Share

Episode 8

Kasandra mendesah dalam gelisah hatinya. Yach.. istri mana yang bisa tertidur lelap sementara suaminya tengah bersama wanita lain. Apalagi wanita itu adalah gadis pilihan orang tua Devano. Kasandra merasa dirinya amat tersisih. Ia sangat sadar bahwa dirinya terlalu banyak kekurangan. Selain berasal dari keluarga miskin, Kasandra merasa Cantika jauh lebih cantik dari dirinya. Walau dimata Devano Kasandra selalu menang dibanding wanita manapun didunia ini.

Perlahan Kasandra merasa rongga matanya panas. Dua anak sungai mengalir dikedua belah pipinya. Air hangat itu bergulir turun dan menyentuh bibirnya. Ia merasa tak ubahnya seperti perahu kecil yang sedang terapung dilautan luas ditengah malam. Tiada tempat mengadu apalagi untuk bersedu sedan. Orang tuanya jauh dipulau sumatera. Walaupun dirinya bisa menelpon ibunya untuk berkeluh kesah, tapi Kasandra tak pernah mau melakukan itu. Ia tidak ingin memberi beban kepada ibunya yang hidup menjanda. Kasandra sudah terbiasa menelan pahit kehidupan seorang diri.

Larut malam kini sudah mulai bergeser menuju pagi. Dari jendela kamar yang tirainya tersingkap, Kasandra melihat wajar fajar mulai menyinsing. Rona merah tembaga membias angkasa raya yang maha luas.

Kasandra menghela nafas dalam. Ia beranjak dari jendela menuju tempat tidurnya. Ia ingin memanfaatkan sedikit waktu yang tersisa untuk tidur. Karena beberapa jam lagi dirinya harus berangkat kekantor.

===

Jam 7.30 pagi.

Dendi berjalan hilir mudik didepan kamar Kasandra. Sebentar-sebentar ia melirik jam tangannya. Penampilannya yang sudah rapi sungguh tidak sepadan dengan wajahnya yang kusut semberawut. Sepertinya laki-laki itu juga tidak bisa memejamkan matanya semalam suntuk. Ia memikirkan hati Kasandra yang kini tengah terluka.

Tok..tok..tok..!!     Saaaan..!!!" Dendi mengetuk lembut pintu kamar Kasandra dan memanggil namanya.

Tok..tok..tok..!!     Saaaan..!!!" Sekali lagi Dendi melakukannya namun tiada jua jawaban dari dalam kamar Kasandra.

Dendi terpaku didepan daun pintu kamar Kasandra.

Sejenak Dendi berfikir, apakah ia berangkat sendirian saja kekantor dan membiarkan Kasandra istirahat, atau terus memanggil Kasandra untuk berangkat kekantor bersamanya.

"Tapi hari ini ada meeting penting dengan pihak pemasaran. Kasandra harus hadir dalam pertemuan penting ini." Ujar Dendi kepada dirinya sendiri.

Tok..tok..tok..!!     Saaaan..!!!" Untuk ketiga kalinya Dendi mengetuk pintu kamar Kasandra. Namun kembali ia tidak mendapat jawaban apapun.

Dendi kemudian berinisiatif untuk membuka kamar Kasandra. Ia berfikir pasti Kasandra ketiduran dan ia ingin membangunkannya. Ketika tangannya mulai bergerak untuk memutar gagang pintu kamar Kasandra, tiba-tiba ia berubah pikiran.

"Sebaiknya aku menghubungi Devano saja." Kata hati Dendi. Dendi beranjak sedikit menjauh dari daun pintu kamar Kasandra.

"Halloo..!!!" Suara halus nan merdu seorang perempuan menjawab panggilan telepon Dendi. Sontak Dendi terperanjat dan spontan melihat ke layar ponselnya untuk memeriksa kontak telepon yang sedang ia hubungi.

"Ini bener kok nomor kontak Devano, tapi siapa perempuan ini..??!" Dendi nampak bengong sendiri.

"Hallooo...!!" Suara perempuan itu kembali menjawab.

"Yaa.. ya..,  Haa... halloo..!" Dendi tergagap.

"Bisa bicara dengan Dev..??" Tanya Dendi mulai agak tenang. Ia berfikir pasti perempuan yang menyahut diseberang sana adalah Cantika.

"Devano masih tidur, coba telpon nanti saja..!" Ujar Cantika sambil tersenyum memandang Devano yang masih nampak tertidur dengan pulas. Cantika memang sengaja masuk kekamar Devano ketika mendengar suara ponselnya berbunyi. Ia menjawab panggilan telepon diponsel Devano untuk menggiring opini kepada  si penelepon bahwa dirinya sedang berduaan dengan Devano. Dan Dendipun berhasil digiring ke opini itu.

"Gila..!!" Devano tidur dengan Cantika..??!!" Dendi berteriak dalam hati. Ia segera mematikan sambungan pembicaraan itu dengan memencet logo telepon berwarna merah dilayar  aplikasi whatsaapnya. Beberapa detik Dendi masih dibuat penasaran oleh kejadian yang baru saja berlalu.

"Ting..!" Sebuah pesan masuk dari nomor kontak Devano.

Dendi bergegas membuka pesan gambar yang baru saja dikirim.

"Haaah..!?" Mulut Dendi terbuka lebar menatap layar ponselnya. Disana ia melihat Devano yang masih tertidur lelap dengan bertelanjang dada dan bagian pinggang kebawah tubuhnya tertutup kain selimut.

"Uuuh...!!!" Dendi memukul dinding dihadapannya untuk membuang kekesalan hatinya.

"Kreeeet..." Daun pintu kamar Kasandra terbuka. Kasandra sudah terlihat rapi dengan memakai stelan jas kantor berwarna coklat muda. Ia nampak begitu anggun dan cantik walau kedua belah kelopak matanya terlihat sembab.

"Ooh, kamu sudah siap San, tadi aku beberapa kali memanggil dan mengetuk pintu kamarmu." Ujar Dendi memberi tahu.

"Oh, mungkin tadi aku sedang mandi ." Jawab Kasandra terus berjalan menuju pintu. Dendi mengikuti langkah Kasandra dari belakang. Ia bersyukur Kasandra nampak baik-baik saja. Walau Dendi tahu bahwa didalam hatinya, Kasandra pasti menahan rasa sakit yang teramat dalam.

Dendi mengemudikan mobil dengan tenang setelah Kasandra menduduki jok disampingnya. Kasandra lebih banyak diam selama diperjalanan menuju ke kantor mereka. Dendi juga tidak mau mengganggu suasana hati Kasandra yang terlihat mendung. Hingga beberapa puluh menit kemudian mereka sampai dihalaman kantor yang sudah terlihat ramai.

====

Devano mengeliatkan tubuhnya. Rasa kantuk belum reda dan masih bergayut dimatanya.

"Sayaaaang..!!" Ia meraba-raba kesamping seperti mencari sesuatu. Begitu tangannya menyentuh tubuh lain disampingnya Devano lalu mencium dan dan memeluknya. 

Mirna yang kebetulan memergoki kejadian itu dari celah pintu yang sedikit terbuka, tersenyum simpul dan kemudian berlalu. Ia yakin Devano pasti akan tergoda juga pada Cantika mantu idamannya itu.

Dalam setengah tak sadar Devano terus merapatkan pelukkannya pada sosok yang berbaring disampingnya. Ia membelai sekujur tubuh itu dan terus menciuminya. Namun kemudian Devano tersentak kaget dan buru-buru membuka matanya. Ia terbelalak begitu matanya bertemu pandang dengan Cantika yang kini berada dipelukannya.

"Mengapa kamu ada dikamarku..!?" Teriak Devano nampak gusar dan langsung melepaskan pelukannya dari tubuh Cantika.

"Kita sudah melewati malam yang indah bersama Dev. Kamu jangan begitu ah.. " Jawab Cantika manja dan meraih tubuh Devano hingga kembali kepelukkannya.

Devano melepaskan rangkulan tangan Cantika yang melilit pinggangnya. Tapi Cantika malah semakin erat memeluk tubuhnya yang setengah telanjang. Devano nampak marah dan mendorong tubuh Cantika hingga pelukan gadis itu terlepas dari tubuhnya. Devano buru-buru berdiri dan menyambar kaos oblong yang tergetak diatas tempat tidurnya. Dan ia segera memakai kaos oblong itu.

"Kamu tahu mengapa aku tidak menyukaimu..??!!" Ujar Devano sambil menunjuk wajah Cantika yang masih berbaring ditempat tidur menatapnya.

"Karena kamu wanita murahaan..!" Sambungnya nampak sangat marah fan wajah memerah.

Cantika tersentak kaget mendengar caci dan makian Devano. Ia terlonjak bangun dari tempat tidur dan memandang tajam Devano. Lalu gadis itu berlari keluar sambil menangis.

"Ada apa ini..??" Mirna yang baru saja datang langsung bertanya kepada Cantika yang berpapasan dengannya. Ia tergopoh-gopoh datang karena mendengar suara ribut-ribut dari kamar Devano. Cantika langsung memeluk Mirna dan menangis.

Sedangkan Devano nampak kesal lalu membanting bantal keatas tempat tidur dan kemudian ia menyambar kunci mobilnya lalu berlalu dengan wajah merah padam.

*********************************

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status