Beranda / Romansa / Magang Di Pelukan CEO / Tidak Bisa Menjaga Hati

Share

Tidak Bisa Menjaga Hati

Penulis: Erna Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-23 07:22:00

Frankfurt, pukul 21.14

Langit sudah gelap sepenuhnya. Angin malam musim semi membawa hawa dingin yang menggigit ujung jari, tapi di dalam rumah, kehangatan menyelimuti setiap sudut. Aroma kayu manis dari dapur belum benar-benar hilang.

Aurelie berdiri di ambang pintu kamarnya. Kamar itu luas, dengan jendela besar menghadap taman belakang dan rak buku tua penuh novel berbahasa Jerman. Sprei hangat, seprai bersih dengan motif bunga-bunga pastel. Tapi tetap saja, ini ruang baru. Rumah baru. Hidup baru.

Ia memeluk dirinya sendiri, ragu apakah bisa benar-benar tidur malam ini.

Ketika ia turun ke bawah, suara samar dari dapur terdengar—suara teko mendidih. Aurelie melangkah pelan, dan mendapati Kai sedang menuangkan teh ke dua cangkir.

Kai menoleh begitu melihat Aurel muncul. “Aku dengar langkah pelan-pelan di tangga. Kukira hantu kamar atas bangkit malam ini.”

Aurelie tertawa kecil. “Maaf. Enggak bisa tidur.”

Kai menyodorkan secangkir teh chamomile. “Mi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Magang Di Pelukan CEO   Upaya Mencari Aurelie

    Petra, kepala HRD, baru saja duduk sambil menyeruput kopi ketika pintu ruangannya dibuka dengan tenaga penuh.BRAK.“Petra. Kamu yang urus administrasi anak magang bernama Aurelie Alana Heindrich, kan?” suara Shaquelle menggema, sekeras harga dirinya yang baru saja jatuh ke level kaki lima.Petra nyaris menumpahkan kopinya.“I-iya, Pak. Tapi—”“Tempat tinggal dia di Jerman. Ada enggak di data magang?”“Pak, itu informasi personal, sudah dihapus dari sistem karena masa magangnya selesai….”“Restore!”“Pak…”“Restore data itu seperti kamu restore hatiku yang dibuang sama Aurel!”Petra menahan napas. Ia melirik ke arah tumpukan berkas. “Saya coba cek di folder backup dulu, tapi sistem perusahaan—”“Petra .…” Shaquelle mencondongkan tubuh. “Kalau kamu temuin alamat dia, kamu akan jadi pegawai of the month. Kamu bisa pilih; voucher MAP atau nambah cuti dua hari.”Petra mengerutkan alis. “Pak, saya single dan hidup saya kosong. V

  • Magang Di Pelukan CEO   Tidak Bisa Menjaga Hati

    Frankfurt, pukul 21.14Langit sudah gelap sepenuhnya. Angin malam musim semi membawa hawa dingin yang menggigit ujung jari, tapi di dalam rumah, kehangatan menyelimuti setiap sudut. Aroma kayu manis dari dapur belum benar-benar hilang.Aurelie berdiri di ambang pintu kamarnya. Kamar itu luas, dengan jendela besar menghadap taman belakang dan rak buku tua penuh novel berbahasa Jerman. Sprei hangat, seprai bersih dengan motif bunga-bunga pastel. Tapi tetap saja, ini ruang baru. Rumah baru. Hidup baru.Ia memeluk dirinya sendiri, ragu apakah bisa benar-benar tidur malam ini.Ketika ia turun ke bawah, suara samar dari dapur terdengar—suara teko mendidih. Aurelie melangkah pelan, dan mendapati Kai sedang menuangkan teh ke dua cangkir.Kai menoleh begitu melihat Aurel muncul. “Aku dengar langkah pelan-pelan di tangga. Kukira hantu kamar atas bangkit malam ini.”Aurelie tertawa kecil. “Maaf. Enggak bisa tidur.”Kai menyodorkan secangkir teh chamomile. “Mi

  • Magang Di Pelukan CEO   Bukan Dipaksa Untuk Sempurna

    Siang itu langit Frankfurt mendung, tapi tidak menurunkan hujan. Awan bergelantung seperti luka yang tak lekas reda, menyimpan sesuatu yang berat dan belum selesai.Aurelie menapaki lorong terminal kedatangan dengan koper besar di tangan kirinya dan tas ransel di bahu. Sweater putih gading membalut tubuhnya yang tampak lebih kurus dari sebulan lalu. Tak ada senyum, tak ada semangat. Tapi ada kelegaan yang samar. Seperti seorang yang berhasil keluar dari gedung terbakar meski membawa luka bakar di dada.Pandangan matanya menyapu ke sekeliling. Ia mencari wajah yang dikenalnya—Oma, Opa, atau siapa pun yang bisa memeluknya dan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tapi yang mendekat malah sosok pria jangkung dengan coat camel yang elegan, sepatu kulit bersih, dan rambut cokelat tua yang sedikit berantakan karena angin musim semi. Senyumnya langsung terlihat saat melihat Aurel.“Hallo… Aurelie, kan?”Aurel berhenti. Alisnya bertaut.“Iya… kamu siapa ya?”Pria itu mengulurkan t

  • Magang Di Pelukan CEO   Layak Diberi Kesempatan

    Pukul 21.03 malam.Jakarta masih sibuk, lampu-lampu gedung belum redup. Tapi di Penthouse lantai 59 milik Shaquelle Folke, suasananya seperti reruntuhan setelah badai.Shaquelle baru saja pulang kerja. Dasi dilepas, jas dilempar ke sofa dan laptop masih menyala di meja makan. Tapi tidak ada kopi, tidak ada musik. Hanya keheningan dan satu kalimat yang terus berputar di kepalanya: “Aurel sudah pergi karena kamu.”Dia berjalan pelan ke balkon, memandangi langit malam yang berawan, lalu kembali masuk dengan langkah lesu. Baru saja ia duduk di sofa, ponselnya bergetar.MAMA KEJORAVideo Call IncomingShaquelle menatap layar itu sejenak. Hatinya langsung menghangat.Dia memang sedang membutuhkan mama Kejora saat ini.Tanpa tahu maksud dan tujuan sang mama sebenarnya menghubungi dalam panggilan video.Tanpa pikir panjang, Shaquelle menggeser icon gagang telepon berwarna hijau.Layar menampilkan wajah cantik mama Kejora, wajah tenang dengan kerutan bijak yang tak bisa menyembunyika

  • Magang Di Pelukan CEO   Harus Dibenahi

    Restoran mewah itu cukup sibuk saat Tante Zara dan mami Nadira duduk berhadapan, saling tatap dengan benak mereka yang ramai oleh Shaquelle dan Aurelie.Mereka hanya terhalang meja kayu gelap dan tirai tipis meneduhkan jingga sore dari balik kaca.Suara denting gelas dan langkah pelayan sesekali mengisi keheningan mereka namun tidak dihiraukan.Tante Zara memulai dengan suara rendah.“Nad, Shaqulle udah cerita semuanya ke aku kemarin—tentang rekaman, Greta, dan pengakuannya. Dia benar-benar menyesal.”Mami Nadira mengangguk, menyesap teh hangatnya. “Aku percaya. Tapi ada satu hal yang belum dia sadari .…”Zara mengerutkan alis. “Maksud kamu?”Nadira menarik napas dalam-dalam. “Aurel … dia sudah lebih jauh berhubungan dengan Shaquelle … Shaquelle bukan sekedar cinta pertama bagi Aurel, tapi yang pertama… yang merenggut kehormatannya.”Kata-kata itu menghentak. Zara menatap Nadira tajam. “Yang benar saja?”“Aurel sangat mencintai Shaquelle, dia mepercayainya sampai dia rela men

  • Magang Di Pelukan CEO   Penjelasan

    Lorong rumah sakit sore itu kembali lengang, seperti menyimpan sisa-sisa kegetiran pagi yang belum benar-benar menguap.Shaquelle berdiri di depan ruang kerja mami Nadira lagi, dengan mata menyapu kanan kiri—tapi kali ini tidak ada tanda-tanda wanita itu akan menemuinya. Pintu tertutup rapat.“Ada yang bisa dibantu, Pak?” Seorang perawat cantik tapi masih jauh lebih cantik Aurelie menyapanya.“Dokter Nadira ada? Saya bukan pasien tapi ingin bicara dengan beliau.” “Maaf, Pak. Dokter Nadira sedang di ruang tindakan, mungkin sampai malam.”“Jam berapa selesainya?” Shaquelle memaksa.Sang perawat menggeleng dengan ekspresi penuh penyesalan. “Enggak bisa dipastikan, Pak.”Shaquelle mengembuskan nafas panjang.Ia menoleh ke kanan, sejenak ragu, sebelum matanya menangkap sosok yang tak asing keluar dari ruang rapat direktur. Rambut sanggul, scarf Hermes melingkar santai di leher.“Tante Zara!” serunya.“Shaquelle? Kamu ngapain di sini? Tumben enggak naik helikopter,” jawabnya deng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status