Share

Bab 6. Duda dan Janda

Author: buchaa
last update Last Updated: 2023-12-12 23:29:47

~~

“Aku seorang duda,” ucap Rafaizan malam itu.

Di antara macetnya kota Jakarta malam itu dalam perjalanan mereka pulang kembali ke Bekasi. Ya, mereka. Dia dan seorang wanita yang duduk di sisinya.

Box popcorn ukuran large dengan merk salah satu bioskop berada dalam pelukan wanita itu. Masih tersisa setengah dan tengah dalam proses dihabiskan oleh wanita itu.

Jemari yang tadi tidak berhenti memindah popcorn satu-persatu dari box ke dalam mulutnya, tiba-tiba berhenti. Manik matanya yang tadinya menatap lelaki yang sedang menyetir itu, beralih pada kendaraan yang mengantri di depan.

Seketika suara riuh di luar sana menyeruak masuk ke dalam mobil, meskipun samar. Tapi klakson juga deru kendaraan itu terdengar bising sekali.

Wanita itu dan Rafa sama-sama membungkam mulut. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Davina,” panggil Rafa memecah keheningan.

Davina menaikkan tangan kanannya. “Sebentar,” potongnya cepat. Sedangkan matanya tetap melihat ke depan. “Aku masih dalam proses mencerna pengakuan kamu barusan.”

Rafa menelan air ludah. Lantas, menuruti permintaan wanita berhijab itu. Dia tidak mengeluarkan suara lagi dan kembali fokus menyetir.

“Kita baru jadian sekitar dua minggu yang lalu dan sekarang kamu ngasih kabar yang benar-benar mengejutkan.”

“Kenapa? Mukaku ngga kelihatan kayak seorang duda, kan? Aku masih terlihat kayak anak kuliahan.” Deretan gigi Rafa yang rapi terlihat jelas saat dia tersenyum jahil seperti ini.

Davina langsung menatap sinis Rafa. Ya, sempat-sempatnya lelaki itu bercanda di tengah ketegangan ini.

“Sorry,” ucap Rafa lalu kembali melihat ke depan.

“Kamu sudah punya anak?”

Rafa menggeleng cepat. “Belum. Kami bercerai sebelum sempat dianugerahi momongan.”

“Jadi, kalian bercerai karena belum punya anak?”

“Itu ... bukan masalah utamanya. Tapi, bisa juga terma ....”

“Stop!” potong Davina lagi. Tangan kanannya kembali teracung ke atas.

Rafa langsung mengerem kalimatnya. Dia menoleh pada kekasihnya yang hanya satu tahun lebih tua darinya itu.

“Aku ngga peduli tentang itu. Alasan kamu bercerai dengan mantan istrimu. Ataupun, tentang siapa wanita itu, aku ngga mau tahu.” Davina pun menatap Rafa lekat.

Yang dilihatin malah kelihatan salting dan kurang nyaman. Bola mata Rafa berusaha menghindari tatapan Davina.

“Itu masa lalu kamu, Mas dan bukan urusanku. Yang terpenting sekarang adalah aku yang jadi masa depan kamu.” Tiba-tiba Davina merangkul lengan Rafa dan memamerkan senyuman lebarnya.

Mulanya Rafa risih akan sentuhan dari Davina itu, tapi kemudian bibirnya ikut tersenyum.

‘Aku memang ngga salah pilih. Davina bisa bersikap dewasa menghadapi ini.’

💐💐

“Sekarang aku akan jujur ke kamu kenapa selama ini selalu menghindar setiap kali kamu deketin aku.” Malam itu Aurel berbalik ketika sudah sampai di dekat mobilnya.

Dia jengah karena sosok Fathan bagai bayangan yang tidak diinginkan. Selalu saja muncul di depan toko rotinya, hampir setiap malam.Kalau tidak ada pas malam, pas siang dia datang membeli roti.

Yang membuat Aurel merasa risih adalah tatapan Fathan, yang menurutnya sangat nakal. Menatapnya dari kejauhan sambil tersenyum sendiri. Udah macam penguntit aja.

Orang mesum, sebutan yang Aurel selipkan setiap kali menemukan sosok Fathan di sekitar toko rotinya.

Dan, malam itu Aurel berniat melewati begitu saja sosok Fathan, sama seperti malam sebelumnya. Namun, entah dari mana datangnya, sebuah keberanian muncul di batin. Dia berbalik, lalu mendekati Fathan.

“Ya?” tanya Fathan masih tersenyum. Belum tahu, nih kalau Aurel itu jengah dengan tingkahnya.

“Aku seorang janda. Jadi, ngga seharusnya kamu terlihat terlalu obsesi gitu sama aku.”

Fathan mengernyitkan keningnya, menaikkan sebelah alisnya. “Memangnya kenapa kalau kamu janda? Apa itu artinya kamu ngga berhak dicintainya oleh seorang bujangan seperti aku?”

Mata Aurel mengerjap menatap lelaki di hadapannya itu. Speechless, ngga bisa berkata-kata mulutnya ini.

“Aku tahu kalau kamu seorang janda. Aku sempat mendengar kabar di sana-sini. Lalu, kenapa? Ngga ada yang salah dengan itu, 'kan? Kamu tetap seorang manusia, seorang wanita yang pantas untuk diperlakukan dengan baik.”

“Selalu hadir di sini dan membuat aku merasa terganggu, apa itu yang kamu maksud dengan perlakuan baik?” Aurel langsung berbalik setelah berujar demikian.

Sama seperti wajahnya yang rupawan, ternyata bibir Fathan juga pandai berkata manis. Dan, Aurel tidak akan semudah itu terpesona akan kata-katanya. Dia sudah terlalu sering mendengar gombalan seperti ini.

“Tunggu, Aurel,” panggil Fathan. Karena Aurel tidak berhenti, dia langsung menghadangnya.

Aurel pun menatapnya tajam. “Kenapa kamu ngga mau menyerah juga?! Masih banyak gadis perawan di luar sana yang lebih baik daripada aku. Dan, aku yakin kalau mereka ngga akan menolak pesona kamu. Mereka mungkin bakal menyembah kamu mati-matian.”

“Aku ngga peduli tentang mereka karena yang aku mau itu kamu.” Fathan masih pantang menyerah.

Aurel hanya bisa mendesah berat.

“Izinkan aku mencoba untuk menjadi masa depan kamu.”

Aurel menatap lelaki itu. Entah kenapa matanya mulai mengkristal. Sebenarnya dia sedikit banyak cukup merasa tersanjung akan sikap Fathan yang terbuka menunjukkan kasih sayangnya. Diakuinya pula kalau lelaki itu memang tampan. Gaya berpakaiannya mengenakan jas casual ini juga cukup keren di matanya.

Fathan maju selangkah. Jemarinya mengusap air mata yang jatuh di pipi Aurel.

Sama seperti hari itu, mata Aurel kembali mengkristal. Lagi-lagi, karena sikap jantan Fathan yang selalu di luar nalarnya.

“Tolong bantu aku melamar ke rumah orang tuanya. Karena aku serius mau menikahinya.” Setelah menatap lama Aurel, Fathan pun menoleh pada Rafa. “Orang tua kami sudah lama meninggal, mau kan Kak mewakilkan mereka melamar Aurel?”

Rafa menatap Davina, Fathan, lantas Aurel bergantian. Mulutnya terbuka, namun sulit untuk mengeluarkan kata. Lidahnya terasa kelu. Terlebih lagi saat menatap mata Aurel, yang terkesan sedih baginya.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 84 • Tantangan

    Bunyi jemari mengetuk meja besi putih nan bundar terdengar begitu nyaring di telinga Shanum. Beberapa kali dia meringis akibat nyilu yang menyayat hatinya. Setelah berusaha menghindar, akhirnya Shanum beranikan diri melirik ke arah wanita cantik yang duduk di hadapannya. Dia tahu kalau wanita itu tidak melepaskan tatapan darinya sedari tadi, tapi Shanum tetap terkejut dan refleks mengalihkan pandangannya ke arah lain. Bunyi ketukan menghilang karena Fania menarik tangannya. Kedua kakinya yang jenjang terekspos jelas ketika melipat kaki hingga rok span pendek sebatas lutut yang dikenakannya tertarik sampai paha. “Jadi, kamu anak dari wanita yang membuat Papa-ku sering bolak-balik ke Jogja,” gumamnya lebih ke sebuah tudingan. Seringainya muncul di akhir kalimat. Mata elangnya enggan melepaskan Shanum dari pandangan. Shanum meliriknya. “Aku ngga tahu tentang itu. Buktinya, aku ngga kenal Papa-nya Kakak.” “Tapi, Papa mengenalimu. Aku kira dulu dia punya anak lain selain kami kar

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 83 • Terlanjur Bad Mood

    Dengan mata yang membengkak, Aurel sudah bersiap dengan peralatan membersihkan pekarangan rumah. Selepas Subuh tadi, diperhatikannya halaman depan yang rumputnya sudah memanjang. Begitu juga dengan bunga-bunga dan tanaman yang dulu peliharan almarhum ibunya sudah tumbuh tidak karuan, dia hendak merapikannya. Hitung-hitung bisa menghilangkan sejenak kesedihannya.Namun, langkah Aurel terhenti. Dia terkejut mendapati Ridho berada di depan pagar rumah ini.“Ngapain kamu di sini, Dho?” tanyanya seraya menghampiri pagar dan membuka kuncinya. Seharusnya jam tujuh begini, Ridho sudah berada di kantor. Kok malah ada di depan rumah ini? Kalau bukan urusan yang penting, tidak mungkin mau ke sini.“Itu ....” Ridho terlihat meragu. Bukannya lekas menjawab, dia malah menoleh ke arah jalan gang ini.Aurel juga ikut melihat ke sana. Menerka sekiranya ada jawaban di ujung jalan i

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 82 • Bukan Anak Haram

    Selesai sarapan, Shanum memegangi perutnya. “Padahal, hanya semangkuk kecil begitu. Tapi, udah bikin kenyang banget,” ujarnya dengan bibir yang tersenyum puas.Saat mengangkat pandangannya, dia menemukan Ghani yang berjalan cepat di lorong hendak ke arah luar. “Ghani,” gumamnya senang. Lalu, berlari kecil ke arah cowok itu.Ghani sudah berpakaian seragam putih abu-abu lengkap dengan tas punggungnya, yang hanya tercantol di bahu kanannya. Dari langkahnya yang cepat, cowok itu masih terlihat penuh emosi.“Ghani, Ghani,” panggil Shanum.Yang dipanggil sempat menoleh, tapi begitu tahu suara itu milik siapa dia langsung malah kian mempercepat langkahnya. Namun selebar-lebarnya langkah Ghani, tetap terkejar oleh Shanum, yang pantang menyerah.Gadis itu menangkap pergelangan tangan Ghani. “Tunggu," pintanya agak memaksa. Kemudian, mengatur napasnya yang tersengal-sengal. “Aku harus jelasin kalau tujuanku ke sini bukan untuk menjadi penerus perusahaan Fadel Group. Aku cuma mau ....”“Bullshit

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 81 • Perang Kecil di Pagi Hari

    Ketukan di pintu tidak juga membangunkan Shanum. Makanya, salah satu pelayan rumah tangga berambut pendek itu memilih untuk membuka pintu. Dia tidak kaget melihat sosok Shanum masih terlelap di atas tempat tidur, dia sudah dapat menduganya.Sejak kepala asisten rumah tangga menunjuknya menjadi pelayan Nona Muda baru, pelayan bermata kecil ini sudah tahu kalau perjalanannya akan sangat panjang dan berat. Maka dari itu, dia sudah memenuhi hatinya dengan kuota kesabaran yang ekstra.“Non,” panggil pelayan dengan name tag Minah itu. Digoyangkannya perlahan namun intens kaki Shanum. Tugasnya adalah membangunkan majikan baru ini. Dan, ternyata itu menjadi tantangan sendiri untuknya karena Shanum tidak jua kunjung membuka matanya.Pantang menyerah sekaligus menambah stok sabarnya lagi dan lagi, Minah menggoyangkan lengan atas Shanum kali ini. “Non, bangun. Sebentar lagi harus sarapan. Bapak yang nyuruh Non ikut.”Sontak, Shanum membuka matanya. Dia langsung melotot. Tatapannya langsung tertu

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 80 • Hati Yang Tersakiti

    Karena lantai yang berkarpet tebal, kedatangan Ridho tidak diketahui oleh Fathan. Tiba-tiba saja dia sudah berada di dekat Shanum. Dia mengangguk pada Fathan, yang menyadari kedatangannya.“Aku sudah menelepon Ridho untuk mengantarkan kamu pulang,” ujar Fathan menjelaskan kenapa sekretarisnya itu ada di sini.Tapi, sepertinya, Aurel sedang tidak fokus ke sana. Dia meraih pergelangan tangan Shanum. “Kamu yakin dengan keputusan ini? Hampir tiga tahun kamu akan tinggal di sini. Itu lama, Num.”Tatapan Shanum tertuju pada ibunya. “Itu artinya Shanum juga akan berpisah sama Ibu dan Dewi, kan?”“Iya,” jawab Aurel seraya mengangguk mantap. “Coba kamu pikirkan sekali lagi.”“Tiga tahun tidak lama. Dengan keseruan di sekolah, waktu akan berlalu dengan cepat. Saya juga tidak akan mengekang kamu untuk bertemu ibumu atau teman-temanmu. Kamu bisa mengunjungi mereka di akhir pekan atau pas liburan. Saya tidak sejahat Ibumu, yang melarang kita bertemu.” Di akhir kalimatnya, Fathan menatap tajam Aure

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 79 • Tidak Pernah Dipedulikan

    Manik mata Feny bergetar seraya membulat sempurna. ‘Dia datang?’“Aurel, kan?” tanya Feny, meskipun sudah tahu jawabannya. Ini percakapan mereka yang pertama.Aurel tidak langsung menjawab. Dia merasa tidak memiliki kewajiban untuk menanggapi pertanyaan itu. Manik matanya bergerak ke arah sosok yang muncul di belakang Feny. “Shanum!” sergahnya kesal.Feny bergegas menoleh. Dia menemukan sosok gadis itu bergegas bersembunyi di balik badannya.Aurel pun melangkah masuk. Dibiarkannya koper berada di luar. “Kenapa kamu ke sini?! Ibu sudah melarang kamu ke sini! Kenapa malah bandel begini?! Ayo, pulang!” Dia berusaha meraih pergelangan tangan Shanum, tapi anaknya itu terus menghindar.“Kenapa dia tidak boleh ke sini? Dia tidak boleh bertemu dengan ayah kandungnya sendiri?”Aurel, Feny, dan Shanum menoleh ke arah sumber suara. Fathan muncul dengan tatapan tajam, namun ekspresinya datar saja.Bagi Aurel, lelaki itu banyak berubah. Dulu, senyuman begitu murah terpampang di wajahnya. Tapi, tid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status