Share

Bab 2

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2024-08-23 18:52:38

“Ini Sekar kekasihku.” 

Dari sekian  banyak wanita yang bisa menjadi pacar suaminya kenapa harus wanita ini. tidak cukupkah luka yang wanita ini torehkan pada keluarganya dulu? 

Alisya tak mungkin salah mengenali orang, meski penampilannya sudah dipoles sana sini sedemikian rupa, tapi senyum dan wajah  lembut penuh tipu muslihat itu tak akan pernah dia lupakan. 

Dan sepertinya Sekar  menyadari siapa dirinya  tapi seperti yang sudah Alisya kenal bertahun-tahun yang lalu, Sekar adalah orang sangat pandai menjaga raut wajahnya, dan itu yang membuatnya berbahaya. 

Alisya tahu ini sudah sangat terlambat, tapi bertemu dengan wanita ini membuatnya bukan hanya merasakan  rasa sakit tapi juga amarah.

“Halo Alisya.” Alisya masih menggenggam tangannya kuat berusaha menguasai dirinya saat wanita itu berjalan mendekatinya dan mengulurkan tangan dengan senyum terkembang. 

“Halo,  kamu pasti sudah tahu siapa aku, meskipun itu tak menyurutkan langkahmu untuk memilki suamiku.” Alisya sendiri terkejut dia mampu berbicara seperti itu, tapi tentu saja dia tidak akan menarik ucapannya, dia hanya mengatakan fakta tidak ada yang salah bukan.

 “Bukankah cinta memang membutuhkan pengorbanan, dan aku siap berkorban untuk cintaku yang begitu besar untuk Pandu.” 

Cinta? Dia memang tidak memiliki itu, tapi haruskah dia menyerah dengan semua ini, dia adalah istri Pandu yang sah dimata hukum dan agama, tidak ada yang bisa menyangkal hal itu. 

Alisya tersenyum miris, apalagi saat  Pandu dengan senyumnya menyambut uluran tangan itu, tidakkah mereka sedikit saja memiliki rasa malu?

 “Aku akan menikahi Sekar,” Pandu mengatakannya dengan tenang, dia bahkan tak perduli dengan perasaan Alisya. 

Alisya menatap Pandu dengan tatapan tak percaya, benarkah dia masih Pandu laki-laki baik hati dan bertanggung jawab yang membuatnya kagum, kenapa sekarang seolah sosok yang dikenalnya dulu telah mati. 

Dia tidak ingin menangis dihadapan mereka, Alisya tak ingin memperlihatkan kesedihannya. 

Alisya menarik napas panjang sebelum mengangguk lalu segera memutar kursi rodanya.  

“Al, tunggu.” Alisya mendengar panggilan itu tapi dia sama sekali tidak ingin menoleh dia tak akan sanggup menatap pertunjukan kemesraan dua orang itu.

Dia sadar dia hanya wanita yang tak diinginkan kehadirannya, Pandu harus bertanggung jawab karena menyebabkan kakinya lumpuh. Dan pernikahan mereka terjadi karena desakan orang lain, meski Alisya akui kalau dia sudah lama menyimpan rasa untuk laki-laki  itu saat masih bekerja di perusahaan yang sama. 

Semula Alisya ingin kembali ke kamarnya, tempat paling nyaman di rumah ini yang membuatnya terhindar dari pandangan meremehkan ataupun  kasihan semua orang, tapi dia sedang tidak ingin ke sana, dia terus mengarahkan kursi rodanya ke halaman belakang yang sepi. 

Para pelayan rumah ini masih sibuk mempersiapkan hidangan untuk nanti malam. Ulang tahunnya. Akan tetapi sekarang Alisya tak yakin lagi mungkin ini memang momen yang disiapkan Pandu untuk menyambut kekasihnya. 

Alisya menengadahkan kepalanya, dia tak tahu kepada siapa lagi dia harus berkeluh kesah, dia merasa sendiri sekarang tanpa ada seorang pun yang bisa menolong. 

Ketulusan dan pengorbanannya ternyata berbuah pengkhianatan. Tanpa sadar air mata mengalir ke pipinya, tapi suara langkah di belakangnya membuat Alisya menelan kembali tangisnya. Dia tidak ingin terlihat lemah, meski dia tahu keadaannya memang menyedihkan. 

“Kenapa datang kemari bukan ke kamar?” 

Alisya tak perlu menoleh karena dia hapal betul suara siapa itu.  tapi dia juga tidak memiliki keinginan untuk menjawab pertanyaan  basa basi itu.

Alisya mendongak tak ingin terlihat lemah, dia menatap mata Pandu dengan berani “Kenapa mas membawanya kemari?” tanyanya. 

“Ini rumahku.” Ada nada tegas dalam suaranya yang membuat Alisya langsung tersentak kaget. 

Benar ini memang rumah Pandu, dia sama sekali tidak berhak ada di sini andai peristiwa itu tak terjadi. 

“Aku tahu, karena itu aku pergi,” jawab Alisya dengan pahit.

Pandu menatap Alisya dengan kesal. “Apa kamu tidak pernah diajari sopan santun, sikapmu membuat Sekar merasa tak diharapkan.” 

Alisya hanya bisa tersenyum getir mendengar ucapan Pandu. Itu hinaan luar biasa kejam untuk wanita yang sedang berusaha mempertahankan pernikahannya. Kalimat itu seperti anak panah  yang langsung menusuk jantungnya, begitu sakit dan membuatnya sekarat.

Selama ini Alisya tahu kalau Pandu memang tidak mencintainya tapi dia sama sekali tidak menyangka laki-laki itu akan menghadirkan wanita lain dalam pernikahan mereka.

“Sejak kapan mas berhubungan dengannya?” tanyanya dengan suara tercekat. 

Pandu mengangkat alisnya. “Apa itu penting?” tanyanya tak peduli. 

Alisya mengangguk. “Setidaknya jika aku tahu lebih awal pernikahan ini tak perlu terjadi.” 

Alisya tahu dia dulu memang terlalu naif, menerima begitu saja saat Pandu menikahinya sebagai bentuk tanggung jawab karena kecelakaan itu.

Rasa cinta yang diam-diam dia punya untuk Pandu membuatnya tak berpikir panjang. Sosok yang begitu dia kagumi dan selalu menghiasi mimpi-mimpinya. 

 “Kamu tidak lupa bukan kalau ibumu membutuhkan biaya yang sangat besar.”

Alisya langsung melengos. Itu ancaman yang tidak bisa Alisya abaikan. Ibunya adalah satu-satunya orang yang dia miliki sekarang ini, dan dia tidak akan sanggup jika sesuatu yang buruk terjadi padanya. 

 “Aku tak akan lupa, tapi aku tidak bisa memaksa orang bersamaku jika dia tidak mau,” kata Alisya, dia menghela napas panjang lalu meneruskan meski dengan hati luar biasa sakit.“Jika ini tentang kakiku yang lumpuh, aku bisa mengatasinya, mas tidak perlu merasa bersalah.” 

“Bukankah ini memang yang kamu inginkan,” Kata Pandu dengan senyum meremehkan. “Kamu pernah bilang mencintaiku atau ini hanya soal uang?” 

Salah satu alasannya menikah dengan Pandu memang uang bukan, dia bahkan merasa tak mampu lagi membiayai pengobatan ibunya. Meski cinta tulusnya untuk Pandu tentu saja bukan sebuah kebohongan.

“Jika yang aku inginkan adalah uang apa mas akan melepasku?” tanya Alisya dengan tegar, kehadiran wanita lain membuatnya mati rasa, dia hanya ingin melepaskan semuanya untuk kesehatan mentalnya tapi dia juga butuh uang untuk pengobatan ibunya. 

Alisya bahkan tidak peduli jika setelah ini Pandu berpikir dulu dia sengaja menghadang mobil laki-laki itu dan menyebabkan kecelakaan. Seperti tuduhan Pandu selama ini.

“Tidak kusangka kamu selicik ini.” 

Alisya mengangguk, dia sudah menduga tapi sekarang tak peduli lagi. Kesembuhan ibunya adalah yang utama. 

“Mas hanya perlu memberiku uang untuk pengobatan ibuku dan aku akan pergi dari sini.” 

Pandu langsung melotot dia terlihat sangat tidak suka dengan ucapan Alisya.

“Kamu akan tetap menjadi istriku suka atau tidak.” 

Alisya menatap Pandu dengan kaget,  ini sangat tidak masuk akal.

 “Aku akan menambah uang bulanan untukmu, dan juga memindahkan ibumu ke rumah sakit yang lebih baik asal kamu tidak berbuat macam-macam.” 

Alisya langsung menatap Pandu dengan seksama, itu memang penawaran yang sangat menarik, tapi dia sudah belajar banyak hal untuk tidak langsung mempercayai madu yang ditawarkan Pandu. 

 “Ah ternyata kalian di sini.” 

Keduanya langsung menoleh. Pandu langsung tersenyum pada Sekar dan berniat mendekati wanita itu tapi Sekar langsung berjalan ke arah Alisya dan memeluknya.  “Aku baru tahu kalau hari ini hari ulang tahunmu, Al. Selamat ulang tahun ya.” 

Alisya duduk kaku di kursi rodanya, dia tidak membalas pelukan Sekar, hatinya terlalu sakit tapi yang membuat Alisya marah adalah bisikan wanita itu. “Ternyata kamu sama saja dengan ibumu hanya orang buangan.” 

Kali ini Alisya tak sanggup lagi menahan emosinya, tangannya langsung mendorong tubuh Sekar dan menampar pipi wanita itu dengan keras. 

“Alisya!” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Rena Susanti
bagus baget ceritanya
goodnovel comment avatar
Irna Lagawati
ada saja kelakuan calon istri kedua
goodnovel comment avatar
Numejho Numejho
ceritanya menarik,
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 356

    “Kamu yakin akan ikut? Apa tidak sebaiknya kamu di rumah saja aku khawatir,” kata Pram untuk kesekian kalinya. Sejak tahu sang istri hamil Pram jadi overprotektif padahal sejak dua minggu yang lalu dokter sudah mengatakan kalau Laras dan bayi dalam kandungannya baik-baik saja, tapi tetap saja tak membuat kekhawatiran Pram surut. “Aku ingin melihat perempuan jahat itu dihukum.” Hari ini memang akan dilakukan sidang kasus pembunuhan ayah Pram yang dilakukan oleh istrinya. Sedangkan untuk Arvin kekasih gelap Clara sudah dijatuhi hukuman seumur dua puluh tahun penjara dengan berbagai tuduhan yang memberatkannya, Pram memang tidak main-main untuk mencari sekecil apapun kesalahan laki-laki itu, apalagi jika ingat hampir saja dia kehilangan istri dan anaknya. Sedangkan keluarga Clara juga tidak luput dari hukuman, meski tak ikut merencanakan tapi mereka tahu dan mendukung rencana Clara melenyapkan suaminya. “Dia tak pantas mendapat perhatianmu sebesar itu, bahkan kalau kita datan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 355

    “Jangan bangun dulu.” Laras mengerjapkan matanya, bau desifektan langsung memenuhi penciumannya. “Aku dimana?” tanyanya lemah. “Ini di rumah sakit, kamu mau sesuatu biar aku ambilkan?” Laras menoleh dan menatap laki-laki yang sejak tadi menggenggam erat tangannya, keningnya mengernyit saat melihat sang suami tak seperti biasanya. Wajahnya yang biasanya penuh senyum kini berubah mendung, matanya memerah dan rambut serta bajunya acak-acakan. “Apa yang terjadi?” tanyanya pelan. “Arvin dan Clara sudah ditangkap, dan bukti-bukti sudah diamankan polisi,” kata Pram sambil menunduk dalam membuat Laras salah paham. “Kamu menyesal Clara pelakunya?” Pram langsung mengangkat wajahnya dan menatap Laras dengan pandangan tak terima. “Mana mungkin aku berpikir begitu, aku sudah berusaha keras membongkar kejahatannya sampai...”“Sampai?” “Sampai aku harus membuatmu dan dia dalam bahaya, aku sangat menyesal. Maafkan aku.” Pram menunduk mencium tangan Laras dengan penuh kasih, sampai Laras meny

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 354

    Otak Laras langsung berputar dengan cepat. Apa laki-laki ini tahu semuanya sejak awal atau baru saja? Tapi tentu saja hal itu tak ada bedanya untuk saat ini, dia tidak sudi tubuhnya disentuh laki-laki menjijikan ini. Sekuat tenaga Laras memberontak tanganya menggapai apa saja yang bisa dia jadikan untuk pertahanan, tapi sialnya ranjang ini hanya diisi bantal dan guling. "Aku makin suka kalau aku agresif seperti ini," kata laki-laki itu terkekeh memuakkan. Laras makin panik, berteriak minta tolong pun tak akan ada gunanya, dia hanya berharap Pram cepat datang sebelum semuanya terlambat. "Aghh!" Laras berhasil menggigit tangan laki-laki itu, mulutnya bahkan bisa merasakan amis darah tapi Laras tak peduli. "Perempuan sialan!" Jambakan dan di rambutnya dan juga tamparan keras itu membuat Laras merasa kepalanya hampir copot tapi dia sama sekali tidak melepas gigitannya, saat itulah kakinya bergerak cepat menendang di antar kedua laki-laki itu dengan keras. Raungan dan m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 353

    “Memangnya kamu tidak punya rumah atau apartemen?” tanya Laras memancing Arvin saat mereka makan di restoran hotel. “Tentu saja punya, tapi bukankah lebih baik kita ke hotel.” “Aku tidak terlalu suka di hotel, menurutku banyak mata yang akan melihat kita. Apartemen atau rumah lebih privat menurutku.” “Apa suamimu memberikan apartemen untukmu?” Laras tersenyum dalam hati mendengar pertanyaan laki-laki itu. “Tentu saja,” kata Laras lalu dia berbisik penuh konspirasi. “Mertuaku memberikan rumah dan villa atas namaku tapi aku enggan untuk menerimanya.” Mata laki-laki itu langsung terbelalak. “Kenapa? Apa kurang banyak?” “Bukan tapi aku tidak membutuhkannya, aku lebih suka hidup tenang dengan orang yang benar-benar tulus padaku, dari pada bergelimang harta tapi tukang selingkuh.” Laki-laki itu menggeleng. “Kamu hanya belum beruntung menemukan laki-laki yang cocok untukmu.” “Mungkin saja, aku setelah ini aku akan lebih berhati-hati dalam memilih laki-laki,” kata Laras sam

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 352

    "Hah kenapa kamu bilang begini?" tanya Laras terkejut menatap chat yang dilakukan Pram dan kekasih Clara. Dalam hal rayu merayu Pram memang jagonya, dia bahkan bisa menyesuaikan diri dan dari chat yang terkirim seperti dari Laras sendiri. Laras yang sebelum ini bahkan menyatakan dirinya tak ingin jatuh cinta tentu saja menjadi bingung saat dia harus berpura-pura menerima pendekatan kekasih Clara. "Aku juga mual jawabnya," jawab Pram kesal. Laras menatap chat di ponselnya lalu menatap Pram lagi. "Kamu nggak belok kan gara-gara kecewa pada Clara?" tanyanya asal bunyi. Pram berdecak kesal tapi dia tak menjawab, dia malah berdiri dan berjalan mendekati istrinya dan mencium wanita itu kuat-kuat. Hubungan mereka memang sudah lebih hangat setelah Pram mengatakan semua rencananya dan tentu saja karena mereka jauh dari Clara jadi mereka tak perlu pura-pura. "Pram kamu merasa nggak sih kalau bukan aku yang deketin dia tapi dia memang sengaja dekati aku?" tanya Laras setelah deng

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 351

    "Tuan saya berhasil menemukan jejak racun yang sana seperti yang ditemukan dalam tubuh ayah anda." Pram menggenggam erat ponselnya hingga buku-buku jari tangannya memutih, hampir saja dia tak sanggup mengendalikan dirinya andai tidak melihat kalau sekarang ada di keramaian. Rasa bersalah seolah mencekiknya, hampir saja dia tidak bisa bernapas karena rasa itu. Seharusnya dia yang mati, seharusnya dia yang menerima hukuman ini, mungkin ini karma karena banyak mempermainkan gadis-gadis di luar sana, hingga dia buta menganggap mereka semua gadis sebodoh dan senaif mantannya, hingga tak sadar kalau ada ular yang bersiap menggigitnya. Ayahnyalah yang menyelamatkannya, ayahnya yang dia benci selama ini karena lebih memilih kesenangan sendiri dari pada keluarganya, dari pada dia putra satu-satunya. Pram terjebak dalam permainan yang dibuatnya sendiri hingga dia harus kehilangan satu-satunya orang tua yang dia miliki. Saat bertemu dengan Clara untuk pertama kalinya Pram langsung ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status