Share

Bab 05. Mulai tertarik

Setelah memastikan mobil Gladis menghilang. Gilang memilih menemui Indah. Indah sedang melamun memandang mereka dari atas.

Indah menghela nafas berat memikirkan masalah kehidupannya yang tak tahu mau dibawa ke mana.

"Indah," sapa Gilang. Dia berdiri menghampiri istri keduanya yang tak berani menatapnya dari samping.

"Iya, Pak." Indah memutar tubuh ingin masuk kembali. Dia masih syok pada perdebatan tadi. Terlihat Gilang sangat mencintai istrinya. Bahkan tak rela dengan pernikahan kedua ini.

"Aku sedang bicara. Mengapa kamu menunduk begitu? Jika suami mengajak bicara seharusnya menatap. Bukan di tekuk begitu," sindirnya. Gilang memberanikan diri meraih lengan kecil gadis yang kini status menjadi istri keduanya menuju tempat tidur.

"M-a-af. Bapak mau membawa aku ke mana?"

"Menurutmu? Bukankah kau ingin dipercepat? Aku juga sudah lelah dengan ini semua. Mari kita lakukan!" Gilang memberanikan diri memandang Indah. Jantungnya memompa cepat. Dia menghela nafas panjang. Apakah mungkin ia akan melakukan hubungan ini pada anak didiknya sendiri? Bagaimana tanggapan mereka jika tahu akan ulahnya? Semua ia pikir dengan matang. Tak semudah membalik telapak tangan.

"Bapak yakin?" tanya Indah. Dia merasa Gilang belum siap. Indah memilih ke kamar kecil untuk berwudhu. Mengingat adzhan magrib telah berkumandang. Dia sholat di sana. Sementara Gilang memilih duduk memandang istrinya yang sedang melakukan ibadah.

"Gadis ini memang berbeda. Rasanya aku tak tega untuk menghancurkan hidupnya hanya demi keegoisanku," batin Gilang.

Setelah Indah melaksanakan sholat. Dia melihat Gilang sedang membenarkan posisi karena ketahuan diam-diam memandang istrinya. Raut wajahnya yang memerah berubah menjadi redup. Suasana juga terlihat tenang. Indah meletakkan mukena dan menyerahkan sajadah kepada Gilang.

"Jika hati Bapak merasa tak tenang. Sebaiknya lakukan sholat. Di sana akan Bapak dapat sebuah ketenangan yang tak sebanding dengan uang," ujar Indah sambil tersenyum. Kini ia ingin belajar lagi memahami tabiat suaminya. Meski ini hanya pernikahan siri. Namun, ia akan berusaha melayani suaminya dengan baik.

Gilang mendongak melihat tangan putih yang terulur. Dia tak menyangka, Indah akan memperlakukan ia seperti ini. Dia meraih sajadah tanpa berkata. Gilang membentangkan di lantai. Kemudian berlalu menuju kamar mandi di sana. Dia berwudhu sambil tak henti memikirkan ulah Indah barusan.

"Sajadahnya terbalik Pak," tegur Indah. Dia memberanikan diri memperbaiki posisi sajadah tersebut. Indah tak ingin mengikuti cara Gladis lagi. Dia merasa, jika Gilang sudah mulai luluh karena akhlaknya bukan sikap kegenitan yang seperti Gladis ajarkan padanya waktu itu.

Setelah sholat, Indah memilih turun. Dia menyediakan makan malam. Indah terlihat tenang. Dia melakukan rutinitas sebagai seorang istri seutuhnya. Meski saat ini Gilang belum bisa dipastikan menerima.

Gilang juga memilih turun. Dia penasaran apa yang dilakukan Indah di bawah. Ternyata Indah sedang menyusun lauk pauk di meja.

"Aku udah menyediakan makan malam untuk Bapak. Besok akan ada ujian di kampus," ujar Indah mengingatkan.

"Iya, aku hampir lupa." Gilang baru teringat. Dia menarik kursi. Baru saja ingin mengisi nasi. Dengan cepat, Inda meraihnya," Biar aku saja."

Lagi-lagi sikap Indah menggetarkan jiwa seorang pria. Tutur kata yang terucap benar-benar Indah sesuai nama panggilannya. Gilang terkesima oleh istri keduanya ini.

Mereka menikmati makan bersama. Keduanya tampak diam. Tak ada obrolan yang dibahas. Usai menikmati makan bersama. Gilang memilih ke atas. Dia ingin mengerjakan tugasnya yang tak selesai karena memikirkan masalahnya dengan Gladis.

"Bagaimana ini? Mana lembaran soal ujian belum aku buat. Jika bukan karena Gladis, mungkin aku tak seceroboh ini," batin Gilang. Dia merasa lelah. Pikirannya juga tak bisa fokus pada pekerjaan. Dia pun mencoba menyelesaikan pekerjaan yang tertunda tadi. Akibat kelelahan, Gilang tertidur di meja kerja.

Indah baru saja berencana ingin tidur. Dia melihat Gilang tak ada di kamar. Diapun bersegera mencari. Tenyata Gilang sedang terlelap di atas lembaran soal yang sedang ia kerjakan. Indah merasa kasihan. Dia menyelimuti suaminya dengan selimut. Kemudian meraih laptop tersebut.

"Jadi soalnya belum diketik?" gumam Indah. Perlahan, Indah menarik lembaran kertas yang melekat di lengan tangan dosennya itu. Dia tersenyum kecil melihat raut Gilang yang begitu lucu ketika sedang tidur. Bahkan terdengar dengkuran kecil.

"Maaf ya Pak, laptop aku pinjam dulu," ucap pelannya sambil mengulum senyum. Dia mengetik soal dan memprint sesuai jumlah anak didik di sana. Usai melakukan itu, Indah memilih tidur. Dia tak membangunkan Gilang mengingat takut jika singa itu bangun.

Indah terbangun dari tidur. Dia terkejut melihat Gilang sudah tertidur di sampingnya. Dia bergegas menyingkap selimut. Hati kecilnya mulai takut. Bagaimana jika Gilang diam-diam melakukan itu? Dia belum siap meskipun ia berusaha bersikap santai di hadapan Gilang. Indah bangkit dari tidur menuju kamar mandi. Dia ingin mencuci muka. Ketika ia keluar dari sana. Ternyata Gilang sudah berdiri sambil melipat tangan menghadapnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status