Share

Bab 3

Perjuangkan apa yang pantas untuk di perjuangkan, karena tidak ada yang sia-sia selama niat dan tujuannya baik.

~~~~

Randi menatap langit-langit kamarnya, tatapannya seolah kosong, bak seorang yang sedang mempunyai masalah besar. Otaknya benar-benar tidak bisa bekerja, dan hanya ada satu nama yang memenuhi otak Randi, yaitu Risa.

"Duh, aku kenapa mikirin Risa terus, sih," gumamnya sembari mengacak-acak rambut ikalnya.

Randi tidak tahu mengapa Risa bisa membuatnya jatuh hati seperti ini, padahal jika di bandingkan dengan beberapa perempuan yang menyukai Randi, Risa masih kalah jauh. Risa tidak cantik tetapi entah mengapa wajahnya menjadi candu untuk Randi, Risa juga tidak lembut tetapi setiap kata yang keluar dari mulutnya seolah menjadi mood booster untuk Randi, dan satu lagi kelebihan Risa yang jarang di miliki oleh perempuan lain; Risa pintar, tetapi pintarnya Risa berbeda bukan hanya mencakup pendidikan saja tetapi luas sangat luas, gadis itu memiliki ladang pengetahuan karena sejak kecil ia sudah hobi membaca buku dan karena itu lah Risa tumbuh menjadi gadis yang sangat pintar.

Randi tersenyum ketika mengingat wajah Risa yang tengah kekenyangan seperti tadi, wajah gadis itu terlihat sangat lucu dan enak di pandang.

 Membuat Risa bahagia adalah salah satu misi Randi, ia tidak mau melihat Risa kesusahan apalagi sampai sedih. Walaupun Risa tidak mengetahui perasaan Randi padanya tetapi setidaknya Randi telah melakukan yang terbaik untuk Risa, Randi tidak memaksa agar Risa menerima cintanya karena menurut Randi mencintai adalah hak semua orang dan menolak cinta juga hak semua orang. Randi tidak perduli bagaimana akhirnya nanti yang penting saat ini ia akan melakukan apa yang membuatnya bahagia, salah satunya membuat Risa bahagia. Karena kebahagiaan Risa adalah kebahagiaan Randi juga.

"Lagi melamun apa sih, Ran? Dari tadi diam aja lo, senyum-senyum sendiri kayak orang gila." Doni, teman satu kost Randi, mereka juga satu kelas di kampus. Doni adalah satu-satunya orang yang mengetahui segala rahasia Randi, keluarga, kuliah, bahkan perasaannya pada Risa. 

"Biasalah," ucap Randi sekenanya.

"Mikirin Risa lo, ya?" Tanyanya, sangat tepat sasaran.

Randi tidak menjawab, ia memilih diam saja. Mau di jawab atau tidak, Doni tetap mengetahui jawabannya.

"Gini ya, gua enggak tahu sebesar apa perasaan lo ke Risa, tapi kalau emang lo benar-benar serius sama dia lo harus tetap perjuangin dia, apapun yang terjadi. Lo kan tahu Risa gimana, lo satu-satunya cowok yang bisa dekat sama dia dan lo punya kesempatan besar untuk ngambil hatinya," jelas Doni. Ia sangat paham perihal mencintai atau pun dicintai seperti ini, karena Doni sudah sangat berpengalaman bahkan ia di juluki buaya buntung di kampus karena sangking banyaknya perempuan yang ia dekati.

"Tapi gue bingung, Don, lo kan tahu Risa gimana. Dia itu beda, enggak gampang untuk ngambil hatinya karena dia bukan perempuan biasa," ucap Randi. Ia sangat tahu bagaimana Risa dan untuk mencuri hati gadis itu bukanlah hal yang gampang.

"Gini ya, lo ingat perkataan gue. Cewek itu akan mencintai seorang pria kalau mereka terus sama-sama, ibaratnya itu kayak jatuh cinta karena terbiasa. Terbiasa bersama, jalan bareng, ngerjain tugas bareng, pokonya semuanya. Dan lo udah ada di posisi itu, tugas lo hanya membuat Risa sadar kalau lo cinta sama dia."

"Gimana caranya? Gua bingung, lo kan tahu Risa adalah cewek yang berhasil buat gue jatuh cinta setelah lima tahun gue memutuskan untuk sendiri. Gue beneran udah lupa gimana caranya luluhin hati cewek." " Ya, Risa adalah satu-satunya perempuan yang berhasil membuat Randi melupakan masa lalunya. Sebelum mengenal Risa, Randi tidak mau dekat dengan perempuan, ia menutup hatinya lantaran cinta pertamanya melukai hati Randi, ia berkhianat dan meninggalkan Randi begitu saja. Seperti yang di ketahui, cinta pertama sangat sulit untuk di lupakan dan itu lah yang dirasakan Randi selama lima tahun lamanya, ia terjebak masa lalunya yang membuat Randi menutup hatinya rapat-rapat. Namun, semuanya berubah ketika Randi bertemu dengan Risa. Risa berhasil membuat Randi merasakan perasaan yang hilang selama bertahun-tahun, Risa berhasil meluluhkan hati Randi dan menghancurkan tembok pertahanannya.

"Gini deh, Risa tu sukanya apa? Hobinya?"

"Satu kampus juga tahu Risa tu hobinya baca, sukanya ya novel. Kan, ga mungkin hobi baca sukanya nyanyi."

"Nah, itu. Lo harus mempunyai hobi yang sama kayak Risa, nggak perlu terlalu berlebihan banget yang penting lo nyambung kalau Risa mau cerita tentang novel kesukaannya sama lo. Dan lo belikan Risa novel-novel terbaru dia pasti senang banget."

"Basi ide Lo! Pertama, Risa nggak pernah suka membahas novel bacaannya sama orang lain, karena dia tu lebih suka mengkhayal kalau dia adalah pemeran dalam novel tersebut. Dan kedua, Risa nggak suka di kasih novel karena sebelum novel itu terbit dia udah ngincar duluan dan dia segercep itu demi sebuah novel dan kayaknya gue bakalan telat terus karena sebelum gue beli dia udah ada duluan," jelas Randi.

Doni tampak diam sejenak seolah memikirkan rencana lain.

"Kalau gitu kenapa lo enggak coba jadiin dia tokoh utama dalam sebuah novel?" Ucap Doni sambil menaik turunkan alisnya.

"Maksudnya?"

"Lo buat novel yang di dalamnya Risa adalah tokoh utama, gimana bagus kan ide gua."

"Lo pikir buat novel segampang itu. Penulis handal aja butuh waktu bertahun-tahun untuk buat satu novel, apalagi kayak gua gini. Yang ada enggak tamat-tamat novelnya," ucap Randi.

"Duh, ribet amat ya si Risa. Yaudah deh, lo pikir sendiri, gua mau tidur dulu. Bye." Doni langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur, menarik selimut, dan dalam hitungan detik ia sudah tertidur pulas.

Sementara Randi, ia masih melanjutkan melamun. Sebenarnya saran dari Doni cukup bagus, Randi juga pernah kepikiran untuk membuatkan satu novel untuk Risa tetapi hingga sekarang ia belum menjalankannya.

"Apa gue buat novel aja ya, mana tau Risa jodoh gue kan novelnya bisa jadi mahar dan kalau pun Risa bukan jodoh gue seenggaknya bisa jadiin kado untuk pernikahannya nanti dan kenang-kenangan buat gua," gumamnya. Ya, seperti Randi akan melakukan itu. Ia tidak keberatan jika harus membagi waktunya demi membuatkan satu novel untuk Risa, yang terpenting ia hanya ingin membuat Risa bahagia itulah tujuan Randi.

Terlepas dari jodoh atau tidaknya mereka nanti, biarkan saja waktu yang menjawab. Yang paling penting adalah Randi sudah berjuang untuk mendapatkan hati seorang gadis yang ia cintai, dan bagaimana akhirnya nanti biarkan Tuhan yang memberikan jawabannya.

[][][][]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status