Share

Part 22 Mandul?

"Ma, aku sudah sampe Jakarta nih...." Pria berkaos coklat ini menelfon ibundanya tepat disampingku sehingga jelas terdengar apa yang tengah mereka obrolin walaupun Randi tidak dalam mode loudspeaker dari ponselnya.

"Iya ini, aku lagi nemenin Claire di rumah sakit, kan dia masuk rumah sakit Ma. Mama kesini ya..."

Entah apa respon Airin, Randi langsung mematikan ponselnya. Matanya menatapku lagi dalam-dalam.

"Sayang, aku minta kita periksa semuanya ya. Kamu tuh gak pernah loh drop kayak gini...." Ia membahas lagi dan membujukku agar mau untuk melakukan pemeriksaan secara penuh.

"Mama mau datang?" Aku coba mengalihkan topik pembicaraan.

"Katanya sih sekarang masih arisan di rumah temennya, mungkin nanti atau besok dia baru bisa datang. Kan kamu ada aku juga disini, ada tante Alexa sama tante Asha juga. Gak apa-apa kan?" Ia bertanya kepadaku yang padahal sudah jelas aku tahu kalo Airin tidak mungkin mau melihatku.

"Sayang, pemeriksaan mau ya?" Ia tetap bisa memutar topik lagi.

"Iya, ya udah deh. Emang aku se-mengkhawatirkan itu sampai harus di full check body ya...." Balasku sinis.

"Sayang, ya bukan gitu. Cuma kan kita tuh perlu tau apa yang terjadi sama tubuh kamu. Ya harapannya memang gak ada apa-apa..." Balas Randi lagi.

Setelah aku mengiyakan permintaan semua orang untuk pemeriksaan full body, suster langsung datang ke ruanganku.

"Bu, masih pusing untuk duduk?" Tanya wanita muda dengan pakaian putih dan aroma obat lekat tercium darinya.

"Sepertinya sudah enggak, tapi kalo jalan kayaknya masih belum kuat sus..." Balasku.

"Oh enggak kok Bu, Ibu cukup duduk aja di kursi roda, nanti pemeriksaannya saya yang akan mendampingi Ibu.." Responnya yang amat ramah dan menebar senyum tipisnya kepada aku selaku pasien.

Aku langsung diarahkan ke kursi roda dengan rambut yang tergerai dan tangan yang masih terinfus serta tidak lupa tiang infusnya untuk penyanggah cairan yang sedang dimasukkan ke dalam tubuhku. Randi juga turut mendampingiku, sementara tante Alexa dan Mba Asha stanby menunggu di kamar.

"Sus, bakal sakit gak ya istri saya?" Randi jelas tergambar dari rautnya ia cukup khawatir dengan kondisiku. Di sepanjang jalan, ia berada disampingku dan menggenggam tanganku dengan lembut.

"Sayang, lebay banget. Tenang aja aku gak apa-apa..." Sembari menggenggam tangannya lebih kencang dan menatap matanya.

"Enggak kok Pak, kita cuma melewati pemeriksaan ambil sampel darah, scanning, dan USG.." Ucap suster yang stanby mendorong kursi roda yang tengah aku duduki ini.

"USG? Kok ada USG?" Jenis pemeriksaan terakhir yang disebutkan oleh suster jelas saja memancing pertanyaan Randi dan aku secara bersamaan. Aku pun heran kenapa ada USG dengan kondisi yang saat ini aku tidak terdiagnosis hamil, bahkan tanda-tanda kehamilan seperti mual pun belum ada ku rasakan.

"Iya betul Bu, Pak. Akan ada pemeriksaan USG ini untuk mengetahui apakah ada faktor yang membuat ibu pingsan dari sisi rahim. Sebelumnya, Ibu sudah pernah melakukan pemeriksaan rahim?"

"Belum, ini yang pertama sus...." Aku masih berusaha mencerna apa yang dijelaskan oleh suster tentang pemeriksaan rahimku. Kok bisa secara tiba-tiba target mereka untuk melakukan USG di rahimku.

"T... tapi kok bisa langsung ke analisa rahim ya sus?"

"Oh ini karena pemeriksaan full body sih Bu. Mungkin nanti ketika ada di ruangan USGnya Ibu akan ditanya-tanya sedikit tentang siklus haid dan lain-lain...." Jelasnya.

"Nah, sekarang Ibu ambil sampel darah dulu ya...."

Aku memasuki sebuah ruangan yang berisikan 3 sofa dengan penyanggah tangan disebelahnya. Terdapat juga beberapa orang di dalam ruangan ini.

"Sore Ibu Claire ya? Saya Mirna, asisten dari lab ini izin untuk pengambilan sampel darah ya Bu."

Aku di arahkan untuk pindah duduk ke sofa ruangan ini dengan tangan kiriku bersandar pada sanggahan sofa yang telah disediakan. Terlihat ada 3 tabung kecil telah di depan mata dengan jarum suntik yang masih higienis di dalam plastiknya.

"Bu, jarumnya masih baru ya..." Ia dengan transparannya memperlihatkanku ke-higienisan jarum yang akan digunakan.

Setelah jarum terbuka dari plasiknya, kini waktunya ia mencari posisi tepat untuk ia ambil darah dari tangan kiri ini.

"Sus pelan-pelan...." Ucap Randi yang masih terus ada disampingku.

"Baik Bu, Pak. Saya izin untuk mulai pengambilan darahnya ya. Darah ini akan saya masukkan ke dalam 3 sampel tabung.

Kami berdua hanya mengangguk dengan sorotan mata kami terfokus pada jarum dan arahnya.

Jzzzz........

Jarum telah tertancap di lenganku. Aku bisa melihat aliran darah tengah masuk ke dalam tabung suntikan. Lalu setelah hampir penuh, suster memasukkannya ke dalam beberapa tabung yang ada di depannya. Begitu selesai, lenganku bekas suntikan tadi langsung dibalut dengan kapas dan plester.

"Sudah sus?" Aku memastikan sembari melihat darah berwarna merah pekat yang telah berpindah ke beberapa tabung di depan mataku.

"Iya sudah Bu. Sekarang kita masuk ke ruang Scan screening ya..."

Aku kembali lagi ke kursi roda, Randi begitu sigap membantuku. Kami menelusuri ruangan rumah sakit menuju lift di ujung sana.

"Sayang, gak apa-apa kan?" Randi masih juga bertanya hal yang sama.

"Ya ampun, aku tuh gak apa-apa Ran. Tenang aja...." Aku mendongak, menatap matanya yang begitu tergambar khawatirnya.

"Bu, sekarang Ibu bisa pindah ke dalam sana dulu ya..." Ia menunjuk sebuah alat besar yang terdapat tempat untuk tidurannya.

"Ini aman?" Aku baru pertama kali melihat alat seperti ini, wajar saja jika takut.

"Aman kok Bu...."

Setelah mendapatkan konfirmasi darinya aku mulai berjalan pelan dibantu dengan Randi untuk sampai di alat tersebut.

"Gak lama kan?" Lagi cukup menakutkan untukku yang pertama kali karna ini pasti berurusan dengan macam-macam sinar kimia.

"Enggak kok Bu..."

Aku terbaring, mejamkan mata dan mulai merasakan tubuh ini terbias sinar.

"Oke sudah selesai Bu. Sekarang kita USG ya..." Suster mengarahkan pemeriksaanku lagi.

Entah mungkin seantero rumah sakit ini telah aku lewatin karna ruangan yang berbeda-beda.

Setelah memasuki ruangan USG, aku sedikit membuka bajuku dan membiarkan dokter untuk memeriksa apa yang terjadi di dalam rahimku.

"Maaf Bu, Pak. Ini terdiagnosis akan susah hamil..."

"Maksudnya, saya mandul?????

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status