Share

Bab 2. Cinta Pertama

Author: buchaa
last update Last Updated: 2023-12-11 22:42:16

Masa-masa putih abu-abu sepertinya akan sangat membekas buat Aurelia. Terutama sejak memutuskan untuk menerima pernyataan cinta dari seorang lelaki bernama Rafa, yang tahun ini satu kelas dengannya. Bukan lelaki biasa, tapi seorang siswa paling ganteng yang sudah diperhatikannya sejak baru masuk dulu, juga seorang siswa yang selalu juara umum, atau paling teranyar adalah seorang siswa yang memenangkan juara debat bahasa inggris tingkat SMA se-DKI Jakarta.

“Abis SMA, kamu mau lanjut ke mana, Yang?” tanyanya suatu hari sambil menyantap chicken katsu.

Rafa menyenderkan punggung sambil melipat kedua tangan di dada. “Rencananya aku mau kuliah di ITB.”

Sontak saja Aurelia berhenti memegang garpu. Punggung dia hempas ke kursi, lantas membuang muka ke arah lain. “Itu artinya kita bakal pisah.”

Wajah Rafa berkerut bingung. “Hanya jarak, bukan berarti kita harus putus. Kenapa? Kamu ngga yakin dengan kekuatan cinta kita sampai ngga bisa mengalahkan rintangan jarak itu?”

Tatapan Aurelia terhenti pada sosok lelaki berkulit agak gelap, namun sangat manis itu. Sungguh, dia takut jika lelaki itu berpaling hati darinya. Masih ada dirinya di samping Rafa aja, banyak mata para wanita yang melirik ke arah mereka.

“Simpel saja, Lia. Jika dia memang ditakdirkan berjodoh denganmu, kalian akan bersama. Jika tidak, ya sudah. Kamu pasti punya jodohmu sendiri. Itu sudah digariskan sama Allah.” Aurelia jadi teringat akan nasihat dari ibunya kala dia menceritakan keinginan Rafa menuntut ilmu di kota lain.

Melihat Rafa di sore hari yang hampir gelap ini, berdiri seorang diri tanpa tertarik ikut corat-coret apalagi mendekat pada wanita lain, membuat Aurelia sangat yakin kalau lelaki itu bisa menjaga hatinya.

Karena itulah, Aurelia memutuskan untuk mengizinkannya meraih cita-cita yang diharapkan lelaki itu.

Seandainya mereka putus, Aurelia berharap hatinya sanggup menerima resiko itu.

Mulanya, Aurelia kira LDR-an itu bakal begitu sulit buat dijalani. Tapi, ternyata dia senyaman itu.

Dia bebas mau pergi dengan teman-temannya ke manapun. Aurelia sangat menikmati me time yang dijalaninya. Kalau kangen sama Rafa, ya tinggal telpon aja, sih. Untungnya Rafa juga orangnya tidak overprotektif. Jadi, Aurelia tidak ada beban apapun menjalani hari-harinya.

Karena fokus pada kuliahnya, Aurelia selesai kuliah tepat tiga tahun. Dia bekerja sebentar di sebuah bank swasta, sebelum akhirnya Rafa benar-benar melamarnya.

“Kamu yakin mau langsung menikah?” tanya Ibu kala itu, saat Aurelia mengutarakan niat Rafa hendak melamarnya.

Aurelia mengangguk mantap.

“Kalian sama-sama baru memulai kerja. Yakin kalau ngga mau menikmati hasilnya dulu? Menabung terlebih dahulu?”

“Bu, Lia mau menikmatinya bersama Rafa. Daripada kami pacaran terus, nanti kalau ujung-ujungnya ngga jadi, kan malu, Bu.”

“Terus, pekerjaan kamu gimana? Katanya Rafa penempatannya di Bogor,” tanya Lis seraya melirik suaminya, yang hanya diam. Diam-diam mendengarkan.

“Lia berhenti kerja, terus ikut Rafa ke Bogor.”

Wanita yang masih tampak segar meskipun tidak bisa menyembunyikan keriput di sekitar matanya itu hanya bisa menghembuskan napas. Kalau dilihat dari raut wajah anak perempuan satu-satunya itu, sepertinya keputusan ini sudah bulat.

Sukamto melirik keduanya, lantas mengangguk samar. Senyuman pun terkembang di wajah Aurelia.

Pernikahan antara Rafa dan Aurelia dilangsungkan satu tahun kemudian setelah lamaran. Dikarenakan Sukamto yang sedang sakit-sakitan, dan mencari waktu yang pas untuk diadakan pesta pernikahan.

Aurelia merasa menjadi wanita paling bahagia hari itu. Senyumnya tak pernah sirna dari wajah manisnya. Apalagi banyak teman-teman masa SMA-nya yang datang. Kebanyakan dari mereka salut ternyata hubungan Aurel dan Rafa bisa sampai ke pelaminan.

Sayangnya, senyuman itu ternyata hanya bertahan sebentar. Sejak dua tahun pernikahan dan juga belum dihadiahi momongan, kepercayaan diri Aurelia memudar.

Setiap kali mertua dan saudara iparnya datang ke Bogor, selalu yang ditanyakan adalah tentang anak. Sudah ada atau belum. Kalau belum, sudah berobat atau ikut program dokter tidak.

Hingga Aurelia tidak lagi menikmati nafkah batin yang diberikan oleh Rafa. Padahal, dulu dia selalu menanti dengan tak sabaran. Tapi kini, malah terasa seperti beban. Apakah akan berhasil atau tidak? Selalu itu yang terpikirkan.

Entahlah bagaimana perasaan Rafa kini padanya. Akankah dia menyadari perubahan sikap Aurelia? Entahlah. Aurelia tidak berani menanyakannya.

Hingga hari itu, sang suami mengungkapkan keinginannya untuk berpisah.

Bukan marah gejolak yang ada di dada Aurelia. Namun, lebih ke sebuah euforia dari sebuah kelegaan. Akhirnya, bisa lepas dari cengkraman kejenuhan ini.

Mereka memang berpisah baik-baik. Meskipun, sesekali Aurelia penasaran kabar terbaru Rafa. Sudah memiliki kekasihkah dia, atau justru menikmati kesendiriannya?

Akan tetapi, perlahan Aurelia juga hampir melupakan seperti apa sosok Rafa. Dia terlalu sibuk dengan toko roti yang dikelolanya. Cukup banyak peminat dan pengikutnya di media sosial juga lumayan.

Bahkan, Aurelia acap kali membuka kursus membuat cake yang selalu full kuota pesertanya.

Sampailah dia bertemu dengan Fathan, seorang dosen yang tak pernah absen datang setiap sore hanya untuk membeli roti.

Fathan yang pantang menyerah akhirnya berhasil membuka pintu hati Aurelia.

Hampir setengah tahun mereka menjalin hubungan yang serius. Yah, walaupun Fathan lebih muda dua tahun, tapi dia serius hendak membawa hubungan ini ke mana.

Aurelia tertawa pelan begitu mengetahui kalau Fathan masih tinggal di rumah orang tuanya. Padahal, lelaki 30 tahun itu sudah sangat mapan untuk memiliki rumah sendiri.

Hal ini baru diketahui Aurelia ketika hendak membawakan roti untuk sang kekasih yang katanya sakit beberapa hari ini.

Dan, yang lebih mengagetkannya lagi ternyata Fathan tinggal di salah satu perumahan elite di Menteng.

Aurelia dibuat terbengong berdiri di depan sebuah rumah berpagar panjang yang tiada habisnya dan tidak kelihatan ujungnya ini. Kepalanya menengadah melihat puncak rumah itu yang ada di lantai dua.

“Pantes aja Fathan masih betah tinggal di sini. Kamarnya aja mungkin segede rumahku,” komentar Aurelia sambil memperbaiki letak sunglasses-nya.

Dia menggelengkan kepala, menepuk pipinya pelan, lalu menekan bel yang ada di atas nomor rumah.

Ada suara seperti ‘klek’, bersamaan dengan pintu pagar yang terbuka. Aurelia pun mendorong pelan pintu pagar itu.

Dilihatnya kiri dan kanan, tidak ada siapa-siapa. Pos juga terlihat tidak ada orang.

Aurelia terus berjalan menuju pintu di antara pilar besar itu. Dia ingin mengetuk, tapi langsung menekan tombol bel lagi begitu melihatnya di samping pintu.

Mungkin sudah lebih dari satu menit, belum juga ada tanda-tanda kehadiran seseorang. Dia pun menekan bel lagi, siapa tahu yang tadi tidak kedengaran.

Aurelia menunggu dengan maklum. Dia memilih untuk menikmati pemandangan sambil berdiri di dekat pilar. Sesekali dilihatnya kantong kresek putih berlogokan roti-roti kecil bewarna merah, warna utama dari merk rotinya. ‘Fathan pasti suka banget sama bawaanku ini.’

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka.

Aurelia pun bergegas menoleh. Senyumnya tiba-tiba memudar. Jemari yang memegang plastik mendadak terasa lemas.

Wajah panjang, masih kecoklatan seperti dulu, tapi brewok tipis memenuhi bagian telinga hingga dagunya. Ah, walau berubah seperti apapun, Aurelia akan tetap mengenalinya. Cinta pertama sekaligus suaminya terdahulu, “Rafa?!” seru benaknya sambil membuka kacamata hitamnya itu.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Megarita
lho...masak aurelia gk tau pacaran sama mantan adik ipar, thor???
goodnovel comment avatar
Zetha Salvatore
wah wah wah, selamat reunian ya Rafa dan Aurelia haha
goodnovel comment avatar
Its Me
Cinta pertama emang nganu sih......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 84. Tantangan

    Bunyi jemari mengetuk meja besi putih nan bundar terdengar begitu nyaring di telinga Shanum. Beberapa kali dia meringis akibat nyilu yang menyayat hatinya. Setelah berusaha menghindar, akhirnya Shanum beranikan diri melirik ke arah wanita cantik yang duduk di hadapannya. Dia tahu kalau wanita itu tidak melepaskan tatapan darinya sedari tadi, tapi Shanum tetap terkejut dan refleks mengalihkan pandangannya ke arah lain.Bunyi ketukan menghilang karena Fania menarik tangannya. Kedua kakinya yang jenjang terekspos jelas ketika melipat kaki hingga rok span pendek sebatas lutut yang dikenakannya tertarik sampai paha.“Jadi, kamu anak dari wanita yang membuat Papa-ku sering bolak-balik ke Jogja,” gumamnya lebih ke sebuah tudingan. Seringainya muncul di akhir kalimat. Mata elangnya enggan melepaskan Shanum dari pandangan.Shanum meliriknya. “Aku ngga tahu tentang itu. Buktinya, aku ngga kenal Papa-nya Kakak.”“Tapi, Papa mengenalimu. Aku kira dulu dia punya anak lain selain kami karena membe

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 83 • Terlanjur Bad Mood

    Dengan mata yang membengkak, Aurel sudah bersiap dengan peralatan membersihkan pekarangan rumah. Selepas Subuh tadi, diperhatikannya halaman depan yang rumputnya sudah memanjang. Begitu juga dengan bunga-bunga dan tanaman yang dulu peliharan almarhum ibunya sudah tumbuh tidak karuan, dia hendak merapikannya. Hitung-hitung bisa menghilangkan sejenak kesedihannya.Namun, langkah Aurel terhenti. Dia terkejut mendapati Ridho berada di depan pagar rumah ini.“Ngapain kamu di sini, Dho?” tanyanya seraya menghampiri pagar dan membuka kuncinya. Seharusnya jam tujuh begini, Ridho sudah berada di kantor. Kok malah ada di depan rumah ini? Kalau bukan urusan yang penting, tidak mungkin mau ke sini.“Itu ....” Ridho terlihat meragu. Bukannya lekas menjawab, dia malah menoleh ke arah jalan gang ini.Aurel juga ikut melihat ke sana. Menerka sekiranya ada jawaban di ujung jalan i

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 82 • Bukan Anak Haram

    Selesai sarapan, Shanum memegangi perutnya. “Padahal, hanya semangkuk kecil begitu. Tapi, udah bikin kenyang banget,” ujarnya dengan bibir yang tersenyum puas.Saat mengangkat pandangannya, dia menemukan Ghani yang berjalan cepat di lorong hendak ke arah luar. “Ghani,” gumamnya senang. Lalu, berlari kecil ke arah cowok itu.Ghani sudah berpakaian seragam putih abu-abu lengkap dengan tas punggungnya, yang hanya tercantol di bahu kanannya. Dari langkahnya yang cepat, cowok itu masih terlihat penuh emosi.“Ghani, Ghani,” panggil Shanum.Yang dipanggil sempat menoleh, tapi begitu tahu suara itu milik siapa dia langsung malah kian mempercepat langkahnya. Namun selebar-lebarnya langkah Ghani, tetap terkejar oleh Shanum, yang pantang menyerah.Gadis itu menangkap pergelangan tangan Ghani. “Tunggu," pintanya agak memaksa. Kemudian, mengatur napasnya yang tersengal-sengal. “Aku harus jelasin kalau tujuanku ke sini bukan untuk menjadi penerus perusahaan Fadel Group. Aku cuma mau ....”“Bullshit

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 81 • Perang Kecil di Pagi Hari

    Ketukan di pintu tidak juga membangunkan Shanum. Makanya, salah satu pelayan rumah tangga berambut pendek itu memilih untuk membuka pintu. Dia tidak kaget melihat sosok Shanum masih terlelap di atas tempat tidur, dia sudah dapat menduganya.Sejak kepala asisten rumah tangga menunjuknya menjadi pelayan Nona Muda baru, pelayan bermata kecil ini sudah tahu kalau perjalanannya akan sangat panjang dan berat. Maka dari itu, dia sudah memenuhi hatinya dengan kuota kesabaran yang ekstra.“Non,” panggil pelayan dengan name tag Minah itu. Digoyangkannya perlahan namun intens kaki Shanum. Tugasnya adalah membangunkan majikan baru ini. Dan, ternyata itu menjadi tantangan sendiri untuknya karena Shanum tidak jua kunjung membuka matanya.Pantang menyerah sekaligus menambah stok sabarnya lagi dan lagi, Minah menggoyangkan lengan atas Shanum kali ini. “Non, bangun. Sebentar lagi harus sarapan. Bapak yang nyuruh Non ikut.”Sontak, Shanum membuka matanya. Dia langsung melotot. Tatapannya langsung tertu

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 80 • Hati Yang Tersakiti

    Karena lantai yang berkarpet tebal, kedatangan Ridho tidak diketahui oleh Fathan. Tiba-tiba saja dia sudah berada di dekat Shanum. Dia mengangguk pada Fathan, yang menyadari kedatangannya.“Aku sudah menelepon Ridho untuk mengantarkan kamu pulang,” ujar Fathan menjelaskan kenapa sekretarisnya itu ada di sini.Tapi, sepertinya, Aurel sedang tidak fokus ke sana. Dia meraih pergelangan tangan Shanum. “Kamu yakin dengan keputusan ini? Hampir tiga tahun kamu akan tinggal di sini. Itu lama, Num.”Tatapan Shanum tertuju pada ibunya. “Itu artinya Shanum juga akan berpisah sama Ibu dan Dewi, kan?”“Iya,” jawab Aurel seraya mengangguk mantap. “Coba kamu pikirkan sekali lagi.”“Tiga tahun tidak lama. Dengan keseruan di sekolah, waktu akan berlalu dengan cepat. Saya juga tidak akan mengekang kamu untuk bertemu ibumu atau teman-temanmu. Kamu bisa mengunjungi mereka di akhir pekan atau pas liburan. Saya tidak sejahat Ibumu, yang melarang kita bertemu.” Di akhir kalimatnya, Fathan menatap tajam Aure

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 79 • Tidak Pernah Dipedulikan

    Manik mata Feny bergetar seraya membulat sempurna. ‘Dia datang?’“Aurel, kan?” tanya Feny, meskipun sudah tahu jawabannya. Ini percakapan mereka yang pertama.Aurel tidak langsung menjawab. Dia merasa tidak memiliki kewajiban untuk menanggapi pertanyaan itu. Manik matanya bergerak ke arah sosok yang muncul di belakang Feny. “Shanum!” sergahnya kesal.Feny bergegas menoleh. Dia menemukan sosok gadis itu bergegas bersembunyi di balik badannya.Aurel pun melangkah masuk. Dibiarkannya koper berada di luar. “Kenapa kamu ke sini?! Ibu sudah melarang kamu ke sini! Kenapa malah bandel begini?! Ayo, pulang!” Dia berusaha meraih pergelangan tangan Shanum, tapi anaknya itu terus menghindar.“Kenapa dia tidak boleh ke sini? Dia tidak boleh bertemu dengan ayah kandungnya sendiri?”Aurel, Feny, dan Shanum menoleh ke arah sumber suara. Fathan muncul dengan tatapan tajam, namun ekspresinya datar saja.Bagi Aurel, lelaki itu banyak berubah. Dulu, senyuman begitu murah terpampang di wajahnya. Tapi, tid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status