Share

Mahar Untuk Risa
Mahar Untuk Risa
Author: Lenterapilu

Bab 1

Impian tidak akan terwujud tanpa adanya sebuah aksi.

~~~~

Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok, lusa, atau beberapa hari kemudian tetapi yang perlu di ketahui ialah apa yang kamu kerjakan hari ini adalah apa yang akan kamu kerjakan esok.

Risa, mahasiswi jurusan Sastra Indonesia di salah satu kampus ternama di ibu kota, sedari kecil ia bermimpi menjadi seorang penulis hebat, dengan para pembacanya yang selalu terinsipirasi dengan apa yang ia tulis, tetapi sayangnya itu hanya sebuah khayalan dan mimpi yang enggak tahu kapan akan terwujud.

Dorrrr!

Risa tersentak kaget tatkala sebuah tangan memukul pundaknya sambil berteriak tepat di telinganya.

"Ih apaan sih kamu," kesalnya sembari memanyunkan mulutnya.

"Pasti melamun lagi ni."

"Enggak!"

"Halah, kamu enggak usah bohong. Satu  kampus juga tahu kamu suka khayal."

"Ih apaan sih, Rendi, sok tau banget." Kesel Risa sambil menatap Rendi tajam.

Rendi tersenyum lalu duduk di sebelah Risa.

"Mau sampai kapan sih ngehalu terus? Enggak ada niat untuk wujudin impian kamu apa?" Tanyanya. Rendi tahu menjadi seorang penulis adalah impian Risa dari dulu, dan menjadi tokoh utama dalam sebuah buku adalah tujuan utamanya. Tetapi entah mengapa Risa tidak pernah mencoba untuk menerbitkan bukunya, atau mengajukan ke penerbit besar, kan dengan begitu ia bisa menggapai impiannya.

"Siapa sih yang enggak mau gapai impiannya, tapi ya menggapai impian itu enggak segampang membalikkan telapak tangan," ucapnya.

"Semua orang juga tahu itu,Risa. kalau menggapai impian segampang membalikkan telapak tangan kalau gitu orang-orang nggak perlu halu dulu, tinggal langsung gas aja. Tapi ya itu lah impian, nggak gampang di raih tapi setidaknya kamu juga harus berusaha, tunjuki kalau kamu sungguh-sungguh sama impian kamu, bukan malah malas-malasan kayak gini," jelas Rendi, jujur saja ia kesal dengan Risa, gadis itu tidak pernah mau mendengarkan sarannya.

"Siapa yang malas-malasan, sih? Kamu itu enggak tahu apa yang aku rasain, kamu pikir gampang buat novel? Terus saingannya, antriannya, pembacanya, dan itu juga belum tentu di terima di penerbit besar. Lagian penulis baru kayak aku, enggak mungkin bisa dapat pembaca dalam waktu singkat."

"Nah, itu kamu tahu, enggak mungkin dapat pembaca dalam waktu singkat kalau begitu ya kamu harus mulai dulu, coba publish cerita kamu di platform membaca, atau di internet, atau di Mading kampus, kan dengan begitu kamu bakalan dapat pembaca, walaupun satu atau dua orang tapi itu berharga loh, Ris."

"Enggak dulu deh, aku takut malah nanti di omongin atau di bully karena tulisan aku enggan bagus."

Rendi hanya menghela napas, selalu seperti ini, belum memulai Risa sudah pesimis duluan.

"Risa ..."

"Iya?"

"Mau sampai kapan sih kamu kayak gini?"

"Gini? Maksudnya?"

"Ya kayak gini, belum lagi mencoba kamu udah pesimis duluan. Kalau gini terus kapan majunya."

Risa terdiam, ia tahu omongan Rendi itu benar bahkan sangat benar, tetapi begitulah Risa, ia terlalu takut dan tidak siap untuk menerima kemungkinan buruk yang akan terjadi nantinya. 

"Entah lah, aku masih bingung. Udah ya, biarin aku sendiri dulu. Mending kamu pergi aja deh, godain cewek kek biar nggak jomblo terus."

"Halah kayak kamu nggak jomblo aja."

"Aku enggak jomblo, tapi single. Paham!"

"Sama aja!" Rendi langsung pergi dari sana, jujur saja ia tidak tega melihat Risa terus-terusan seperti ini. Hampir tiga tahun ia berteman dengan Risa, gadis itu tidak ada berubahnya, masih pesimis seperti pertama mereka kenal.

Hampir tiga tahun berteman dengan Risa bukan berarti Rendi tidak memiliki perasaan dengan gadis itu, justru ia menyukai Risa sejak pertama kali mereka bertemu. Risa yang terkenal dengan kelembutannya, ramah, dan juga pintar, berhasil membuat Rendi jatuh hati sejak pandangan pertama.  

Namun, hingga saat ini Rendi belum berani untuk mengatakan perasaannya pada Risa, ia takut Risa tidak menyukainya dan menolak cinta Rendi, dan jika hal itu terjadi mereka tidak akan bisa dekat seperti ini lagi dan Rendi tidak mau hal itu sampai terjadi.

"Ris, mau sampai kapan sih kamu kayak gini," batinnya. Dalam jauh Rendi diam-diam memperhatikan Risa, lagi-lagi gadis itu kembali melamun. Entah apa yang membuat Risa begitu cinta dengan dunia halu, sampai ia tidak sadar bahwa di dekatnya ada lelaki yang benar-benar tulus mencintainya.

Rendi terus memperhatikan gadis itu, hingga ingatannya kembali memutar moment di saat mereka bertemu pertama kali.

Flashback

"Hai, kamu Maba juga kan?" Rendi menyapa Risa yang tengah duduk di salah satu bangku taman yang ada di kampus mereka.

Risa mengangguk.

"Kenalin aku Rendi, dari jurusan Sistem Informasi." Rendi menjulurkan tangannya ke hadapan Risa sambil terus menatap gadis itu yang terus menunduk dan tidak berani menatap wajahnya.

"Aku Risa, dari jurusan Sastra Indonesia," jawabnya lalu membalas sambutan tangan Rendi.

Rendi tersenyum. "Kenapa nunduk terus? Enggak sopan tahu ngobrol sama orang tanpa melihat wajah lawan bicara."

Pelan-pelan Risa mengangkat kepalanya, lalu tersenyum. 

"Sorry," ucapnya.

Rendi pun ikut tersenyum, dan saat itulah ia merasakan suatu hal yang berbeda ketika melihat senyum Risa. Senyum gadis itu sangat manis, wajahnya teduh dan membuat Rendi sangat tenang kita menatapnya.

"Kenapa? Aku jelek ya? Sorry. Kalau gitu aku duluan ya."

"Eh, enggak gitu ..." Belum sempat Rendi selesai berbicara, Risa telah pergi meninggalkannya dengan terus menunduk.

Rendi benar-benar merasa tidak enak, padahal ia menatap Risa bukan karena gadis itu jelek, tetapi wajahnya yang sangat manis membuat Rendi ingin terus menatapnya. 

Rendi ingin sekali mengejar gadis itu dan menjelaskan kepadanya, tetapi belum sempat ia mengejar gadis itu telah hilang dan tidak tahu pergi ke mana.

Flashback off

"Andai aja kamu tahu perasaan aku, Ris, mungkin kamu enggak bakalan insecure lagi," batin Rendi lagi.

[][][][]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status