Home / Romansa / Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku / Bab 194: Firasat dan Garis Merah

Share

Bab 194: Firasat dan Garis Merah

Author: Alexa Ayang
last update Last Updated: 2025-12-23 14:36:54

Rapat strategi besar barusan bareng Bima sukses banget. Segala rencananya rapi, jalur hukum udah dibikin sejelas mungkin, intinya nggak ada celah buat lawan berdalih lagi. Dr. Alvin Mahawira mestinya merasa puas. Tapi, kenapa ya, ada ganjalan aneh di hatinya? Seperti ada bug kecil yang nggak sengaja terlewat dari perhitungan serumit apa pun. Entah itu kekhawatiran soal Surya, si Kevin yang ngeselin itu, atau para residen yang jelas-jelas udah pasang muka dendam kesumat. Semua itu ada, iya. Tapi bukan itu. Perasaan itu fokus ke satu orang saja.

Lidya. Paramitha. Wardhana.

"Gila, kenapa harus mikirin dia?" gumam Alvin sendiri di depan kemudi mobilnya. "Urusan Bima kan urusan Lidya juga. Otomatis aman dong kalau rencana gue mulus?"

Nggak, hatinya nggak bisa dibujuk semudah itu. Otak logis Alvin Mahawira memang mengatakan aman, tapi firasatnya berteriak kencang: Bahaya. Alvin harus memastikan Lidya baik-baik saja, tidak ada intimidasi, tidak ada tekanan yang lebih dari yang sudah ia tangg
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 194: Firasat dan Garis Merah

    Rapat strategi besar barusan bareng Bima sukses banget. Segala rencananya rapi, jalur hukum udah dibikin sejelas mungkin, intinya nggak ada celah buat lawan berdalih lagi. Dr. Alvin Mahawira mestinya merasa puas. Tapi, kenapa ya, ada ganjalan aneh di hatinya? Seperti ada bug kecil yang nggak sengaja terlewat dari perhitungan serumit apa pun. Entah itu kekhawatiran soal Surya, si Kevin yang ngeselin itu, atau para residen yang jelas-jelas udah pasang muka dendam kesumat. Semua itu ada, iya. Tapi bukan itu. Perasaan itu fokus ke satu orang saja.Lidya. Paramitha. Wardhana."Gila, kenapa harus mikirin dia?" gumam Alvin sendiri di depan kemudi mobilnya. "Urusan Bima kan urusan Lidya juga. Otomatis aman dong kalau rencana gue mulus?"Nggak, hatinya nggak bisa dibujuk semudah itu. Otak logis Alvin Mahawira memang mengatakan aman, tapi firasatnya berteriak kencang: Bahaya. Alvin harus memastikan Lidya baik-baik saja, tidak ada intimidasi, tidak ada tekanan yang lebih dari yang sudah ia tangg

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 193: Strategi Pengorbanan

    Begitu rekaman pengakuan dari balik pintu tersembunyi itu berhenti berputar, suasana ruangan VIP di lantai tiga rumah sakit itu langsung diselimuti keheningan yang tebal. Bukan hening yang nyaman, tapi hening yang menusuk, penuh beban.Monitor televisi yang tadinya memancarkan citra suram, kini hanya menampilkan layar hitam, seperti lambang akhir dari satu drama dan awal dari drama lain yang lebih rumit. Alvin tidak bergerak dari posisinya, pandangannya tertuju lurus pada Bima. Tak ada lagi kekesalan, kemarahan, atau cemburu yang menguap di matanya. Hanya kejernihan, fokus total pada prioritas. Kali ini, semua ego pribadi dibuang jauh-jauh, demi organisasi Cendekia Medika yang mereka bangun susah payah bersama.Dr. Asri di sudut ruangan hanya bisa menghela napas, kepalanya sedikit menggeleng. Ia bisa merasakan gravitasi keputusan yang sebentar lagi akan diambil. Terdengar Bima bergerak, kursi kulitnya sedikit berderit. Ia terlihat sangat kecil di tengah kursi mewah itu, bahunya sediki

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 192: Dilema Sang Direktur Utama

    Hening di antara gemuruh kekalutan Bima. Dr. Leo Bima Adnyana duduk tegak, namun seluruh ototnya terasa seperti kain lap yang baru saja diperas sekuat tenaga. Wajahnya yang biasa tegap dan berwibawa kini terlihat kacau balau, dihiasi kantung mata hitam yang tebal dan gurat keputusasaan yang tidak bisa ia sembunyikan lagi dari tatapan ibunya. Dr. Asri Hartanto, di seberangnya, menatap sang putra dengan sorot mata lembut, penuh kekhawatiran seorang ibu yang melihat anaknya terhuyung-huyung di ambang jurang. Aroma teh melati yang mengepul tipis dari cangkir di antara mereka sama sekali tidak membantu meredakan ketegangan yang menyesakkan."Jadi... bercerai dengan Lidya?" Suara Asri tenang, tapi ada penekanan di setiap suku kata. Seolah ingin memastikan bahwa telinganya tidak salah dengar.Bima mengangguk pelan, matanya jatuh menatap motif keramik lantai yang terasa tiba-tiba jadi begitu menarik. Sebuah tempat kosong yang seakan memproyeksikan kekosongan dalam dirinya. "Ya, Ma." Suaranya

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 191 Target Salah

    Di lantai apartemen yang dingin, aura intimidasi Alvin terasa tebal. Bukan hanya karena tatapan matanya yang membunuh, tapi juga efek dari cairan kimia yang sengaja Kaiden dan Vito pakai untuk Alvin. Ironisnya, kini cairan itu malah berbalik menyiksa mereka. Zat perangsang, plus sedikit ramuan lain buatan Alvin sendiri, membakar tubuh kedua residen itu. Keringat bercucuran deras, napas mereka terengah-engah, dan pertahanan mental mereka benar-benar runtuh, membuat mereka jadi sasaran empuk untuk Alvin 'mengorek' informasi.Alvin berdiri tegak di hadapan mereka, melipat tangan di dada. Raut mukanya datar, tapi suaranya dipenuhi ancaman yang tak terbantahkan. "Jadi... kalian pikir kalian bisa bikin aku main-main kayak gini? Heh, rencana yang lumayan cerdik, jujur aja. Tapi ada yang bilang pepatah, di atas langit masih ada langit. Jadi, siapa yang nyuruh kalian menjebakku dengan Lidya?" Alvin memberi jeda, memastikan tiap katanya meresap. "Surya? Keluarga Wisesa? Atau ini murni cuma upay

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 190: Predator yang Sabar

    Malam itu, dinginnya suhu Jakarta entah bagaimana merasuk ke dalam kondominium mewah milik Dr. Alvin Mahawira di bilangan Pondok Indah. Suasana di dalam unit penthouse itu bahkan terasa lebih membekukan daripada udara luar. Alvin, dengan balutan kemeja kasual yang rapi dan lengan digulung, terlihat santai namun ada aura tegang yang tak bisa ia sembunyikan sepenuhnya. Sebuah cangkir teh porselen mengepulkan uap tipis di meja marmer, menambah kontras dengan perasaan getir yang sebentar lagi akan membanjiri ruangan ini.Awalnya, Alvin sedikit terkejut ketika pintu terbuka dan bukan hanya Kaiden, tapi Vito ikut melenggang masuk. Tapi ia cepat menguasai diri, menyembunyikan keterkejutannya di balik senyuman tipis yang sulit diartikan."Oke, bagus kalian berdua ada di sini," ujar Alvin, suaranya tenang namun ada bobot wibawa yang tak terbantahkan. Matanya memicing, menilai kedua pria muda di hadapannya. "Ini malah memantapkan aku untuk menuntaskan segalanya."Vito, ya

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 189 Amarah Sang Mentor

    "APA?!" Dr. Alvin Mahawira berseru keras, suara baritonnya menggelegar sebelum kesadaran menyengatnya. Ia langsung mengecilkan suara, menarik diri lebih dalam ke balik pilar besar mal, menyandarkan punggungnya pada tiang beton dingin itu. Jantungnya berpacu seperti drum band yang baru memulai parade. Ia melirik panik ke sekeliling, memastikan keluarga Wisesa, terutama Lidya sendiri, tidak melihat atau mendengar gejolak emosinya. Syukurlah, suasana mal cukup ramai dan tidak ada sosok familiar di dekatnya. Napasnya terengah, menenangkan diri. Ia masih memegang ponselnya erat di telinga."Alvin? Kamu dengar, kan? Ada apa? Kenapa diam?" suara Lidya di ujung telepon terduh seperti kerudung, sedikit khawatir namun dengan nada datar, seolah kelelahan.Alvin mengeraskan rahang, "Lidya, kamu serius? Ini bukan bahan bercanda. Maksudmu apa barusan? Surya menekan kamu untuk..." Ia tak sanggup menyelesaikan kalimatnya, tenggorokannya tercekat. Rasanya seperti ada tangan tak kasat m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status