Mantan Istri Jadi Adik Ipar

Mantan Istri Jadi Adik Ipar

By:  buchaa  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
35 ratings
79Chapters
2.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Rafaizan dan Aurelia sudah lama bercerai. Mereka juga sudah move on dengan kehidupan masing-masing. Namun, mereka bertemu lagi sebagai ipar. Bagaimana hubungan keduanya tinggal dalam satu atap bersama? Akankah benih-benih cinta itu akan muncul kembali?

View More
Mantan Istri Jadi Adik Ipar Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Night Live
Bagus kak.. rekomendasi banget!
2024-03-25 16:23:48
0
user avatar
Widi.P
Bagus alurnya suka....bikin penasaran....
2024-03-04 11:38:42
0
user avatar
Azril
Lanjut terus tor, jangan kasih kendor.
2024-02-25 22:30:41
0
user avatar
lutfi08
pasti sulit untuk Rafa dan Aurel untuk tinggal satu atap.
2024-02-25 14:25:23
0
user avatar
Megarita
ya ampun aurelia... cemana ceritanya kau bisa gak tau mantan adik ipatmu sendiri? .........
2024-02-25 00:19:07
0
user avatar
Leni Nurleni LN
Ceritanya bagus, aku suka sekali.. Semangat Thorr..
2024-02-24 23:55:36
0
user avatar
Sun fatayati
rumit bener ceritanya thooor.... keren euy
2024-02-24 23:12:45
0
user avatar
Dara rahman
Semoga Aurelia bahagia sama Fathan, buku ini direkomendasikan sama teman dan ternyata sebagus ini.
2024-02-24 22:35:42
0
user avatar
Nanda Utami
wah penasaran sama kisah mereka, lanjut thor..
2024-02-24 22:20:04
0
default avatar
princeskinan49
Seru ceritanya...
2024-02-24 20:28:07
0
user avatar
Kinan Larasati
Seru Ceritanya...
2024-02-24 20:26:38
0
user avatar
Defi Ana
Judulnya buat aku pengen lanjut terusss nihh.. penasaran akhirnya akankah mereka CLBK?
2024-02-24 19:46:18
0
default avatar
Ya Lee
menarik. lanjut thor
2024-02-24 19:38:11
0
user avatar
Zetha Salvatore
Keren ih ceritanya. Jadi senyum-senyum gemes bacanya. hihi Semangat, Thor
2024-02-24 18:52:08
0
user avatar
Agung99
seruu banget, tiap hari nungguin lanjutan up nya
2024-02-24 16:33:27
0
  • 1
  • 2
  • 3
79 Chapters
Bab 1. Hambar
“Ayang!”Rafaiza menoleh. Iya. Namanya Rafaiza, acapkali dipanggil Rafa sama teman-temannya. Namun khusus wanita muda berhijab putih yang tengah berlari kecil ke arahnya itu, Rafa mengizinkan untuk memanggilnya dengan sebutan ‘ayang’.Seragam putih abu-abu yang dikenakan wanita muda itu penuh dengan coretan spidol dan cat semprot warna-warni. Ah, hijab putihnya juga bernasib sama. Tapi Rafa sama sekali tidak terganggu dengan penampilan itu, ya karena dia juga melakukan hal yang sama. Seragam putih abu-abunya sudah tidak ada space kosong lagi untuk dicorat-coret. “Yang!” panggil wanita muda itu. Deretan giginya yang tidak terlalu rapi dengan penuh percaya diri dipamerkannya. Setiap sudut bibirnya tertarik ke atas.Rafa hanya bereaksi dengan mendelikkan kedua alisnya. “Aku setuju,” ucap wanita muda itu dengan napas tersengal-sengal. Jelas saja Rafa mengernyitkan keningnya. “Setuju? Tentang apa?”“Cita-cita kamu.” Wanita itu menjawab masih dengan senyuman mengembang.“Kuliah Prodi Pe
Read more
Bab 2. Cinta Pertama
Masa-masa putih abu-abu sepertinya akan sangat membekas buat Aurelia. Terutama sejak memutuskan untuk menerima pernyataan cinta dari seorang lelaki bernama Rafa, yang tahun ini satu kelas dengannya. Bukan lelaki biasa, tapi seorang siswa paling ganteng yang sudah diperhatikannya sejak baru masuk dulu, juga seorang siswa yang selalu juara umum, atau paling teranyar adalah seorang siswa yang memenangkan juara debat bahasa inggris tingkat SMA se-DKI Jakarta.“Abis SMA, kamu mau lanjut ke mana, Yang?” tanyanya suatu hari sambil menyantap chicken katsu.Rafa menyenderkan punggung sambil melipat kedua tangan di dada. “Rencananya aku mau kuliah di ITB.”Sontak saja Aurelia berhenti memegang garpu. Punggung dia hempas ke kursi, lantas membuang muka ke arah lain. “Itu artinya kita bakal pisah.”Wajah Rafa berkerut bingung. “Hanya jarak, bukan berarti kita harus putus. Kenapa? Kamu ngga yakin dengan kekuatan cinta kita sampai ngga bisa mengalahkan rintangan jarak itu?”Tatapan Aurelia terhenti
Read more
Bab 3. Gejolak Yang Kembali
Jemari mungil Aurelia saling terpaut di antara jemari Rafa, yang lebih besar dan terasa lumayan kasar.Kaki mereka seirama melangkah menyusuri keramik Botani Square. Sudah dua bulan Rafa mulai bekerja di pemerintahan Kota Bogor. Aurelia pun menyusulnya ke sana karena tanggal merah sudah tiba sejak hari jumat kemarin. Ini adalah kesempatannya melepas rindu dengan sang kekasih. Saat itu mereka belum menikah.Tiba-tiba kaki Rafa mengajak masuk ke sebuah toko perhiasan yang cabangnya sudah tersebar hampir di seluruh kota besar Indonesia itu. Namun kaki Aurel malah berhenti melangkah di pintu masuk. Wanita berbibir mungil itu menatapi ruangan yang sangat terang itu dengan kening mengernyit.Rafa, yang sudah masuk beberapa langkah, kembali ke arah kedatangan, menjemput pemilik hatinya yang malah berdiri dalam diam.“Ayo,” ajaknya seraya meraih jemari yang tadi terlepas dari genggamannya itu.Dalam satu hentakan kecil, tubuh Aurel pun sepenuhnya mengikuti langkah Rafa. Tidak ada penolakan
Read more
Bab 4. Pemain Hati
Rafa memandangi punggung mantan istrinya itu. Masih sama seperti yang dulu, paling gaya berhijabnya yang berbeda. Dulu hijab segitiga tapi sekarang lebih ke pashmina. Jemari Rafa hendak menyentuh bahu Aurel. Dia ingin menyapanya sebelum ada yang melihat mereka.Tiba-tiba Aurel menoleh, membuat Rafa kaget, lantas menghentikan langkahnya. Tidak lupa menarik jemarinya walaupun Aurel sempat melihatnya.Akan tetapi, Aurel tidak mempermasalahkan itu meskipun keningnya mengernyit jelas.“Ada apa?”“Ngga, itu ....”“Ada apa?” Wanita berhijab tadi tiba. Jemarinya sibuk menempelkan ponsel di telinga.“Ngga enak kalau Saya masuk. Saya cuma mau nganter kue aja.”“Iya, Ma. Biar kuenya aku anterin ke Fathan,” imbuh Rafa cepat. Ini kesempatannya untuk mempersilakan Aurel pulang. Entah kenapa benaknya merasakan sesuatu yang buruk jika mantan istrinya itu berlama-lama di rumah ini.Aurel membelalakkan matanya seraya menoleh pelan ke arah Rafa. ‘Ma? Mama? Wanita ini ....’Wanita berhijab itu menghampir
Read more
Bab 5. Beban Pikiran
Rafa tengah berbaring menghadap dinding. Matanya tampak segar, belum ada tanda-tanda mengantuk. Kemudian, dia tidur terlentang. Sorot matanya kembali menerawang ke langit-langit kamar berdampingan tingkat dengan lampu warna cream yang kalem.“Ma,” panggil Rafa pelan.“Hm,” sahut Davina pelan dari balik meja rias. Banyak rentetan skincare malam yang harus dipoles pada wajah hingga ujung kakinya. Dia hanya melirik suaminya dari kaca.Rafa menghela napas pelan. “Menurut kamu, Fathan serius ngga dengan ucapannya tadi?”“Mau melamar Aurel? Kayaknya serius, sih.”“Lho, kok kayaknya?” tanya Rafa seolah tidak terima.Davina menoleh. Dia sudah selesai mengoleskan krim malam. Karena tidak ada hijab yang menutupi kepalanya, ketahuanlah bahwa rambutnya panjang bergelombang hingga ke punggung. Tubuhnya juga hanya berbalut setelan piyama berlengan dan celana pendek.“Iya, menurutku serius, sih. Karena selama ini dia ngga pernah mempersilakan seorang teman perempuan datang ke rumah ini.” Davina pun
Read more
Bab 6. Duda dan Janda
~~“Aku seorang duda,” ucap Rafaizan malam itu.Di antara macetnya kota Jakarta malam itu dalam perjalanan mereka pulang kembali ke Bekasi. Ya, mereka. Dia dan seorang wanita yang duduk di sisinya.Box popcorn ukuran large dengan merk salah satu bioskop berada dalam pelukan wanita itu. Masih tersisa setengah dan tengah dalam proses dihabiskan oleh wanita itu.Jemari yang tadi tidak berhenti memindah popcorn satu-persatu dari box ke dalam mulutnya, tiba-tiba berhenti. Manik matanya yang tadinya menatap lelaki yang sedang menyetir itu, beralih pada kendaraan yang mengantri di depan.Seketika suara riuh di luar sana menyeruak masuk ke dalam mobil, meskipun samar. Tapi klakson juga deru kendaraan itu terdengar bising sekali.Wanita itu dan Rafa sama-sama membungkam mulut. Sibuk dengan pikiran masing-masing.“Davina,” panggil Rafa memecah keheningan.Davina menaikkan tangan kanannya. “Sebentar,” potongnya cepat. Sedangkan matanya tetap melihat ke depan. “Aku masih dalam proses mencerna pen
Read more
#Bab 7. Beban Pikiran
Rafa tengah berbaring menghadap dinding. Matanya tampak segar, belum ada tanda-tanda mengantuk. Kemudian, dia tidur terlentang. Sorot matanya kembali menerawang ke langit-langit kamar berdampingan tingkat dengan lampu warna cream yang kalem.“Ma,” panggil Rafa pelan.“Hm,” sahut Davina pelan dari balik meja rias. Banyak rentetan skincare malam yang harus dipoles pada wajah hingga ujung kakinya. Dia hanya melirik suaminya dari kaca.Rafa menghela napas pelan. “Menurut kamu, Fathan serius ngga dengan ucapannya tadi?”“Mau melamar Aurel? Kayaknya serius, sih.”“Lho, kok kayaknya?” tanya Rafa seolah tidak terima.Davina menoleh. Dia sudah selesai mengoleskan krim malam. Karena tidak ada hijab yang menutupi kepalanya, ketahuanlah bahwa rambutnya panjang bergelombang hingga ke punggung. Tubuhnya juga hanya berbalut setelan piyama berlengan dan celana pendek.“Iya, menurutku serius, sih. Karena selama ini dia ngga pernah mempersilakan seorang teman perempuan datang ke rumah ini.” Davina pun
Read more
#Bab 8. Jangan Terkejut
Fathan memandangi jemari telunjuk nan lentik Aurelia yang terpaut dengan jemarinya. Kedua sudut bibirnya tertarik. Senyuman terindah yang bisa ia berikan pada sang kekasih.Pandangannya kemudian beralih pada Aurelia. Wanita itu berbalik, lantas menatap Fathan. Tatapannya terlihat tak fokus.Fathan pun tertawa kecil. Melihat wanita yang biasanya terlihat serius bekerja malah kehilangan fokus seperti ini sungguh lucu buatnya, terlebih lagi jika wanita itu adalah orang yang dicintainya.“Kenapa? Kamu kaget dengan ucapanku di dalam tadi?”“Menurut kamu? Aku datang ke sini cuma mau nganterin roti, malah disuruh masuk. Itu aja sudah bikin kaget. Terus kamu tiba-tiba bilang mau ngelamar aku di depan keluarga kamu.” Aurel menarik napas dan menghempasnya berat. “Kalau aku ngga kaget, kayaknya bukan manusia normal, deh.”Fathan mengayunkan lembut tangan Aurel. Bibirnya tak henti tersenyum. Padahal, tubuhnya sedang lemah karena sakit ini. “Maaf, karena aku ngga melamar kamu dengan layak.”“Deng
Read more
#Bab 9. Melamar Anak Gadis
Rafa melihat ke arah kancing kemeja batiknya sekali lagi. Seorang wanita berhijab pink floral menepuk pundaknya sambil memerhatikan penampilan Rafa.“Perfect, 'kan, Bu?” tanya Rafa sedikit berbisik.Wanita itu tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.Hanya dengan jawaban sang ibu sudah mengembalikan kepercayaan diri Rafa. Dia duduk sambil memerhatikan ruang tamu itu. Tidak terlalu besar, paling hanya sekitar tiga kali enam meter. Hampir sama besar dengan kamarnya. Rafa sudah sering duduk di ruangan itu. Di kala masih berstatus siswa putih biru dulu hampir setiap malam minggu hadir di sini. Semenjak menginjak bangku kuliah dan bekerja yang mulai jarang mampir. Kesibukan membuatnya menomorduakan hubungan manis itu.Seharusnya dia merasa nyaman di tempat yang tidak asing buatnya itu. Tapi malam ini, Rafa merasa sesak di lehernya.Dia baru bisa tersenyum ketika sosok Aurel muncul dari belakang dan menyajikan teh manis dalam cangkir.Isti dan Yudi memerhatikan calon menantu mereka itu den
Read more
#Bab 10. Janji yang Terucap
Davina berhenti di samping Fathan, yang berdiri di belakang Rafa. Dia melihat ke arah orang tua Aurelia, lalu pada suaminya itu.“Ada apa, Than?” tanya Davina heran. “Belum dipersilakan masuk, Kak.”Davina kembali menatap kedua orang tua Aurelia. Keningnya pun mengernyit. ‘Kok keduanya kayak kaget gitu ngeliat Rafa?’Lis maju selangkah setelah menarik lengan suaminya supaya tidak menghalangi jalan. “Ayo, masuk dulu,” ucapnya sambil memberikan ruang di pintu masuk.Rafa langsung menyalimi tangan Lis, yang disambut tawa dibuat-buat oleh wanita hampir paruh baya itu. Lalu, beralih menyalimi tangan Sukamto, walaupun ditarik cepat oleh lelaki itu.Rafa pun duduk di kursi tamu. Kursi jati itu masih ada, hanya kain pembungkus busanya yang berubah. Kalau dulu berwarna merah, sekarang hijau dengan aksen emas. Dan, ruangan itu tidak banyak berubah. Foto Aurel mengenakan toga ketika menyelesaikan Strata 1-nya masih terpampang jelas. Tambahannya adalah foto Aurel bersama kedua orang tuanya. Sep
Read more
DMCA.com Protection Status