Share

Lumrah

Penulis: Mecca
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-23 01:58:46

Saat-saat menyenangkan adalah ketika kita selalu punya waktu bercanda dan bercengkrama dengan orang-orang terdekat kita, apalagi mereka adalah sahabat-sahabat seperjuangan, sama-sama merantau di negeri orang. Namun itu harus terhenti sejenak sebab sesuatu dan lain hal. Sesuatu itu adalah, Aini mendapat telphone dari papanya Rafli Syahbandar tadi pagi, dan meminta Aini untuk segera kembali ke Aceh besok. Rafli mengabari anak sulungnya bahwasanya Meylani akan segera menikah dua hari mendatang. Khabar itu sedikit membuat Aini terkejut. Ia tidak menyangka ternyata Meylani telah berhasil meluluhkan hati ayahnya Rafli. Padahal, seminggu yang lalu ia masih mendengar cerita Asril adik laki-lakinya, kalau papa tidak akan pernah menerima Halim dikeluarga Syahbandar. Sungguh tidak ada satu pun yang bisa menentang takdirnya Allah. terlebih masalah jodoh, itu sudah diatur sedemikian rupa.

Hari ini, Aini memutuskan untuk bertemu dengan Sonya sahabatnya. Anggraini sudah mengirim chat pada Sonya agar menunggu di kantin kampus fakultas Hukum Sumatera, tempat dirinya menempuh pendidikan jenjang S2.

Sebelum bertemu Sonya, Aini mampir ke Birokrasi kemahasiswaan untuk menyerahkan surat cuti selama dirinya di kampung halaman nanti. Aini juga sudah menyiapkan beberapa tugas kuliah yang diberikan dosennya dua hari yang lalu. Gadis itu terkenal rajin di antara teman-temannya yang lain. Ia selalu tampil terdepan bila ada tugas yang diberikan dosen bersangkutan. Aini hanya berpedoman pada teori harapan, bahwa pencapaian itu adalah sebuah harapan. Ia jauh-jauh dari Aceh ke Medan untuk menggapai sebuah harapan yaitu meraih gelar Master Hukum.

Aini berjalan menyusuri koridor kampus menuju kantin yang tidak terlalu jauh dari birokrasi. Mengingat waktu yang sedikit mengendor, tidak sesuai dengan janjinya pada Sonya. Alhasil, Sonya terus-menerus menghubunginya, dan bertanya “Jadi apa tidak?” Aini mempercepat langkahnya agar segera sampai di kantin.

“Sori, Son. Gua ke Biro dulu, ngasih surat cuti,” kata Anggraini dengan nada ngos-ngosan akibat sedikit berlari untuk sampai di kantin.

“Ah, ellu, sibuknya ngalahin buk Ratna tau, gak?” balas Sonya santai, namun nyindir. Memang sih, teman-teman Aini sering menbandingkan dirinya dengan Buk Ratna dosen fakultas S2 bidang ilmu komunikasi publik, dan beliau mengajar disemua jurusan S2 yang ada di Universitas tersebut.

“Lu bisa aja, Son. Gua kesayangannya, lu gak iri, kan?” tukas Aini gak kalah seloroh. Sonya mengerut kening, dalam hati sejak kapan Anggraini tertawa selepas ini.

“Iri kali pun. Secara, buk Ratna kan tomboy, mana tau... “

“Sonya.. udah, gak usah ngaur pagi-pagi ya, mending lu nambah baksonya, lumayan, kan?” Aini memotong kata-kata Sonya karena dianggapnya tidak pantas. Pasalnya mereka tidak berdua di kantin itu, kalau sempat ada yang menguping, bisa timbul fitnah, kan?

“Ya, lah. Dari pada bonyok. Terus, serius nih, mau balik?” kata Sonya mengalihkan topik. Mulutnya tak henti mengunyah makanan yang tersedia di depannya, dari semenjak ia tiba sampai Aini muncul menyuruhnya nambah lagi. Sonya Felida, gadis manis berambut ikal bermarga Nenggolan. Kuliah satu angkatan dengan Aini membuat keduanya akrab dan saling melengkapi. Aini yangbsedikit memiliki kepintaran di atas rata-rata sering menjadi sandaran Sonya untuk menyelesaikan tugas kuliah yang diberikan dosen mereka.

Anggraini menyeruput minuman yang baru saja diantar abang kantin, sebelum menjawab pertanyaan Sonya. Ia tidak berniat untuk menceritakan tujuannya balik ke kampung, bila Sonya tidak bertanya. Tapi, Aini gak yakin Sonya akan diam saja. Secara cewek itu punya kebiasaan kepo yang sudah akut. Mau diapain juga tetap aja keponya kebangetan

“Emm.. serius sih. Kalau gak ada halangan. Insyaa Allah, penerbangan pagi.” Terangnya santai. Aini menghela nafas berat ketika mengingat Meylan telah melangkahinya tanpa mempertimbangkan perasaannya. Anggraini rela dilangkahi adiknya meskipun ia harus menanggung sedikit rasa malu, karena seharusnya kakak duluan lah yang harus menikah menurut adat istiadat keluarga Syahbandar. Namun, apa hendak dikata. Kerasnya ancaman Meylan membuat orang tuanya luluh walaupun itu sangat terpaksa.

“Emang, mendadak banget. Lu mau dijodohin?” tambah Sonya lagi. Secara tidak langsung gadis itu berusaha memancing Aini untuk bercerita. Aini tau maksud Sonya. Dia membiarkan Sonya menunggu penjelasannya.

“Jodoh, dari mana ... Hongkong? Lu pikir gua Siti Nurbaya?” elak Aini mengidik bahu. Sonya tergelak mendengar nada Aini seperti orang kebakaran jenggot.

“Iya, kali aja lu penerus Siti Nurbaya. lu kan pernah bilang? Kalau bokap lu bakalan ngejodohin kalian anak-anaknya dengan sesama Bangsawan. Lu gak lupa itu, kan Ain?” Sonya terus menerus mengait-ngaitkan tentang jodoh, membuat Aini gerah. Sonya tidak tau lagi harus bagaimana supaya Aini mau bercerita sedikit soal kepulangannya yang menurutnya sangat mendadak.

“Gak.” Jawab Aini singkat. Gadis itu terus mengunyah bulatan bakso dalam mulutnya tanpa melihat wajah Sonya. Ia tau, kalau  sebenarnnya Sonya sedang berusaha mengorek informasi tentang rencana kepulangannya

“Terus,” sambung Sonya lagi tak perduli Aini bakalan marah diintrogasi seperti itu

“Adik gua. Meylan nikah besok lusa,” Aini menjeda sejenak lalu menyerup air mineral dalam botol sampai habis. Sonya memicing pada wajah Aini, menunggu lanjutan cerita. Aini masih diam sambil memperbaiki posisi kerudungnya yang sedikit rusak akibat terpaan angin. Sifat datarnya sering kali membuat Sonya gerem, apalagi sedang berbicara, paling lama menjawab seolah otaknya sedang kosong kata-kata.

“Meylan tidak nikah dengan Teuku. Malah dia dilamar sama pria biasa. Memang awalnya papaku menolak. Tapi ... “

“Tapi kenapa?” potong Sonya cepat, gadis itu semakin penasaran.

“Kepo banget sih, lu?” Sanggah Aini tanpa melanjutkan ceritanya. Ia menganggkat tangan memanggil abang-abang kantin, dan mengabaikan Sonya. Sonya menaut kedua alisnya, hampir setiap hari gadis itu dibuat penasaran sama Aini yang suka menggantungkan info apa pun.

“Hitung, Bang." kata Aini pada pemilik kantin.

“Hey? Kita belum selesai. Lu harus tuntasin dulu cerita, baru lu boleh pergi? Lu gak mau kan, liat gua mati penasaran?” rengek Sonya seperti wanita meminta kepastian pada kekasihnya.

Setelah membayar semua makanan, Aini bangkit diikuti Sonya mengimbangi langkahnya.

“Papa gua gak pernah setuju Meylan nikah dengan Halim, kekasihnya. Tapi, Meylan mengancam papaku, Son. Gua juga kurang tau, apa bentuk ancaman itu. Lagian, kasihan juga Meylan. Sudah bastreet selama tiga tahun.” Papar Aini detail. Bicara sambil jalan membuat Sonya kesusahan membaca ekspresi Aini.

“Emang, lu gak masalah keduluan?” tutur Sonya lagi. Aini menghentikan langkahnya tiba-tiba. Ia menatap Sonya sendu, ada kekecewaan di lubuk hatinya yang dalam. Namun, ia juga tidak mau mempermasalahkan keadaan sekarang, karena menurutnya jalan hidup seseorang sudah ada yang ngatur, termasuk pernikahan Meylan, itu tidak terlepas dari pantauan Allah. Apa aku harus kecewa? sementara pernikahan Meylan saja terpaksa. Lebih baik tidak menikah dari pada hidup dibawah tekanan. Aku yakin, Meylan akan dikucilkan dari keluarga Syahbandar. Semua hanya sia-sia. Biarlah waktu yang menentukan perkara jodoh dan pernikahan, serta embel-embel itu. Aku capek, memikirkan keluarga setiap hari disibukkan dengan silsilah dan adat turun temurun.

“Masalah sih, enggak. Kecewa sih, sedikit. Tapi, bukan kah itu suatu hal yang lumrah. Toh, jodoh kan sudah diatur?” tutur Aini menepis semua sisi sakit dalam hatinya. Sonya mangut-mangut mendengar setiap penjelasan sahabatnya. Ia takjub dengan pendirian Aini, tidak mau dekat dengan pria manapun dari pada ujung-ujungnya engga dapat restu.

Huf! Rumit banget peraturan keluarga lu, Ain.

“Lumrah sih? Akan lebih lumrah lagi, kalau lu bisa terima Victor. Kasian tuh, jungkir balik.” Canda Sonya menyeret topik ketika dilihatnya mata Aini berkaca.

“Paan, sih. Gak lucu tauk,” Aini mengulum senyum menahan gelitik dalam hatinya.

“Cii ... cii.. benaran kan? Lu senang..”

“Lah. Siapa yang senang, biasa aja kali’. Udah ah. Gua balik dulu. Mau nyari oleh-oleh buat nyokap.” Protes Aini malu-malu. Sonya pun terbahak-bahak. Sepertinya hari ini ia berhasil mengorek sahabatnya sekaligus membuat pipi Aini merona.

“Yo wes. Sori yah. Gua ada kelas gak bisa nemenin lu belanja,” Sonya memeluk sejenak tubuh Aini. Keduanya berpisah di taman kampus. Aini mengambil jalur kiri jalan menuju gerbang kampus, sementara Sonya menuju gedung c tempat dirinya belajar. Namun sebelum menjauh, Sonya memanggil Aini kembali

“Ain.. hati-hati ya? Barakallah, buat Meylan!!” teriaknya dari jarak dekat. Aini tersenyum bahagia melihat Sonya selalu perduli pada dirinya. Aini menyetop angkutan kota untuk sampai di mall. Ia hendak berbelanja oleh-oleh untuk keluarganya. Oleh-oleh khas Medan palingan bika ambon, tapi papanya tidak suka memakan makanan manis-manis, jadinya Aini bingung, akhirnya berinisiatif mencari pakaian sholat saja. Lebih bermanfaat dan yang pasti, papanya senang.

Hiruk pikuk kota berjulukan Andalas tidak pernah berhenti. Wara-wiri aktivitas jalan raya dari terbit matahari sampai terbenam keufuk barat. Aini berkeliling mall mencari oleh-oleh untuk kedua orang tuanya, namun tak jua dapat apa yang diinginkannya. Sebenarnya bukan tidak dapat sihgalau harus beli apa, itu lebih tepatnya.

Menyusuri koridor mall terbesar di kota Medan membuat Aini kelehan berjalan, apalagi gadis itu tidak ditemani oleh siapa pun. Aini menjatuhkan pilihan pada seperangkat alat sholat beserta style busana Timur tengah sebagai hadiah istimewa untuk orang yang teristimewa.

"Terimakasih, kak Aini ... senang berkenalan dengan kakak, lain kali kalau berbelanja ingat toko kami, ya?" ucap pelayan toko tempat Aini membeli oleh-olehnya. Wanita itu tersenyum ramah dan memberikan belanjaannya.

"Sama-sama, Kak? yok, mari.." balas Aini tak kalah ramah. Gadis itu bergegas pergi dari keramaian karena hari hampir menjelang sore. Memburu waktu agar tidak terjebak kemacetan, Aini memesan ojek online untuk inisiatif cepat sampai di rumah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mahligai Skandal   Ancaman

    “Kamu siap. Emm..” Aini melengkung senyuman getir. Ia menunduk setelah menyakinkan hati pria yang kini berdiri gagah di depannya dengan balutan jas dan peci menutup kepalanya. Kisahnya telah selesai di sini, di sebuah desa kecil yang jauh dari kediamannya. Sebuah desa yang telah melahirkan pria berlatar belakang seorang mafia pengedar. Aini menatap diri dalam balutan gaun brokat berwarna putih dengan sisa kesadaran dan nafas terputus. Iya? Aini telah memutuskan untuk menikah siri dengan adik iparnya sendiri karena Halim terus memaksanya, bahkan pria itu mengancam“Dengar, Ain. Kamu setuju menikah denganku, atau rumah ini akan kubumi hanguskan. Aku tidak akan segan-segan melakukan itu.” Hati Aini meringis kesakitan. Yang kedua kalinya ia mendengarkan ancaman Halim, dan kali ini dengan nada yang tidak bisa dianggap enteng. Ya! Tatapan Halim begitu serius memancarkan sinar tajam di mana cukup membuat Aini sadar bahwa Halim bukan lah pria baik-baik yang Cuma menggertak sambel kurang peda

  • Mahligai Skandal   Portal Dunia Lain

    Saat semua orang tau aku ternoda, aku yakin mereka akan melontarku dengan hinaan. Dan saat nanti mereka menghujatku dengan kata itu, aku akan teriak. Hidupku dibelenggu silsilah dan kemargaan. Ketika semua sudah jelas, namun tidak mampu mengembalikan harga diriku, baiklah aku akan menyerah. Menyerahkan diri pada keadaan Andai saja ada sayap, saat ini yang ingin dilakukan Aini adalah mengepak dan terbang ke suatu tempat di mana tidak seorang pun, yang dapat menemukannnya lagi. Ia rela hidup sendiri, demi apapun itu. Di sini, di rumah yang besar ini sudah tidak lagi ada ketenangan apalagi kebahagiaan. Pikiran lain juga hinggap, andai Victor datang menjemput dan membawanya pergi jauh dari orang-orang yang terdekat yang tidak berarti, memahami perasaannya. Aini meremas kuat ujung dress dengan sisa kesadaran setelah mendengar kecaman sang ayahanda barusan, “Bagaimanapun caranya, papa mau kamu menikah dengan Febby. Apa yang kamu pikirkan, umur kamu tidak berjalan ditempat, Aini.” Tatapan

  • Mahligai Skandal   Skandal Di Angkasa Raya

    Setelah percintaan panas penuh gairah yang dilakukan Anggraini bersama Halim Kusuma disiang hari ini tuntas, akhirnya mereka terkulai lemah, terlentang menatap langit-langit kamar dengan sisa kenikmatan masih mengalir dalam darah mereka. Aini mengerjab pasrah meratapi arti sentuhan yang lakukan Halim begitu dasyat mengoyak harga dirinya. Tiada henti ia mengutuk diri sendiri ketika Halim melakukan itu, ia enggan menolaknya. Tak henti bibirnya meracau menyebut nama Halim ketika mencapai orgasme yang bertubi-tubi. Bagian vitalnya berdenyut nyeri terus meminta mengemis agar Halim jangan berhenti menusuknya. Sadar akan isyarat itu, Halim tersenyum puas dan semakin memacu adrenalin mengeluarkan seluruh pengalaman fantasi liarnya demi membawa Aini ke puncak kenikmatan.“Aww… therrus, Llimm. Akhuu … m-aauh…”“Bagus sayang, keluarkan, ayoo…”Dua raga yang terbalut selimut putih itu telah kembali ke alam sadar mereka. Aini hendak beranjak dari ranjang, namun Halim mencegahnya. Pria itu merangku

  • Mahligai Skandal   Hentakan Rasa

    Perputaran waktu kian tajam bak pedang menghunus masa. Kepingan hidup bagai kerak lempeng kian bergeser semakin mengangga. Seiring fakta kian terkuakBerbagai kejadian mengalir di kepalanya, memori demi memori tersimpan rapi dalam bentuk serpihan dosa. Perempuan yang diberi sandangan bangsawan itu semakin terpuruk dan berlumuran dosa. "Stop, Lim. Stop, aku tidak menginginkan ini lagi, tolong berhenti melecehku!" Suara bercampur erangan. Saat ini, Aini sedang berusaha menolak sentuhan Halim, di mana pria itu sudah tidak menjamahnya selama sepekan. Aini meronta, namun lebih mendominasi dalam bentuk desahan. Halim tidak perduli membabi buta menyerang dan menyobek kaus tipis yang dikenakan gadis itu malam ini. Ia tidak menyangka, Halim akan menemuinya lagi setelah sepekan menghilang. Sempat merasa lega. Tapi, lihat kini. Ia dihimpit kuat di dinding kamar dengan rentangan tangan dibawah tekanan lengan kokoh Halim. "Ain, ayolah, bukan kah, kamu juga menikmatinya. Sudah lama kita tidak me

  • Mahligai Skandal   Skandal Adik Ipar

    Keadan begitu cepat berubah. Entah sadar atau enggak, gadis bernama Anggraini telah tergelincir oleh waktu. di mana, harga diri tak lagi menjadi pertimbangan baginya sejak Halim terus menerus menggodanya sampai pada titik kehormatan itu jatuh pada laki-laki yang berstatus sebagai adik ipar.Tiada yang tau jalan hidup seseorang. Mirisnya si wanita bangsawan, bukan berjodoh dengan pria sepantaran nya, malah terjebak dalam skandal adik ipar. Tapi kenapa? Aini rela berbuat, bahkan berkhianat pada Meylan adiknya. jawabannya adalah; Aini sendiri juga bingung. Karena ketika ia sadar, semua telah terjadi seperti di luar keinginannya.Mungkin ia prustasi. Atau mungkin buntu dengan kenyataan hidup selama ini. Serba salah, dan mungkin juga karena putus asa. Tapi, pagi ini Halim berniat mengajak Aini ke suatu tempat. Kira-kira apa tanggapan Aini, secara kalau sampai ketahuan Rafli, mungkin nyawa keduanya menja

  • Mahligai Skandal   Luluh dan Berantakan

    Dari jauh. Penampakan kediaman Rafli tampak selalu sunyi. Dan, yang orang-orang ketahui! rumah itu tidak berpenghuni bila di siang hari. Namun, siapa yang tau. Di dalam sana ada seorang wanita yang hidupnya telah hancur. Keturunan pertama pasangan Rafli Syahbandar dan Kartini Majid. Mereka sama-sama terlahir sebagai kaum bangsawan terhormat.Dan, hari ini. Anggraini berniat keluar sebebentat untuk menghirup udara segar berjalan-jalan keliling kampung. Gadis itu sangat cantik meskipun sedikit pucat. Mata bulatnya terlihat kelam seakan menyimpan sejuta misteri.Ia berdandan sederhana, namun penampilan sangat memukau. Heran! apapun yang dikenakan Aini, selalu pas dan cocok di tubuhnya. Sekarang, ia memadukan T.shirt dengan Jeans sedikit jombrang, kerudung pashmina ia sangkut gitu aja. Tapi hasilnya sungguh mempesona. Bibir merah bak kelopak mawar hanya diberi lips glouse, bedak seadanya.Aini berjalan keluar, dan waktu ia membuka pintu? sosok pria tampa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status