Share

Bab 5

Bersikap sopan lah kepada orang lain, karena apa yang kamu berikan itu lah yang akan kamu dapatkan.

~~~~

Susana kampus tampak ramai karena sedang ada acara peresmian gedung, semua mahasiswa yang bergabung dalam himpunan ataupun organisasi di haruskan memberikan penampilan mereka untuk mengisi acara.

Semua organisasi yang akan tampil hari ini terlihat sibuk, mereka saling menginginkan satu sama lain agar apa yang di tampilkan sempurna dan tak lupa mereka juga saling memberi semangat agar acara akan lancar sampai selesai. Begitupun dengan Randi dan teman-temannya, mereka terlihat sangat sibuk dan gugup, pasalnya mereka di minta untuk mengisi acara pembuka di sana.

"Penampilan aku gimana, Ris? Udah keren belum?" Tanya Randi. Ia memutar-mutarkan badannya di hadapan Risa, untuk memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna. 

Randi merupakan salah satu siswa yang bergabung di dalam himpunan mahasiswa jurusan, ia bahkan wakil ketua di himpunan tersebut. Dan hari ini ia dan teman-temannya akan tampil untuk bernyanyi di acara peresmian gedung kampus. 

Seperti biasa, Risa selalu ada di samping pria itu. Ia selalu mensupport Randi, menyiapkan barang-barang yang di perlukan Randi, dan memastikan bahwa semuanya sempurna. 

"Udah, udah keren, kok sahabat aku," ucap Risa sembari merapikan rambut Randi yang sedikit berantakan.

Randi tersenyum. Kehadiran Risa di sampingnya membuat Randi semakin semangat.

"Good luck, ya semuanya! Semoga berhasil dan lancar," ucap Risa lagi menyemangati.

Semuanya tersenyum sambil mengucapkan terima kasih kepada Risa.

"Ris, kamu sama Randi udah kayak orang pacaran, loh, kenapa enggak pacaran aja," ucap Doni sengaja menggoda Randi.

"Dih, enggak lah. Aku sama Randi tu udah paling cocok jadi sahabat aja, selain dari itu enggak cocok," jawab Risa penuh keyakinan.

"Tau ni Doni, aneh-aneh aja, lo." Sahut Randi yang tentunya tidak benar. Setelah mengatakan itu hati Randi terasa tidak enak, sebab hati dan mulut sangat berlawanan.

Doni hanya tertawa garing merasa kasihan dengan Randi. Ia tahu bagaimana perasaan Randi pada Risa, sahabatnya itu sangat mencintai Risa tanpa memandang apapun, tetapi mirisnya Risa malah menganggap Randi sebagai sahabat tidak lebih dari itu.

Tak lama MC memanggil nama band mereka, sontak mereka langsung naik ke pentas untuk memberikan sebuah persembahan lagu sebagai pembuka acara.

"Ris, doain, ya. Semoga lancar," ucap Randi sebelum naik ke pentas.

Risa tersenyum sambil mengacungkan jempolnya sebagai bentuk semangat untuk Randi. Dari bawah pentas Risa terus memperhatikan wajah Randi, ia baru sadar ternyata suara Randi sangat bagus pantas saja teman-temannya meminta agar ia menjadi vokalis. 

Selama ini Randi tidak pernah bernyanyi di depan Risa, kalau pun nyanyi ia paling hanya berdeham, atau hanya satu bait, bahkan pernah pada suatu hari ketika Risa meminta Randi untuk bernyanyi lelaki itu sengaja membuat suaranya menjadi jelek, entah apa tujuannya seperti itu Risa juga tidak mengerti.

Di atas pentas Randi bernyanyi dengan percaya dirinya, wajahnya menatap para penonton dan tamu undangan bahkan sesekali ia melihat ke arah Risa lalu mengedipkan matanya kepada gadis itu.

Kelakuan konyol Randi berhasil membuat Risa tertawa, bahkan disaat menegangkan seperti ini bisa-bisanya ia masih saja menggoda Risa. Sungguh Randi benar-benar aneh.

"Lo sama Randi punya hubungan apa?" Mendengar suara seseorang dari sampingnya sontak Risa mengalihkan perhatiannya dan melihat ke arah sumber suara.

"Aku?" Tanya Risa heran.

"Iya, lah. Siapa lagi yang dekat sama Randi selain lo!" Belum apa-apa gadis itu sudah terlihat tidak sopan dan sangat terlihat jelas bahwa ia tidak menyukai Risa.

"Biasa aja dong ngomongnya, kenapa nanya gitu? Kepo banget," ucap Risa yang sudah mulai kesal. Risa sangat tidak suka dengan orang yang tidak punya sopan santun, sebab Risa selalu berusaha untuk sopan kepada orang lain apalagi orang yang baru di kenal. Dan Risa adalah salah satu orang yang berperinsip bahwa ia akan menghargai orang lain jika orang itu menghargainya juga.

"Ternyata mulut lo bisa juga ya, dari luar aja kelihatan kalem tapi dalamnya ternyata gini, berbisa." ucapnya lagi. Ia menatap Risa sinis.

Risa tersenyum miring sambil menatap gadis itu dengan tatapan merendahkan dan tentunya tidak kalah sinis.

"Ngaca, mbak. Jangan tahunya melihat kejelekan orang lain tapi enggak sadar kejelekannya udah segede gunung." Setelah mengatakan itu Risa langsung pergi dari sana, perempuan itu membuat mood Risa hancur. Padahal tujuannya ke sana adalah untuk melihat Randi tetapi acara belum sampai selesai moodnya sudah lebih dulu.

Sementara perempuan yang tidak di ketahui siapa namanya itu terlihat sangat kesal, ia menatap Risa tajam bak seorang musuh besar yang harus di musnahkan.

***

"Ternyata di sini, dari tadi aku cariin kamu loh." Randi duduk di sebelah Risa, sedari tadi ia mencari keberadaan Risa dan ternyata gadis itu malah di taman sambil membaca novel.

"Kenapa?" Tanya Risa santai.

"Kamu kok malah pergi padahal aku masih nyanyi loh, pergi diam-diam dan di hubungi malah enggak bisa."

"Iya."

"Kamu Kenapa, Ris?"

"Enggak papa, cuma mood aku agak nggak bagus aja."

"Lah, kenapa? Perasaan tadi baik-baik aja."

Risa langsung menutup bukunya dan melihat Randi tajam.

"Kamu tadi lihat enggak ada cewek di sebelah aku?"

"Cewe? Enggak ada."

"Ih, jadi tuh tadi ada cewek yang di sebelah aku. Aku enggak tahu dia siapa, tapi tiba-tiba aja dia udah nanya kalau kita tuh ada hubungan apa, tadi kalau nanyanya sopan enggak papa juga ini malah ngegas. Dan kelihatan banget kalau dia enggak suka sama aku."

"Lah, siapa?" Tanya Randi heran.

"Enggak tahu, Ran, mukanya asing dan aku enggak kenal. Kayaknya fans kamu, sih."

Randi terdiam, fans? Siapa? Randi tidak pernah merasa punya fans dan dia juga tidak suka apabila ada orang yang mengaguminya selain Risa.

"Udah, sih, ngapain di pikirin. Enggak penting juga," ucap Randi berusaha menenangkan Risa.

"Siapa juga yang mikirin, enggak penting juga."

"Bagus kalau gitu, yaudah gini aja gimana kalau kamu aku traktir makan, seenggaknya biar mood kamu membaik. Gimana?"

"Bener?"

Randi mengangguk semangat.

"Oke, tawaran saya terima." Risa tersenyum senang, senyum yang sangat di sukai oleh Randi.

"Come on, berangkat sekarang." 

Dengan semangat Risa bangkit dari tempatnya, ia bersyukur memiliki sahabat seperti Randi karena Randi selalu memperlakukan Risa bak seorang ratu dan hal-hal kecil yang di lakukan Randi untuknya selalu saja terkesan bagi Risa. 

Begitupun Randi, apapun yang di lakukan Risa untuknya selalu saja berkesan dan akan terus di ingatnya. 

Mereka berdua sudah seperti magnet yang berlawanan arah, yang satu mengejar tetapi yang satu malah pergi tetapi tetap saja keduanya sama-sama saling menginginkan. 

[][][][]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status