Share

Bab 23

"A-apa?!"

"Kenapa? Jangan pura-pura tidak paham, Agam. Memang begitu, 'kan seharusnya? Wanita yang masih dalam masa iddah, tidak boleh keluar dulu dari rumah mantan suaminya," tutur Mama seraya memperhatikan kami yang sudah berpakaian rapi.

"Kalian mau ke mana?" tanyanya menyelidik.

"Kami mau ke Bandung."

"Bandung lagi? Ngapain?"

"Menengok orang yang dulu menolong istriku. Dia sedang sakit keras," terangku.

"Terus saja manjain istri kamu itu! Kenapa tidak dibiarkan pergi sendiri saja? Kamu, kan harus kerja!" ujar Mama tak suka.

"Karena di istri Agam." Sengaja kutekankan kata istri agar Mama mengerti. "Lagi pula, pekerjaan bisa dihandle sama Nindi," imbuhku.

"Lalu bagaimana dengan Safia? Dia di sini sendirian?"

Kulirik Safia yang sedari tadi menundukkan kepala, tidak berani menatap ke arahku maupun Hilya.

"Ada Mbok Parmi sama pekerja yang lain, kok. Dia tidak sendirian," jawabku santai.

"Ya sudah, Agam harus cepat berangkat, takut terjebak macet. Mama bawa Safia masuk saja, nanti sepul
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status