Malam Tanpa NodaBab 75 Tubuh Sonia semakin mendekat. Faisal ingin memukul wanita itu namun, ia bukan lelaki pengecut. "Kamu jangan gila, Sonia," teriak Faisal lantang. "Aku gila karena kamu! Kamu!" Sonia tertawa menyeramkan. Faisal hanya memundurkan langkahnya. "Sonia!" pekiknya. Semakin ia mendekat suara tawa Sonia semakin menakutkan. Mengeluarkan sesuatu benda kecil. Ditangan kanan memegang pisau lipat. "Sonia, jangan gila. Apa yang kamu lakukan?" Jantung Faisal berdegup kencang. Tubuh Sonia sangat dekat dengan Faisal dan memegang tangannya. Ceceran darah terlihat di tanah. Mata Faisal membulat. Sonia tergeletak di tanah. Tangannya menyentuh perut. Pisau berada di tangan Faisal. Semua orang yang berada di sekeliling menghampiri mereka. Menatap tajam dan membulatkan mata. "Kamu pembunuh!" teriak seorang laki-laki berpak
Malam Tanpa NodaBab 76Suara getar dan nada bunyi ponsel terdengar di atas nakas. Airi segera mengeser ikon berwarna hijau." .... ""Selamat sore, betul saya Airi."" .... "" .... ""Apa! Astaghfirullahaladzim ...." Tubuh Airi lemas seperti tak bertulang. Suara ponsel telah berubah suara dengan yang lain."Airi, tolong Abang. Aku titip mama. Abang khawatir keadaan dia di rumah. Airi, Abang minta maaf telah menyusahkan kamu. Di saat susah seperti ini. Aku malah merepotkan kamu. Aku mohon bantuannya," ucap Faisal di seberang panggilan."Abang, jangan khawatir. Aku akan menjaga mama. Abang yang sabar.""Kamu harus percaya bukan Abang pelakunya.""I-iya, aku percaya.""Terima kasih banyak Airi," ungkapnya dengan suara bergetar.Putra berdiri tak jauh dari istrinya. Mata
Malam Tanpa NodaBab 77Airi berada di dapur, ia menyiapkan makan malam untuk Putra. Setelah acara resepsi pernikahan mereka. Mereka tinggal di rumah sendiri.Bima dan istrinya tinggal di rumah Airi. Putra sudah tiba sejak tadi. Wanita itu tak mendengar suaminya pulang.Memeluk tubuh wanita yang berpakaian gamis sederhana dan hijab instan berwarna kuning.Tangannya, ia lingkarkan ke pinggang ramping istrinya. Mencium kain yang menutup rambutnya."Kakak, kamu sudah pulang," tanya Airi. Tangannya mengaduk tumis kangkung."Kamu tak mendengarku pulang. Biasanya menyambut di depan pintu.""Maaf, aku tak dengar."Faisal membalikkan tubuh Airi. Ia menyentuh dagu wanita itu."Ada apa? Kamu sepertinya bersedih," tanya Putra. Wajah Airi terlihat gelisah."Tak apa-apa. Aku baik-baik saja."
Malam Tanpa NodaBab 78 Suara ponsel Putra di meja menghentikan aksi cumbu mereka. Putra menatap nomor ponsel yang menempel di layar. "Halo, iya betul," ucap Putra. Mengernyit heran, mendengar kabar yang disampaikan melalui panggilan ponselnya."Astaghfirullahaladzim, baik saya akan ke sana." Putra menutup panggilan. Wajahnya berubah sedih. Bibirnya sulit untuk bicara. "Ada apa Kak?" tanya Airi. Feelingnya terjadi sesuatu dengan Ririn. "Tan-tante Ririn ...." Tatapan mata Putra melekat di wajah Airi. "Ada apa dengannya? Apa yang terjadi, Kak?" "Kita harus segera ke sana?" Airi segera bangkit ke kamar mengambil tas dan ponselnya. Ia mengecek pesan dan dua puluh panggilan tak terjawab dari pembantu yang mengurus Ririn. "Mama ...." ** Mereka berlari ke lorong rumah sakit. Menuju ruangan Ririn di rawat. Mata Ririn masih terpejam. Kondisi wanita
Malam Tanpa NodaBab 79Kala itu Putra berada di restoran bersama rekan bisnisnya. Ia tak sengaja bertabrakan dengan wanita yang berjalan sambil berbicara di ponsel. Pakaian yang sexy memperlihatkan lekuk tubuhnya. Ternyata, ia adalah Sonia. Mereka duduk dengan jarak yang dekat. Saling membelakangi. Sonia menyebut nama Faisal ketika berbicara melalui ponselnya. Putra tak berpikir macam-macam. Nama Faisal bukan satu saja. Airi menghadiri sidang pertama Faisal memberi gambar suasana pengadilan. Putra meminta Airi mengambil gambar Sonia.[Airi, apa dia wanita yang ditusuk Faisal?] tanyanya melalui pesan aplikasi hijau dengan emot tanda tanya.[Iya, dia orangnya. Namanya Sonia] Airi menyisipkan gambar Sonia dalam jarak dekat.Putra masih ingat wanita itu. Segera datang ke restoran meminta CCTV. Menyebutkan tanggal dan waktu yang lengkap kepada petugas keamanan.
Malam Tanpa NodaBab 80"Airi, ayo kita keluar!" ajak Putra. Ia mengandeng tangan istrinya. Dingin sangat dingin telapak tangan Airi."Kamu baik-baik saja?" tanya Putra, khawatir dengan keadaan istrinya. "Aku baik-baik saja. Hanya terkejut dengan tragedi penembakan tadi." Suaranya bergetar begitu juga tubuhnya."Lebih baik kita pulang. Semoga wartawan itu selamat." Putra merangkul bahu Airi. Tubuhnya lemas karena rasa terkejut.Selama perjalanan Airi tertidur pulas dalam dekapan Putra. Supir mengendarai mobil dengan hati-hati. Ia melihat wajah lelah majikannya. **Faisal telah bebas dari tuduhan. Kasusnya terselesaikan dengan cepat. Pak Joko menjemput anaknya di kantor polisi. "Faisal!" Pak Joko memeluk tubuh kurus anaknya. Wajahnya terlihat kusam. "Papa, apa kabar?" "Alhamdulillah, baik. Akhirnya, kamu bebas,"
Malam Tanpa NodaBab 81Wajah Dinda lebih cantik dan memesona. Untuk beberapa saat, Faisal bergeming menatap keluarga baru pak Joko. Dinda mencium tangan pak Joko dan lelaki itu mengambil anaknya dari gendongan istrinya. Mereka terlihat bahagia."Bang Faisal, apa kabar?" tanya Dinda sopan.Senyum manis terukir di bibirnya "Eh, Ba-baik Din," jawab Faisal gugup. "Kok, Dinda. Dia Ibumu sekarang. Walaupun, umur kamu lebih tua dari Dinda," ucap pak Joko. Ia menepuk bahu anaknya. Faisal menatap bayi perempuan yang cantik mirip Dinda."Faisal, ini adikmu namanya Friska." Faisal mengelus kepala bayi mungil yang menjadi adiknya."Ayo masuk, Mas! Aku sudah siapkan makan siang kesukaan, Mas." Dinda mengandeng lengan suaminya. Koper yang ia bawa telah dipegang Faisal. Faisal menatap punggung papa dan ibu tirinya."Ayo, kenapa diam saja?" Dinda tersenyum manis."I-iya, Ma." Faisal meng
Malam Tanpa Noda Bab 82"Kakak, curang!" pekik Airi. Mencubit tangan Putra gemas. "Kalau kalah gak boleh nangis." "Siapa yang nangis? Kakak emang curang!" "Istriku, jangan ngambek. Nanti aku sekap. Mau?" Memeluk Airi. "Gak mau lagi malas. Kamu curang." Mencibirkan bibir. Putra mencium pipi Airi, memeluk tubuhnya dari samping. Mereka sedang bermain ular tangga. "Makin gemes sama kamu kalau lagi ngambek." "Masa iya, tadi diposisi 60 berubah jadi 80, namanya curang." "Ha ... ha ... sengaja biar cepat selesai." "Ih, bener' kan kamu curang. Aku gak salah lihat." "Ularnya pengen makan kamu," godanya. "Ular apa ular." Faisal bangkit dan membopong tubuh Airi. Rambut panjangnya tergerai indah. Putra membaringkan istrinya di atas ranjang. Mereka menautkan benda kenyal dan menyatukan hidung mereka. Napas menderu hebat. Pu