Home / Rumah Tangga / Madu Pilihan Mertua / Bab 1. Pengkhianatan

Share

Madu Pilihan Mertua
Madu Pilihan Mertua
Author: Selvia_Rqyanzah1104

Bab 1. Pengkhianatan

last update Last Updated: 2025-10-27 08:32:24

Wanita mana yang tidak akan bahagia saat bisa hamil setelah penantian lima tahun lamanya. Dan sekarang, hal itu dirasakan oleh Maira.

Namanya Maira Nayara Adisti. Sejauh ini, Maira merasa menjadi wanita yang paling beruntung di dunia. Punya suami baik, kaya raya, dan mencintainya meskipun Maira susah hamil. Sekarang kebahagiaan Maira bertambah saat dokter mengatakan dirinya tengah hamil tiga minggu.

“Mas Revan pasti seneng banget saat tau aku hamil.”

Sepanjang berjalan di depan ruangan dokter kandungan, Maira tak hentinya tersenyum sambil meraba perut ratanya. Setelah penantian yang begitu lama, akhirnya sekarang Maira bisa memberi sang suami gelar seorang ayah.

“Sayang, pelan-pelan jalannya!”

Deg!

Tubuh Maira membeku ketika melihat seseorang yang amat ia percaya dan selama ini ia kira adalah pria terbaik di dunia, kini sedang berjalan di depan sana menuntun seorang wanita asing.

“I-itu nggak mungkin Mas Revan kan?” gumam Maira, mencoba menolak kenyataan di depan matanya.

Namun saat sepasang manusia itu semakin dekat, Maira semakin yakin pria itu memang suaminya. Ia tidak mungkin salah mengenali seseorang yang sudah bertahun-tahun hidup bersamanya — dari suara, aroma parfum, hingga postur tubuhnya, semua terlalu familiar.

“Tenang aja, Mas. Kata dokter kandungan aku udah lewat tiga bulan, jadi harusnya udah jauh lebih aman kan?”

Wanita yang terlihat lebih muda dari Maira itu tersenyum bahagia menikmati perhatian dari lelaki yang Maira panggil suami.

Senyum bahagia Maira langsung redup. Orang yang paling ia percayai, orang yang ia cintai, kini sedang memanjakan wanita lain.

“Tadinya aku mau kasih dia kejutan, tapi malah aku yang dapat kejutan.”

Dada Maira terasa sesak. Pria yang selama ini bersikap manis padanya, ternyata juga bersikap sama pada wanita lain.

“Tetap aja aku nggak tenang. Kamu tunggu di sini, biar aku aja yang ambil vitamin dari dokter,” ujar Revan sambil menuntun wanita itu duduk.

Begitu Revan pergi, Maira buru-buru bersembunyi. Ia tidak mau bertemu dengan suaminya dalam situasi seperti ini.

‘Kenyataan macam apa ini, Tuhan? Di saat aku ingin memberinya kejutan tentang kehamilan ini, kenapa dia malah datang ke rumah sakit untuk memeriksa kehamilan selingkuhannya?’

Maira membekap mulutnya, menahan jerit dalam hati. Rasa sakitnya luar biasa saat tahu suaminya bukan hanya berselingkuh, tapi juga menghamili wanita lain.

Dia Revan Pradipta, pengusaha muda yang sukses. Banyak wanita memimpikan menjadi istrinya. Revan dan Maira menikah lima tahun lalu, di usia yang masih muda — dua puluh empat tahun — karena cinta. Tapi sekarang, Maira merasa dibodohi. Lima tahun hidupnya sia-sia bersama pria pembohong dan tukang selingkuh.

Ketika Revan sudah pergi, Maira keluar dari persembunyiannya. Ia menatap wanita yang tengah mengandung benih suaminya dari kejauhan. Wanita itu — Riri — bahkan tersenyum remeh sambil mengusap perutnya yang sudah menonjol, seolah mengejek ketidakmampuan Maira.

“Dia pasti tau aku,” gumam Maira sinis.

Mana mungkin tidak. Semua orang di kota ini tahu bahwa Maira adalah istri Revan. Mereka sering menjadi sorotan media karena keharmonisan rumah tangganya dan karier gemilang sang suami.

Tidak ingin berurusan dengan si pelakor itu, Maira pergi dengan elegan. Untuk anak yang sedang ia kandung, Maira bersumpah tidak akan memberitahu Revan soal kehamilannya.

“Nggak ada maaf untuk seseorang yang selingkuh. Rasa sakit ini akan aku pendam sendiri, Mas.”

Maira menghapus kasar air matanya. Meskipun bibirnya mengutuk suaminya ribuan kali, nyatanya hatinya tak bisa bohong. Ia masih mencintai Revan — dan itu yang paling ia benci dari dirinya sendiri.

*****

Kenyataan pahit yang Maira lihat siang tadi masih menghantui pikirannya hingga larut malam. Pukul satu pagi, Revan belum juga pulang.

“Pasti Mas Revan lagi sama wanita itu,” lirih Maira sembari menatap nanar foto pernikahan mereka yang terpajang di dinding kamar.

Ia berdiri di depan foto itu, menatap wajah bahagianya sendiri lima tahun lalu.

“Sejak kapan, Mas? Sejak kapan kamu mengkhianati pernikahan kita?”

Air mata kembali jatuh. Matanya bengkak, jiwanya runtuh.

Ceklek!

Pintu kamar terbuka, menampilkan Revan dalam keadaan berantakan.

‘Tuhan, apakah suamiku baru saja menghabiskan malamnya dengan wanita itu?’

“Loh, Sayang. Kenapa belum tidur?” tanya Revan lembut, lalu melingkarkan lengannya di pinggang Maira. “Ini udah malam, nggak biasanya kamu belum tidur jam segini.”

Maira memejamkan mata. Sikap lembut itu — yang dulu membuatnya jatuh cinta — kini terasa seperti racun.

“Aku nggak bisa tidur, Mas. Banyak sekali yang terjadi hari ini,” ucap Maira lirih, menahan amarah yang hampir pecah.

“Kenapa, Sayang? Ada masalah apa? Coba cerita sama aku,” bisik Revan sambil menciumi lehernya.

“Bukan masalah besar, Mas. Oh ya, kamu darimana jam segini baru pulang?”

“Abis lembur di kantor, Sayang.”

Maira tahu itu bohong besar. Leher Revan dipenuhi bekas merah seperti polkadot.

“Kamu masih ingat kan, Mas, kenapa aku susah buat hamil lagi?” tanya Maira tiba-tiba.

“Seumur hidup aku nggak akan lupa, Sayang,” jawab Revan sambil mempererat pelukan.

Revan sangat menyayangi Maira, hanya Maira yang ia cintai — setidaknya itu yang selalu ia katakan. Tapi entah alasan apa yang membuatnya tetap berselingkuh dengan Riri.

“Kalau waktu itu kamu nggak mabok, kita nggak akan kecelakaan. Mungkin sekarang anak kita udah usia empat tahun,” lirih Maira.

Lima tahun lalu, Maira tengah hamil delapan bulan. Mereka menghadiri acara bisnis, dan di sana Revan dijebak minum alkohol sampai mabuk berat. Maira sudah ingin menyetir sendiri, tapi Revan bersikeras mengemudi. Akhirnya, mereka menabrak pohon besar.

Benturan keras menghantam perut Maira yang besar, membuat bayi mereka tak terselamatkan. Sejak itu, ia sulit untuk hamil lagi. Dan kini, di saat keajaiban itu datang, Revan justru mengkhianatinya.

“Maafin aku, Sayang,” bisik Revan dengan mata memerah. Ia masih menyesali kejadian itu.

“Aku sakit banget, Mas… tiap saat dituntut sama keluarga kamu buat segera punya anak. Aku capek.”

“Aku ngerti, Sayang. Makanya kita nyerah aja. Nggak usah program bayi tabung lagi yang bikin kamu disuntik tiap hari.”

“Terus kamu maunya kita gimana?” Maira melipat tangan di dada, berusaha menahan emosi.

“Kita nyerah aja, Sayang. Kita masih bisa adopsi anak.”

Maira tidak menjawab. Ia hanya naik ke ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Ia menangis diam-diam.

‘Jelas aja kamu nyuruh aku menyerah, Mas. Kamu sudah mau punya anak dari wanita lain.’

Sementara Revan duduk termenung di sisi ranjang, menyusun rencana yang ia pikir sempurna — hidup bahagia dengan Maira dan dengan anak kandungnya juga.

“Aku tidak akan membiarkan rencana itu gagal,” gumam Revan pelan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Madu Pilihan Mertua    Bab 5. Kamu hamil?

    Maira menahan perih di setiap langkahnya, tubuhnya gemetar hebat namun ia tetap memaksa untuk berdiri. Kasur sudah penuh darah. Udara kamar menyesakkan dada bagi Maira yang kesakitan sendirian. Dengan tangan gemetar ia meraih ponselnya, memesan taksi daring agar bisa sampai rumah sakit.Maira takut jika terus menahan sakit sendirian, janinnya tidak akan tertolong. Ia pergi dari rumah diam-diam tanpa memberitahu mertuanya karena percuma saja, mereka tidak akan peduli meskipun ia meninggal sendirian di kamar.“Pak, tolong ke rumah sakit terdekat, cepat ya, Pak,” bisiknya lirih begitu ia sudah berada di dalam taksi.Supir itu menatap khawatir saat melihat celana Maira yang sudah basah darah. “Ibu sedang hamil?”“Iya, Pak. Makanya saya minta agar cepat sampai rumah sakit, Pak,” jawab Maira.“Ibu kuat? Suaminya mana, Bu?” Supir taksi itu sangat menyayangkan tidak ada seorang pun keluarga Maira yang mendampingi.“Suami saya sibuk, Pak.”“Sabar ya, Buk.” Supir taksi itu berusaha mempercepat

  • Madu Pilihan Mertua    Bab 4. Semakin sakit

    Revan langsung membungkuk menyentuh tubuh Maira yang menggigil dan pucat. Napas Maira juga tidak teratur, dengan keringat sebesar biji jagung menetes dari pelipisnya. Darah sudah menggenang di kasur di bawah tubuhnya, membuat Revan panik luar biasa.“Sayang, kita ke rumah sakit sekarang!” suara Revan bergetar, tangannya gemetar saat menyentuh lengan Maira.“Mas … tolong … sakit banget,” rintih Maira dengan wajah tegang, bibirnya nyaris tak berwarna. “Aku takut, Mas. Tolong bawa aku sekarang, aku nggak kuat lagi.”Wita berdiri di ambang pintu dengan wajah masam, alih-alih panik, dia justru berdecak. “Aduh, Maira! Jangan seperti orang mau mati cuma gara-gara haid. Baru juga sakit perut dikit udah jerit-jerit minta ke rumah sakit. Malu sama umur!”“Ma!” Revan menoleh seketika dengan mata merah. “Mama nggak lihat darahnya sebanyak ini? Biasanya Maira nggak gini kalau lagi haid, Ma.”“Itu darah haid!” Wita makin tak punya hati. “Dari dulu juga dia tiap bulan drama. Jangan karena sayang sam

  • Madu Pilihan Mertua    Bab 3. Antara Maira dan Riri

    Revan menatap tajam tiga orang di depan matanya setelah Maira sudah tidak terlihat lagi dari sana. “Kenapa kamu menatap Mama seperti itu, Revan?” Wita, ibu Revan merasa tak nyaman ditatap seperti itu oleh putranya. “Kenapa Maira bisa ada di sini juga?” tanya Revan. Rasanya tadi jantung Revan hampir copot melihat Riri dan Maira ada di tempat yang sama. Revan sangat mencintai Maira, tapi ia juga butuh anak dalam kandungan Riri. “Kami sudah di sini lebih dulu, Van. Kalau kami tahu ada Maira juga di tempat ini, mana mungkin kami ajak Riri belanja ke sini,” jelas Rio, ayah Revan, apa adanya. “Lagian dia ngapain sih ke sini? Udah tahu nggak bisa punya anak, kok berani mengunjungi tempat ini?” Riri begitu angkuh, mentang-mentang dia hamil dan Maira didiagnosis akan sulit untuk hamil lagi. “Kamu sadar apa yang kamu katakan?” Revan tak suka ada seseorang berbicara demikian tentang Maira. “Maira selalu sedih setiap kali ada yang ngomong kalau dia itu nggak bisa punya

  • Madu Pilihan Mertua    Bab 2. Membawa sakit hati

    Maira merasa sesak berada di rumah, wanita itu ingin menghindari lelaki yang sudah tega mengkhianati dirinya untuk beberapa jam saja.Entah disengaja atau tidak, kaki jenjang Maira memasuki toko perlengkapan anak mulai dari bayi sampai anak usia tujuh tahun di sebuah mall terbesar di kota ini.Maira tersenyum tipis menyentuh beberapa helai baju bayi yang sangat lembut. Tiba-tiba saja tangan Maira bergerak mengusap perut ratanya.“Kalau kamu perempuan, pasti akan sangat lucu pakai baju ini, Sayang,” gumam Maira dengan senyum bahagia yang tak dapat disembunyikan.Maira memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan masalah Revan yang berkhianat. Ia lebih memilih menjaga janinnya baik-baik, lima tahun bukan waktu yang sebentar untuk Maira berikhtiar menunggu anak yang sedang ia kandung.‘Bahkan aku rela melepaskan laki-laki itu asalkan anak ini lahir dengan selamat,’ batin Maira.“Permisi, Kak. Kakaknya mau cari baju bayi?” Seorang gadis yang bekerja di toko itu menghampiri Maira dengan senyu

  • Madu Pilihan Mertua    Bab 1. Pengkhianatan

    Wanita mana yang tidak akan bahagia saat bisa hamil setelah penantian lima tahun lamanya. Dan sekarang, hal itu dirasakan oleh Maira.Namanya Maira Nayara Adisti. Sejauh ini, Maira merasa menjadi wanita yang paling beruntung di dunia. Punya suami baik, kaya raya, dan mencintainya meskipun Maira susah hamil. Sekarang kebahagiaan Maira bertambah saat dokter mengatakan dirinya tengah hamil tiga minggu.“Mas Revan pasti seneng banget saat tau aku hamil.”Sepanjang berjalan di depan ruangan dokter kandungan, Maira tak hentinya tersenyum sambil meraba perut ratanya. Setelah penantian yang begitu lama, akhirnya sekarang Maira bisa memberi sang suami gelar seorang ayah.“Sayang, pelan-pelan jalannya!”Deg!Tubuh Maira membeku ketika melihat seseorang yang amat ia percaya dan selama ini ia kira adalah pria terbaik di dunia, kini sedang berjalan di depan sana menuntun seorang wanita asing. “I-itu nggak mungkin Mas Revan kan?” gumam Maira, mencoba menolak kenyataan di depan matanya.Namun saat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status