Home / Rumah Tangga / Madu Pemberian Ipar / Berita Tak Menyenangkan

Share

Madu Pemberian Ipar
Madu Pemberian Ipar
Author: Kurnia_cy

Berita Tak Menyenangkan

Author: Kurnia_cy
last update Last Updated: 2025-10-09 18:35:45

"Dek, jangan tidur dulu. Ada yang pengen mas omongin ," ucap Yanto di malam hari itu kepada Viana, istrinya.

 

Viana yang tadinya sudah bersiap-siap hendak tidur jadi mengurungkan niatnya. Dia lalu memutar tubuhnya menghadap ke arah suaminya.

 

"Ya, ada apa, Mas? Kok kayak ada yang penting gitu," tanya Viana kala melihat wajah sang suami nampak sedikit bimbang.

 

Yanto terdiam sesaat, terlihat dia agak ragu-ragu untuk melanjutkan perkataannya.

 

Viana yang melihat hal itu menjadi penasaran.

 

"Mas! Kok diam aja, katanya mau ngomong."

 

"Eh, i-iya, Dek. Ini...ini tentang Runi. Tadi sore Runi menelepon mas. Dia bilang dia ingin tinggal di sini bersama kita," jawab Yanto seraya menatap ke arah istrinya.

 

Seketika itu juga, Viana membulatkan kedua bola matanya.

 

"Tinggal di sini? Kenapa? Lalu suaminya?" tanya Viana beruntun.

 

Yanto menghembuskan nafas perlahan sebelum menjawab pertanyaan Viana.

 

"Runi bilang bahwa dia dan suaminya sudah cerai dan Runi harus keluar dari rumah yang selama ini ditempatinya karena rumah itu milik suaminya."

 

"Hah? Cerai? Kok bisa?" Viana keheranan.

 

"Iya, Vi. Katanya Andri selingkuh dengan teman kerjanya. Runi sendiri yang memergoki mereka. Sekarang dia bingung mau tinggal dimana. Sementara ini dia menumpang di rumah temannya. Tidak mungkin kan dia berlama-lama tinggal di sana, makanya mas putuskan untuk mengabulkan keinginannya itu," jelas Yanto.

 

Viana terdiam. Dia melemparkan pandangan ke arah lain. Jujur, dia sangat keberatan akan keputusan suaminya itu mengingat hubungannya dengan Runi yang merupakan adik iparnya bisa dikatakan tidak baik-baik saja. Runi adalah perempuan yang sombong karena merasa dirinya orang kaya. Oleh karena itu, Viana merasa tidak cocok kalau Runi harus tinggal serumah dengan mereka.

 

Memang, suami Runi yang bernama Andri adalah orang kaya, pemilik sebuah showroom mobil yang terkenal di Kota A, sedangkan Yanto hanyalah seorang karyawan biasa di perusahaan yang tidak terlalu besar. Rumah yang mereka tempati saat ini pun hanya rumah sewa karena mereka belum mampu membeli rumah sendiri. Yanto dan Viana telah menikah selama lima tahun dan berdomisili di Kota U, tapi sayangnya mereka belum dikaruniai seorang anak. Namun, hal ini tidak merenggangkan hubungan diantara keduanya karena mereka menyerahkan semuanya pada Yang Di Atas. Lagipula, mereka sudah pernah tes kesuburan dan hasilnya, mereka berdua dinyatakan subur. Jadi, mereka memilih untuk berpasrah saja, menunggu Sang Pencipta mempercayakan seorang anak kepada mereka.

 

Yanto dan Viana, mereka berdua berasal dari keluarga sederhana dan sudah yatim piatu. Dulunya Viana dan orang tuanya tinggal di Kota J. Viana adalah anak tunggal, sedangkan Yanto tinggal di Kota U dan dia mempunyai seorang adik perempuan, bernama Runi.

 

Kedu orang tua Viana meninggal pada saat dia berusia empat belas tahun karena kecelakaan lalu lintas. Berhubung orang tua Viana adalah seorang perantauan di kota itu, maka dia tidak punya sanak saudara di sana. Viana kemudian diasuh oleh salah seorang tetangganya yang baik yaitu Bu Resti yang kebetulan tidak mempunyai anak, bahkan sekolahnya pun dibiayai oleh Bu Resti meskipun hanya sampai SMA saja. Namun, Viana sudah sangat bersyukur dan dia pun cukup tahu diri untuk tidak merepotkan lagi orang tua angkatnya itu.

 

Sedangkan Yanto, ayahnya telah tiada karena mengalami kecelakaan kerja pada saat dia berusia sepuluh tahun dan Runi berusia tiga tahun. Untuk membiayai hidup mereka sehari-hari, ibu mereka bekerja sebagai tukang masak di sebuah rumah makan dengan gaji tidak terlalu besar.

 

Menyadari kesulitan ibu Yanto dalam membiayai hidup mereka bertiga, seorang saudara dari pihak ayah Yanto yang tinggal di Kota A berinisiatif untuk mengasuh salah satu dari mereka dan pilihan mereka jatuh kepada Runi. Meski berat, ibu mereka mencoba berpikir realistis bahwa dia tidak akan sanggup menghidupi kedua anaknya itu dengan gajinya yang tidak seberapa sehingga dia merelakan Runi diasuh oleh keluarga tersebut. Toh, mereka juga bukan orang lain, masih ada hubungan saudara dengan Runi, begitu pikir ibunya pada saat itu. Maka jadilah Runi pindah ke kota A mengikuti orang tua angkatnya. Di situlah nantinya Runi bertemu dengan Andri yang kelak menjadi suaminya.

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Madu Pemberian Ipar    Mana Sarapanku Mbak?

    "Aduh...ini... benar-benar deh, aku nggak tahan lagi. Udahlah kamarnya sumpek, ranjangnya gak empuk lagi. Gimana caranya coba aku bisa tidur. Heran aku sama Bang Yanto, kok bisa-bisanya dia betah tinggal di sini. Emang dasar mental miskin, tempat kayak gini pun dia fine-fine aja."Runi mencoba kembali berbaring lalu membolak-balikkan tubuhnya untuk mencari posisi tidur yang enak. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Runi pun pulas tertidur.Sekian jam berlalu. Runi mengerjapkan mata kala dirasanya ada sesuatu yang menyilaukan menimpa kelopak matanya. Segera dia mengangkat satu lengannya untuk melindungi indra penglihatannya.Perlahan-lahan, dia membuka matanya dan melihat darimana asalnya sesuatu yang menyilaukan itu. Ternyata itu adalah sinar matahari yang menembus masuk ke dalam kamarnya melalui jendela kamarnya yang tertutup kain gorden tipis."Ughhh....jam berapa sekarang ini?" gumamnya seraya mematrikan pandangannya pada jam yang tergantung di dinding."Sudah jam sembilan rupa

  • Madu Pemberian Ipar    Mencoba Menghubungi Mantan Suami

    "Pokoknya aku nggak mau. Titik. Bang, aku ke sini ini mau menenangkan diri pasca perceraian aku. Jadi, tolonglah Bang, jangan suruh aku mengurusi hal-hal yang aku sama sekali tak berminat untuk mengerjakannya itu," potong Runi dengan nada kesal.Seusai berkata demikian, tanpa menghiraukan lagi keberadaan Yanto dan Viana di sana, Runi langsung masuk ke kamarnya.Yanto mengepalkan kedua tangannya. Sungguh, dia merasa malu kepada Viana atas sikap adiknya itu. Walaupun tadi Viana tidak ikut menimpali perdebatannya dengan Runi, tetapi Yanto yakin, istrinya itu pasti sedang merasa kesal dengan adiknya itu."Dek, maafin Runi ya. Jujur, mas bingung gimana cara menghadapinya. Dia terlalu keras kepala dan selalu membuat orang kesal," ucap Yanto dengan kepala tertunduk.Viana menghembuskan nafas dengan kesal. Jika mengikuti kata hatinya saat ini, ingin rasanya dia langsung menyeret Runi ke dapur. Namun, mengingat Runi yang mungkin saja masih merasa lelah karena perjalanan jauh, maka Viana masih

  • Madu Pemberian Ipar    Mulai Bersikap Tegas.

    Runi berdecih seraya menaikkan satu sudut bibirnya, tetapi tak urung dia duduk juga di salah satu kursi lalu mengambil piring dan mulai mengisinya dengan nasi.Antara rendang, sayur sop, tahu tempe bacem dan sambal terasi, Runi terlihat menimbang-nimbang akan mengambil lauk yang mana.Aduh makanan apa nih? Mana bisa aku makan makanan kayak gini. Huh... untung ada rendang, tapi apa rendangnya enak nggak ya? Kayaknya nggak, deh. Mbak Viana mana bisa masak rendang seenak rendang katering langgananku, gumam Runi dalam hati.Akhirnya Runi memutuskan mengambil sepotong rendang lalu bersiap untuk menyuap makanan itu ke dalam mulutnya."Lho, kok menu lainnya nggak dicobain, Run? Cobalah sedikit. Ini enak loh. Abang aja sampai mau nambah lagi," tawar Yanto sambil menyendokkan sambal terasi ke piringnya serta mengambil dua potong tahu serta tempe."Nggak, Bang. Aku cobain ini aja. Soalnya, aku kurang selera dengan makanan lainnya," jawab Runi."Lho, kenapa? Padahal ini enak juga loh. Ayolah, di

  • Madu Pemberian Ipar    Meminta Maaf

    Sementara itu, Yanto yang masih berada dalam kamar tiba – tiba merasa menyesal telah memarahi Viana. Dalam hatinya, dia menyadari bahwa Runi lah yang bersalah dalam hal ini. Oleh karena itu, dia berniat menyusul istrinya untuk minta maaf."Dek, maafin mas atas sikap mas tadi. Mas telah menyakiti hati kamu," ucap Yanto yang tiba-tiba saja sudah ada di belakang Viana.Viana bergeming. Jujur, untuk saat ini, dia masih malas bertatap muka dengan suaminya itu. Bayang-bayang perdebatan dengan suaminya tadi masih menari-nari di pelupuk matanya.Sakit rasanya mendapat bentakan dari seseorang yang selama ini bersikap lembut kepadanya hanya demi membela adiknya yang menurut Viana tidak pantas dibela.Viana mencoba mengeraskan hati untuk mengabaikan suaminya itu.Akan tetapi, hati kecilnya justru memerintahkan yang sebaliknya. Dalam keadaan demikian, tiba-tiba Viana tersadar bahwa posisi suaminya itu serba salah. Di satu sisi, ada istri yang harus dijaga perasaannya, sedangkan di sisi lain, ada

  • Madu Pemberian Ipar    Perdebatan

    "Ini kamarmu. Sekarang kau beresi barang-barangmu, setelah itu mandilah karena sebentar lagi kita akan makan malam. Kamar mandinya terletak di belakang, bersebelahan dengan dapur. Kalau kau tidak tahu, nanti abang tunjukkan. Abang keluar dulu." Yanto segera berlalu keluar dari kamar itu lalu menuju ke kamarnya untuk menemui Viana."Sialan! Gue harus tidur di kamar jelek ini. Benar-benar keterlaluan tuh, Bang Yanto. Nggak ada perhatian sedikitpun sama adiknya sendiri. Pasti ini semua karena ulah istrinya. Emang dasar ipar songong! Udah berani pula dia menamparku. Awas kamu, Mbak! Suatu saat akan kubalas kamu!" umpat Runi sambil mengepalkan kedua tangannya.Sebenarnya kamar itu cukup bersih dan nyaman untuk ditempati. Akan tetapi, bagi seorang Runi yang selama bersama suaminya selalu hidup mewah, kamar yang demikian sangatlah tidak layak dimatanya.Sambil terus menggerutu, Runi mulai membereskan barang-barangnya dan setelah itu dia segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhn

  • Madu Pemberian Ipar    Tamparan Untuk Runi.

    "Ngapain Mbak melototin aku? Kalau udah miskin ya diakui aja. Salah Mbak juga sih, nggak mau ikut kerja, cuma ngandelin uang suami. Coba kalau Mbak kerja, tentu kalian akan bisa mendapatkan uang yang banyak dan bisa merenovasi rumah ini sehingga aku akan betah tinggal di sini. Lagian kan kalian belum punya anak, jadi nggak masalah kalau Mbak juga ikutan kerja. Tapi emang susah sih, kalau orang dasarnya pemalas. Mana mau dia peduli pada suaminya yang pontang panting cari uang di luar sana!"Plak!Sebuah tamparan hinggap di pipi Runi. Walau tidak terlalu keras, tapi tamparan itu cukup membuat pipinya yang putih itu menjadi agak kemerahan.Runi membelalakkan kedua matanya. Ekspresi kaget bercampur amarah tergambar jelas di wajahnya."Kau!" seru Runi sambil menudingkan jari telunjuknya ke arah kakak iparnya."Dek!" tegur Yanto yang juga tak kalah kagetnya."Kenapa? Mau marah? Mau protes? Silakan, aku nggak ngelarang. Orang berlidah tajam sepertimu memang pantas ditampar. Tadi kau bilang a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status