Share

Malam Bergelora Bersama Tuan Muda Gila
Malam Bergelora Bersama Tuan Muda Gila
Author: Ainulmardhiah

1. Gadis 1,5 Miliar

last update Last Updated: 2025-06-12 09:49:40

“Berapa harganya?” tanya seorang pria bertubuh kekar yang kini sedang berada di sebuah rumah sederhana yang terletak di daerah Bandung.

“Dua M,” jawab seorang wanita paruh baya dengan lantang.

“Bibi mau jual apa? Bukannya semua tanah dan sawah peninggalan Bapak sudah habis dijual buat biaya kuliah Diana?” tanya seorang gadis berambut panjang yang baru saja keluar dari kamarnya.

Gadis berusia dua puluh satu tahun itu bernama Tamara Mustika.

Ia adalah seorang yatim piatu, ibunya meninggal sejak ia duduk di bangku SD, sedangkan ayahnya meninggal ketika ia kelas tiga SMP.

Sejak itu juga, Tamara tinggal bersama dengan adik dari ayahnya yang bernama Pratiwi.

Namun, sejak tinggal bersama bibinya yang berstatus sebagai janda itu, Tamara malah diperlakukan layaknya seorang pembantu.

Semua harta peninggalan kedua orang tuanya sudah habis dijual oleh Pratiwi dengan alasan biaya hidup Tamara.

Padahal, semua uang itu ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan ia dan juga putrinya yang bernama Diana.

Usia Tamara dan Diana hanya beda satu tahun saja, Tamara lebih tua dari Diana.

Akan tetapi, sejak lulus SMA, Tamara tidak melanjutkan pendidikannya.

Harta peninggalan kedua orang tuanya yang seharusnya digunakan untuk biaya pendidikan Tamara, malah diambil alih oleh Pratiwi untuk biaya kuliah Diana.

Hingga saat ini, semua harta peninggalan orang tua Diana habis, sementara Diana butuh biaya besar untuk melanjutkan kuliah sampai selesai serta ikut kursus modeling.

Karena gadis itu bercita-cita ingin menjadi model dan artis. Sehingga Pratiwi harus mengeluarkan uang banyak untuk membiayai putrinya agar bisa menggapai cita-citanya itu.

Diana selalu merasa lebih cantik dari Tamara, bahkan gadis itu tak segan-segan menghina Tamara.

Terlebih lagi, Diana memiliki kulit yang lebih putih dari Tamara.

Padahal, Tamara adalah gadis yang manis, ia memiliki rambut panjang lebat dan sedikit bergelombang, Tamara juga memiliki kulit sawo matang dengan bola mata bulat, alis tebal tertata rapi, bulu mata lebat, serta hidung yang tidak terlalu mancung dan juga tidak terlalu pesek.

Tubuhnya tinggi ramping, ia memiliki lesung pipi jika sedang tersenyum.

Akan tetapi, Diana selalu meledek Tamara dengan sebutan dekil, ikal, dan juga kerempeng, karena ia sendiri memiliki tubuh yang cukup berisi.

Saat ini, Tamara berdiri di depan pintu kamarnya, ia melihat ke arah ruang tamu yang terdapat dua orang pria bertubuh kekar yang sedang berbicara bersama dengan bibinya dan juga Diana.

“Ini orangnya?” tanya seorang pria bertubuh kekar sambil menunjuk ke arah Tamara.

“Iya, dia adalah gadis yang lugu dan bodoh. Dia akan menurut saja diperlakukan seperti apapun,” jawab Tiwi dengan wajah angkuh.

Tamara yang mendengar itu, sontak membulatkan kedua matanya.

“Maksud Bibi apa? Bibi mau jual rumah ini?” Tamara masih terlihat bingung.

“Diam jangan banyak bicara! Saya akan menjual kamu kepada mereka!” jawab Tiwi dengan lantang.

“Apa? Bibi sudah gila?” Tamara benar-benar terlihat syok.

“Kamu yang gila! Saya sudah capek mengurus kamu dari dulu sampai sekarang. Ini saatnya saya melepas kamu. Anggap saja, ini adalah bentuk balas Budi kamu kepada saya, karena saya telah mengurus kamu selama ini. Silahkan bawa dia pergi dari rumah ini. Saya jual dia kepada kalian dengan harga dua M!” tutur Tiwi dengan wajah jutek dan nada bicara yang terdengar angkuh.

“Dua M terlalu mahal untuk gadis desa seperti ini. Kami akan membayar dengan harga satu koma lima M, bagaimana?” Pria bertubuh kekar itu menawar.

“Baiklah, tidak masalah turun lima ratus juta, yang penting dia laku.” Tiwi bersedekap dada.

“Baikkah, kami sudah menyiapkan uangnya.” Pria berkepala botak itu memberi isyarat kepada anak buahnya yang berdiri di depan pintu.

Tak lama kemudian, pria tersebut masuk ke dalam rumah sambil membawa dua koper uang.

“Ini uangnya!” ucap pria itu seraya membuka dua koper yang berisi uang tunai.

Seketika kedua mata Pratiwi dan Diana terbuka lebar, bahkan bola mata kedua orang itu hampir keluar dari tempatnya saat mereka melihat tumpukan uang itu.

“Banyak banget uangnya, Bu,” ucap Diana dengan kedua mata yang hampir tak berkedip.

“Iya, Sayang. Kamu bisa langsung jadi artis terkenal dengan uang ini,” balas Pratiwi dengan bangga.

“Sudah deal ya! Gadis ini akan segera kami bawa.” Dua orang pria bertubuh kekar mendekat ke arah Tamara yang masih mematung di depan pintu kamarnya.

“Iya, silahkan bawa dia!” Pratiwi mempersilahkan dengan senang hati.

“Nggak! Aku nggak mau dijual. Bibi … Bibi sedang bercanda kan? Bibi nggak mungkin menjual aku.” Tamara berusaha melakukan penolakan.

“Kalian, cepat bawa dia ke dalam mobil! Jangan lupa, ringkus kaki dan tangannya. Matanya juga ditutup!” titah seorang pria yang langsung dilaksanakan oleh anak buahnya.

Mereka terus mendekat ke arah Tamara yang akan melarikan diri lewat pintu belakang.

Namun, kedua orang bertubuh kekar itu segera menahannya dan meringkus kaki serta tangan Tamara sampai membuat gadis itu tidak bisa bergerak.

“Tolong … tolong jangan bawa aku! Bibi … tolong aku Bibi … Bibi boleh mempekerjakan aku seperti apapun, tapi tolong jangan jual aku ke mereka, aku takut Bi …” teriak Tamara sambil menangis kencang. Ia benar-benar merasa takut.

Namun, Pratiwi dan Dania hanya menatapnya dengan wajah angkuh.

Kedua orang itu masih duduk santai di atas sofa sambil menghadapi tumpukan kertas berwarna merah yang membuat ibu dan anak itu lupa segalanya.

Tamara diseret paksa dan dimasukkan ke dalam sebuah zeep berwarna hitam.

“Tolong … Bibi … Diana … tolong aku …” teriak Tamara yang kini sudah berada di dalam mobil.

Air mata langsung mengalir deras, ia menatap nanar ke arah rumah yang ditempati oleh Pratiwi dan Diana.

Sebenarnya itu adalah rumah Tamara, rumah peninggalan ayahnya dan juga rumah masa kecilnya bersama dengan kedua orang tuanya.

“Bapak … Ibu …” teriak Tamara dengan suara yang mulai terdengar serak, karena ia telah beberapa kali berteriak.

“Tutup mata dan mulut gadis itu!” titah seorang pria yang langsung dilaksanakan oleh anak buahnya.

Kedua mata Tamara ditutup dengan sebuah kain tebal, begitupun dengan mulutnya.

Gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ia hanya bisa meringkuk di kursi belakang.

Dalam hatinya, Tamara meminta kepada sang kuasa agar tetap melindunginya.

Ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, tetapi dalam benaknya ia berpikir anggota tubuhnya akan diambil.

Begitu yang ada di dalam pikiran Tamara, sesuai apa yang sering ia dengan tentang jual beli manusia.

Tamara hanya bisa pasrah dan berdoa.

Kedua matanya tak bisa melihat, entah kemana arah mobil yang kini sedang ditumpanginya itu melaju.

Tamara menangis dalam diam, air matanya yang keluar langsung diserap oleh kain hitam yang menutupi kedua mata indahnya itu.

Tamara tak bisa melihat apapun, semuanya benar-benar gelap.

Ia merasa perjalanan itu cukup jauh, bahkan kedua tangan dan kakinya yang diikat kuat, semakin terasa sakit.

‘Ya Tuhan, mungkinkah ini akhir dari hidupku?’ batin Tamara sendiri.

Jika memang ini sudah waktunya ia meninggalkan dunia, Tamara akan jauh lebih tenang daripada ia harus melewati siksaan dari manusia kejam itu.

Karena selama ini, di dalam hidupnya tidak ada yang spesial, ia hanya dijadikan babu oleh bibinya sendiri.

Babu tanpa upah, begitu sebutannya bagi Tamara. Sudah sangat lama ia diperlakukan seperti itu, hal yang membuat Tamara untuk tetap semangat melanjutkan hidup, yaitu ia yakin suatu saat nanti ia akan bertemu dengan seseorang yang menjadikannya spesial.

Namun, Tamara sendiri tidak tahu siapa orang itu, yang jelas ia pernah beberapa kali bermimpi didatangi oleh sosok pria tampan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Bergelora Bersama Tuan Muda Gila   6. Kedatangan Semua Anggota Keluarga di Mansion

    “Hei, apa yang kau lakukan? Kenapa kamu malah memperhatikan obat-obat itu? Cepat obati luka Tuan muda! Satu lagi, kamu juga harus tahu, itu semua adalah obat yang harus diminum Tuan muda setiap hari dan kamu harus membantu Tuan muda untuk meminum obat itu, jangan sampai terlewati sekalipun. Jika obatnya habis, kamu harus segera melapor kepada saya!” gertak Alan dengan tegas. “Ba-baik.” Tamara membalas singkat, meskipun banyak pertanyaan yang tumbuh di kepalanya. Akan tetapi, ia tidak sampai melemparkan pertanyaan itu kepada Alan, karena ia takut terkena hukuman lagi. Tamara segera mengambil salep dan akan mengoleskan pada luka Abidzar. Gadis itu mengeluarkan sedikit salep dan meletakkan pada ujung jari telunjuknya. Ia memegang tangan kanan Abidzar dan akan segera mengoleskan salep itu pada lukanya. Namun, hal tak terduga terjadi. “Lancang sekali kau memegang tanganku!” Brak!Abidzar langsung mendorong tubuh Tamara dengan kasar sampai membuat gadis itu terjatuh ke atas lantai.

  • Malam Bergelora Bersama Tuan Muda Gila   5. Bers3ntuh4n

    “Cepat!” bentak Abidzar yang membuat Tamara langsung terlonjak kaget. “I-iya, Tuan.” Gadis itu segera membuka ikat pinggang Abidzar dengan tangan gemetar. Tamara benar-benar merasa takut, ia masih terbayang hukuman yang baru saja diterimanya. Ia tidak mau kembali merasakan setruman itu, oleh karenanya ia akan mengusahakan untuk berlaku benar agar tidak kembali mendapatkan hukuman. “Jangan sentuh kulitku! Sekali tanganmu menyentuh kulitku, akan ku kupas kulit tanganmu itu!” bentak Abidzar lagi yang membuat Tamara semakin merasa ketakutan. ‘Ya Tuhan … sudah berapa pelayan yang mati di sini? Ini bukan cuma gangguan mental, tapi juga psikopat,’ gumam Tamara hanya dalam benaknya saja. Gadis itu membuka ikat pinggang yang dikenakan Abidzar dengan sangat hati-hati, ia takut jari lentiknya itu menyentuh kulit perut Abidzar. Bahkan, Tamara sampai menahan nafas ketika melakukan hal itu. Tetapi, kedua matanya terbuka lebar, ia dapat melihat jelas kulit putih milik Abidzar serta dada bida

  • Malam Bergelora Bersama Tuan Muda Gila   4. Berdua Di Kamar Mandi

    Refleks Tamara langsung menutup kembali gorden pada jendela di hadapannya, ia langsung membalikkan badan ke arah pintu. Seorang wanita yang berusia tak jauh berbeda dengannya, masuk sambil membawa sesuatu pada tangannya. Tamara masih terdiam, ia memperhatikan wanita yang memakai baju serta rok berwarna biru muda itu. Sebelumnya Tamara melihat beberapa orang wanita di tempat itu memakai pakaian yang sama, berarti itu memang seragam pelayan di sana. “Hai, perkenalkan namaku Rubby … aku salah satu pelayan di sini dan aku diperintahkan untuk menemui kamu,” ucap wanita berambut sebahu itu sambil mengulurkan tangan ke hadapan Tamara. “Namaku Tamara,” balas Tamara sambil menerima uluran tangan dari wanita yang memiliki tubuh ramping dan tinggi sekitar seratus lima puluh sentimeter itu. Jika berdiri sejajar, sepertinya Rubby hanya sebatas leher Tamara. “Senang berkenalan denganmu, Tamara. Emmm … aku datang ke sini diperintahkan untuk memberikan baju seragam pelayan ini untukmu dan juga

  • Malam Bergelora Bersama Tuan Muda Gila   3. Hukuman Keras

    “I-ini pasti Bapak dari anak yang akan aku asuh kan? Kirain yang aku asuh anak dari laki-laki tua tadi, ternyata cucunya. Permisi Tuan, dimana anak Anda? Saya pengasuh baru untuk anak Tuan,” cerocos Tamara yang kembali ceria dan berusaha tetap ramah. Ia menatap ke arah seorang pria yang sedang duduk di tepi ranjang dan membelakanginya. “Jangan lancang!” ucap seorang ajudan yang berdiri di belakang Tamara. “Siapa yang lancang? Aku hanya menyapa majikan baruku. Emmm … Tuan, dimana anak Anda?” Tamara kembali bertanya dengan berani. Pria itu berdiri dan membalikkan badan secara perlahan ke arah Tamara. “Siapa yang membiarkan manusia gila ini masuk ke dalam kamarku?” ucap pria itu dengan suara bariton dan penuh penekanan. Seketika Tamara terdiam membeku di tempat, mendadak kakinya terasa bergetar. Pria bertubuh tegap itu berdiri menghadap ke arah Tamara, namun Tamara tak dapat melihat wajahnya, karena pria itu menutupi sebagian wajahnya dengan topeng, hanya tersisa bagian mulut dan

  • Malam Bergelora Bersama Tuan Muda Gila   2. Tuan Muda yang Aneh

    Setelah cukup lama berada di perjalanan, akhirnya zeep yang ditumpangi oleh Tamara berhenti. Terdengar suara pintu mobil dibuka, menandakan kalau mereka sudah tiba di tempat tujuan. “Hei, bangun!” bentak seorang pria seraya menarik tangan Tamara dengan kasar. “Lepaskan ikatan ini, aku gak bisa jalan!” balas Tamara dengan suara yang terdengar lemah. Akan tetapi, ia berusaha lebih tegar agar ia tidak terlalu ditindas. Seorang pria yang berdiri di hadapan Tamara, membuka ikatan pada kaki dan tangan gadis itu. Dengan gerakkan cepat, Tamara segera membuka kain yang menutupi kedua matanya, ia juga membuka kain yang menutupi mulutnya. “Ayo keluar!” Seorang pria bertubuh kekar kembali menarik tangannya dengan kasar sampai membuat gadis itu keluar dari mobil dengan sempoyongan. Bahkan, Tamara hampir terjatuh jika ia tidak segera menyeimbangkan diri. Tamara berusaha berdiri tegak meskipun kakinya terasa sakit. Gadis itu mengangkat wajah dan menatap ke arah sekitar. Tamara cukup terce

  • Malam Bergelora Bersama Tuan Muda Gila   1. Gadis 1,5 Miliar

    “Berapa harganya?” tanya seorang pria bertubuh kekar yang kini sedang berada di sebuah rumah sederhana yang terletak di daerah Bandung. “Dua M,” jawab seorang wanita paruh baya dengan lantang. “Bibi mau jual apa? Bukannya semua tanah dan sawah peninggalan Bapak sudah habis dijual buat biaya kuliah Diana?” tanya seorang gadis berambut panjang yang baru saja keluar dari kamarnya. Gadis berusia dua puluh satu tahun itu bernama Tamara Mustika. Ia adalah seorang yatim piatu, ibunya meninggal sejak ia duduk di bangku SD, sedangkan ayahnya meninggal ketika ia kelas tiga SMP. Sejak itu juga, Tamara tinggal bersama dengan adik dari ayahnya yang bernama Pratiwi. Namun, sejak tinggal bersama bibinya yang berstatus sebagai janda itu, Tamara malah diperlakukan layaknya seorang pembantu. Semua harta peninggalan kedua orang tuanya sudah habis dijual oleh Pratiwi dengan alasan biaya hidup Tamara. Padahal, semua uang itu ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan ia dan juga putrinya yang bernama Dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status