendesis rendah. Bulu di punggungnya berdiri. Selvia langsung waspada, matanya menyapu seluruh area sekitar. Dia mendengar suara langkah kaki mendekat, disertai suara orang bersungut-sungut dalam bahasa yang tidak dia pahami.

"Ada apa lycus? " Mata Selvia waspada melihat tingkah Lycus.

Dari kejauhan terlihat seorang pria asing yang mendekati Selvia... Siapakah dia?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MY VAMPIRE QUEEN   Bab 69 : Transylvania

    Nadia mendesis, matanya yang hijau berkilat marah. Sihirnya telah pecah. “Berani-beraninya kau merusak rencanaku!” geram Nadia, kini wajahnya tak lagi cantik dan lembut, tetapi keriput oleh amarah dan keserakahan. “Bodoh! Liontin itu bukan sekadar perhiasan! Itu adalah kunci!” Jean merasakan liontin di lehernya semakin panas dan bergetar hebat. Cahaya putih kebiruan, seperti es, tiba-tiba memancar dari liontin, menerangi seluruh ruangan. “Kunci untuk apa?” tanya Jean sambil terus melindungi Rara di belakangnya. “Untuk sesuatu yang tak akan kau pahami, manusia biasa!” hardik Nadia. Ia mengangkat tangan, energi gelap terkumpul di telapaknya. Rara memegang erat lengan Jean. “Bang, kita harus lari! Sekarang!” Tiba-tiba, cahaya dari liontin semakin terang, membentuk sebuah pola rumit di dinding kosan. Pola itu berputar, membuka semacam portal berwarna ungu tua. Di balik portal, terlihat pemanda

  • MY VAMPIRE QUEEN   Bab 68 : Kembali

    Ancaman itu datang lagi, dan kali ini lebih dekat dari yang mereka duga. Hujan deras menghantam atap seng kosan Nadia, menciptakan irama gaduh yang memenuhi seluruh ruangan. Angin malam menerpa melalui pintu yang terbuka lebar, membawa serta percikan air hujan dan sosok Pak Cello yang basah kuyup. Pria paruh baya itu berdiri di ambang pintu, napasnya tersengal-sengal, matanya melotot penuh ketakutan. Air mengalir dari ujung rambutnya yang acak-acakan dan menetes dari ujung hidungnya. “Losmen... losmenku kebakaran lagi!” teriak Pak Cello, suaranya parau dan hampir hilang diterpa deru hujan. “Ada makhluk baru! Aneh sekali wujudnya!” Jean yang tadinya duduk di sofa, langsung melompat berdiri. Tangannya refleks meraih liontin perak yang menggantung di lehernya. Benda itu terasa hangat, bahkan hampir panas, dan bergetar kencang di genggamannya, seolah punya hidup sendiri. Nadia yang berdiri di dekat jendela, memalingkan wajahnya dari hujan. Matany

  • MY VAMPIRE QUEEN   Bab 67 : Kencan

    Jean berdiri di bawah pohon kelapa di Pantai Losari, menatap laut yang berwarna keemasan di bawah sinar matahari sore. Angin laut bertiup lembut membawa aroma asin dan sedikit aroma ikan. Dia memegang dua gelas es kelapa muda, kondensasi air membasahi tangannya. Rasanya aneh berada di sini, dalam situasi yang seharusnya berupa kencan, tapi motivasinya sama sekali bukan romantis. Ingatannya kembali ke liontin yang bergetar dan simbol es yang muncul di dadanya tadi pagi. Itu pertanda yang tidak bisa dia abaikan. Tapi Nadia berjanji akan memberitahukan hal penting tentang Rara dan dunia sihir. Jean merasa tidak punya pilihan.Dia melihat Nadia datang dari arah parkiran. Wanita itu berjalan dengan langkah ringan, tapi ada kecanggungan dalam caranya melangkah, berbeda dengan ketegasan yang dia tunjukkan semalam. Rambutnya yang bergelombang tertiup angin, dan kali ini dia mengenakan jeans dan kaus casual berwarna biru muda, bukan jubah pemburu."Maaf ya, macet di ja

  • MY VAMPIRE QUEEN   Bab 66 : Harga Yang harus di bayar

    Setelah meyakinkan Pak Cello untuk pergi ke kamarnya dan mengemasi barang-barang, Nadia kembali menghadap Jean dan Rara. Hujan mulai reda di luar, meninggalkan suasana lembap dan sunyi yang menyesakkan."Nadia," kata Jean, memecah keheningan. "Apa yang harus kita lakukan sekarang? Mereka akan kembali, bukan?"Nadia mengangguk, wajahnya serius. "Mereka pasti akan kembali. Itulah sebabnya kita harus proaktif." Dia menatap langsung ke mata Jean. "Bang Jean, besok malam. Aku ingin kau ikut denganku."Jean mengerutkan kening. "Ikut? Ke mana? Masih mau ajak aku jalan setelah semua ini?""Ini bukan sekadar jalan-jalan biasa," tegas Nadia. "Ini adalah bagian dari misi. Aku perlu memberitahumu hal-hal penting. Hal-hal tentang Rara, tentang dunia lain yang kusebut tadi, dan..." dia berhenti sebentar, "...tentang dirimu sendiri.""Tentang aku?" Jean terkejut. "Apa tentangku? Aku cuma seorang pelayan bar biasa.""Kau bukan 'hanya'

  • MY VAMPIRE QUEEN   Bab 65 : Sosok di balik bayangan

    Bayangan itu mendarat dengan lembut di atas ubin yang retak, suara langkahnya hampir tak terdengar di balik deru hujan dan desis sisa api yang padam. Sosoknya tinggi, mengenakan jubah hitam yang basah kuyup, sebuah busur panjang terlihat di punggungnya. Jean mengencangkan pelukannya pada Rara yang masih gemetar, tubuhnya siaga. Siapa orang ini? Apakah dia yang menembak makhluk itu? Atau musuh baru? Lycus melangkah maju, tubuhnya rendah, sebuah geraman dalam terdengar dari kerongkongannya. Dia mengendus udara, mencoba mengenali aroma sang pendatang. Pak Cello masih tak bergerak di sudut, tergeletak di antara puing-puing sebuah meja yang hancur. Sosok berjubah itu berjalan mendekat, langkahnya pelan tapi penuh keyakinan. Dia berhenti beberapa meter dari mereka, tangannya yang bersarung tangan mengangkat dan melepas tudung yang menutupi kepalanya. Rambut panjang bergelombang yang basah terurai, dikenali Jean seketika. Mata

  • MY VAMPIRE QUEEN   Bab 64 : Sang penyelamat

    "Dia di sini, Bang. Selamat," kata Rara, melihat ke arah meja terbalik dimana sepasang mata hijau bersinar dari balik kegelapan.Jean kemudian melihat sekeliling. Losmen Barokah hancur sebagian. Sebagian atap di dekat tangga bawah tanah ambruk, membuat air hujan deras masuk, membantu memadamkan sebagian api. Ruangan dipenuhi puing-puing kayu dan pecahan kaca. Lampu neon sudah mati total, hanya cahaya dari api yang masih menyala dan sesekali kilat dari luar yang menerangi.Dan kemudian, dari balik asap yang mulai memudar di lorong bawah tanah yang terbuka, sesuatu mulai muncul.Pertama-tama, yang terlihat adalah sepasang mata merah menyala, besar dan penuh kebencian. Kemudian, bayangan besar itu perlahan menaiki tangga yang rusak, menginjak puing-puing dengan berat. Makhluk itu muncul sepenuhnya.Tingginya sekitar tiga meter, hampir menyentuh langit-langit losmen yang rendah. Tubuhnya tampak terbuat dari asap hitam pekat yang terus berger

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status