Share

Jimin Siapa?

Author: Authoring
last update Last Updated: 2021-05-12 13:24:19

"Suka gak sama ponselnya?" tanya Pak Kevin dari sebrang sana.

"B aja," jawabku. Padahal ini pertama kalinya dibelikan ponsel mahal sama orang lain.

"Kamu gunain memorinya dengan baik. Jangan sampai ada foto atau video aneh. Awas," ancamnya padaku.

"Ya ampun, siapa juga mau simpan foto sama video aneh. Paling juga drakor atau foto Jimin," ujarku.

"Jimin? Siapa dia?" tanyanya heran. Ingin sekali Aku tertawa tapi, kutahan.

"Kekasih gelapku. Bye," ucapku lalu mematikan panggilan secara sepihak.

Aku menyetel alarm jam 05.00 WIB dan tidur.

****

Beep ... beep ... beep ....

Aku bangun mendengar bunyi ponsel.

"Punya siapa nih?" tanyaku heran.

"Oh iya, kan kemaren Pak Kevin ngasih ini ke aku," sambung dan beranjak dari tempat tidur dan men-charger ponsel tersebut. Lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah selesai, Aku segera mengambil anak jilbab hitam beserta jilbab putih lalu memasang di kepalaku.

"Selesai," seruku setelah selesai.

Aku mengambil lipgloss dan meletakkannya di dalam tas. Karena bibirku kering jadi benda itu gak boleh sampai ketinggalan.

"Bawa gak, ya?" tanyaku melihat ponsel dengan batrai sudah terisi penuh.

"Bawa deh," ujarku meletakkan benda pipih itu ke dalam tas.

Aku segera turun ke bawah untuk sarapan.

"Pagi Bunda, Ayah dan Bibi!" teriakku kala melangkahkan kaki di tangga pertama.

Mereka tersenyum melihatku.

Aku segera duduk untuk sarapan bersama.

***

Setelah selesai sarapan dan memasang sepatu. Aku melangkahkan kaki ke rumah Nana.

"Dor!" Nana mengagetkanku dari dalam pagarnya.

"Gak kaget kok, Na" ujarku karena dari jauh aku melihat Nana sudah bersembunyi.

"Yuk," ajakku menggandeng tangannya menuju sekolah

***

Setelah memasuki pekarangan sekolah, aku dan Nana langsung memasuki kelas dan langsung meletakkan tas.

Beep ... beep ... beep ...

ponsel itu berdering dari dalam tasku.

'Perasaan gak masang alarm jam segini deh,' batinku membuka tas dan mengambil ponsel..

[Suamiku is calling]

'Astaga.' Aku membatin seraya menggaruk tengkukku gugup.

Aku langsung menggeser tombol hijau ke kanan dan menempelkan tepat di telingaku.

"Halo," sapaku sopan biar gak ketahuan sama anak-anak yang lain.

"Kamu udah sampai di sekolah?" tanya Pak Kevin dari sebrang sana.

"Udah," jawabku singkat.

Tut ... tut ... tut ...

Dia mematikan telfonnya secara sepihak.

'Sabar-sabar,' batinku.

"Omo! Kamu punya Iphone, Fa?" tanya Juwita terkejut.

Aku terseyum dan menganggukkan kepala.

"Berapa harganya?" tanya Tika.

"Gak tahu," ucapku seraya duduk

*****

"Aduh, Nana tanggung soalnya hampir selesai, tahan dulu ya," ujarku ketika Nana minta temani ke toilet.

Dia termasuk tipikal orang penakut banget.

"Cepet! Kalau kebablasan gimana?" tanya Nana membuatku terkejut.

"Ya udah," ujarku berdiri dan berjalan di belakangnya.

"Permisi Bu," pamit Nana. Aku hanya mengekori dia menuju toilet.

***

Sampai di toilet, Nana masuk ke dalam sedangkan aku menunggunya di luar.

Ting!

'Kayaknya pesan masuk,' batinku.

Aku mengambil ponsel di saku bajuku dan melihat pesan masuk yang ternyata dari si 'Killer' itu.

[Nanti pulang sama Saya.]

Isi pesan yang dia kirim padaku.

[Gue pulang sama Nana.]

Aku mengetik pesan dan mengirim pesan padanya.

Ting!

[Bawa Nana sekalian.]

[Gak!]

Ting!

[Pulang sama saya atau saya seret kamu dari kelas?]

Pak Kevin mengancamku melalui pesannya padaku.

'Aish.' Aku mengumpat.

[Gue dengan Nana jalan kaki atau gue lempar nih ponsel,] ancamku pula.

Ting!

[Terserah kamu.]

Akhirnya kubisa bernapas lega.

"Yuk," ucap Nana ketika keluar dari toilet.

Aku dan Nana menuju kelas dan mengerjakan tugas dari Bu Rika.

***

16.00 WIB

Teng ... teng ... teng ....

Bel pulang berbunyi.

"Ayo, kita goes to home," ujar Nana menyandang tas dengan semangat dan aku pulang dengan Nana.

***

Saat kami sedang berjalan menuju rumah sambil berbincang-bincang masalah sekolah tadi.

Tin!

Klakson mobil membuat kami terkejut saat berjalan menuju rumah.

"Kaget aku," ucap Nana mengelus dada.

'Aish, cari gara-gara nih orang,' gumamku berjalan dan menendang plat mobil.

"WOI, PUNYA OTAK GAK LO?!" Aku berteriak dan menendang plat mobil itu hingga lepas. Tapi, emosiku tetap sama. 

"Fa," panggil Nana dan memegang leganku.

"Orang kayak gini gak boleh dibiarin gitu aja, Na. Harus diberi pelajaran," ucapku kesal.

"Pak Kevin," ujar Nana dengan mata melotot.

Aku terkejut melihat Pak Kevin yang sedang mengambil plat mobilnya yang lepas akibat kutendang.


Sungguh, ternyata kakiku benar-benar kuat. Aku tak menyangka saja.

'Gawat!' batinku panik seketika.

"Lari," bisik Nana padaku. Aku menganggukkan kepala.

"Satu, dua, tiga." Aku dan Nana segera lari pada hitungan ke tiga

***

"Stop." Nana menahanku agar berhenti untuk lari.

"Gimana?" tanya Nana padaku.

Aku menggelengkan kepala tanda tak melihatnya.

Aku dan Nana berjalan seperti biasa dan akhirnya sampai di rumah masing-masing

"Aku pulang ya, Fa," ujar Nana dan melambaikan tangannya. Aku membalas dan berjalan menuju rumahku.

***

"Assalamualaikum," ucapku duduk di depan pintu untuk melepas sepatu.

Saat aku berdiri dan melihat ada Pak Kevin sedang duduk di sofa bersama bunda.

***

Suatu hari, Pak Kevin kembali memanggilku ke ruangannya. Entah apa yang ingin ia bicarakan, tapi aku hanya melipat tangan di dada menatapnya dengan tak sopan.

"Bapak jangan aneh-aneh deh," ucapku dengan sedikit gugup.

"Kamu harus menikah dengan saya," tegas Pak Kevin membuat mataku melotot seketika. Bagaimana bisa dia mengambil keputusan sepihak? Sementara aku tak menginginkan dirinya menjadi suamiku kelak. 


Ah, memikirkan pernikahan saja belum. Aku hanya ingin menjadi seorang gadis lebih lama lagi. Setidaknya sepuluh atau liba belas tahun kedepan.

Glek.

Aku menelan ludahku sendiri.

"Kamu tahu 'kan ancaman dari Ayahmu?" tanyanya dengan senyuman smirk membuatku takut lalu memalingkan wajah menatap lantai dan memilin jilbabku. 

Aku melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu menuju kelas.

'Aduh, gimana nih?' batinku berkecamuk.

****

Sampai di kelas, aku segera duduk di bangkuku dan mengambil pena serta membuka buku tulis.

"Kamu gak apa-apa, Fa?" tanya Elvi padaku.

Aku menggelengkan kepala.

"Mana soal yang diberi Pak Kevin?" tanyaku pada Nana.

"Nih," tunjuk Nana. Aku langsung menulis soal beserta jawabannya.

3 jam kami menghabiskan soal yang diberi Pak Kevin. Tapi, aku lebih dulu selesai.

"Akhirnya," ucapku memasukkan pensil ke dalam tas dan menyandarkan kepalaku di bahu Nana.

"Cepat dong," ujarku yang masih setia menyandarkan kepalaku di bahunya.

"Tunggu ya," ujar Nana melihat sekilas ke arahku.

"Fa, esay yang bagian C jawabannya apa?" tanya Nana. Aku mengambil buku tulis dan menyerahkan padanya.

Teng... teng ... teng ...

Bel istirahat berbunyi.

"Aduh, belum selesai lagi," ucap Nana gelisah.

"Udah kumpulin aja," ujarku mengambil bukunya dan bukuku lalu menyerahkan pada Doni.

"Cepat," ujar Doni mengambil buku satu per satu di atas meja.

Setelah selesai, Doni keluar dengan siswa lain yang mengikuti di belakangnya.

"Yuk," ajakku pada Elvi.

Kami berjalan menuju kantin bersama-sama seraya menceritakan pelajaran yang kami tempuh tadi. 

***

Setelah sampai di kantin, kami duduk di tempat biasa. Nana memesan menu dan membawanya ke meja kami.

"Makasih, Bu," ujarku pada Nana.

"Enak aja," ucap Nana dan melangkah ke belakang untuk meletakkan nampa.

Lalu Nana duduk di depanku.

"Fa, apa yang dikatakan Pak Kevin ke kamu?" tanya Elvi padaku.

Aku menceritakan semuanya pada Elvi tanpa kebohongan apapun. Tanpa terkecuali.

"Terima aja, aku dukung kok," ujar Elvi girang.

"Tapi, aku gak mau sama Pak Kevin," tegasku sambil menyeruput kuah bakso.

"Kenapa?" tanya Elvi penasaran.

"Aku suka sama Jimin," ujarku sambil tersenyum malu. Ya, daripada aku harus sama guru sombong itu. Lebih baik aku hidup bersama member BTS, Jimin.

Mendengar penuturanku, Elvi tepuk jidat.

"Udah, makan baksonya," ucapku pada Elvi dan Nana.

***

Teng ... teng ... teng ...

Bel masuk berbunyi.

Kami mengikuti pelajaran berikutnya sampai jam 16.00 WIB

***

Teng ... teng ... teng ....

Bel pulang berbunyi.

Ting!

Ponselku berbunyi tanda pesan masuk. Aku segera mengambilnya dan melihat pesan dari Pak Kevin yang membuatku sangat malas membukanya. Tapi, ini terpaksa. Jadi, aku harus melihat isi pesan pria itu.

[3 hari lagi saya akan melamar kamu.]

Siapa lagi kalau bukan si 'Killer'.

"Na, acara lamaranku 3 hari lagi," ucapku pada Nana seraya berbisik. Nanan menatapku dengan membelalakkan matanya terkejut.



Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Married With Killer Teacher   Kevin Marah

    Ketika komputer menyala, aku segera me-refresh lalu berselancar ke aplikasi UC Browser untuk mencari materi tentang proposal yang dipegang oleh Bu Nurhalimah. Aku meng-copy tulisan tersebut lalu memindahkan ke microsoft word. "Di jadiin P*F gimana?" Aku menggaruk kepala tak gatal. "Kak!" teriakku karena dia tidak menjawab pertanyaan dariku yang membuatku sedikit emosi. "Sudah?" tanya Kak Kevin yang terdengar sampai ke dalam ruangan. "Caranya menjadikan file P*F gimana, sih?" tanyaku bingung. Aku beranjak dari kursi untuk menghampiri Kak Kevin. "Sudah selesai?" tanya Kak Kevin menatapku sekilas lalu fokus pada laptopnya. Aku hanya diam sambil berjalan menuju nakas di samping ranjang untuk mengambil ponselku lalu kembali ke ruang kerjanya. "D******d aja aplikasinya," ujarku seraya menjatuhkan kembali tubuhku di kursi empuk. Aku menyambungkan nomor WhatsAppku ke komputer agar filenya mudah di kirim tanpa me

  • Married With Killer Teacher   Kamu Pilih

    "Baru saja Pak Kevin mengirim pesan pada saya jika ia tak bisa masuk hari ini. Di karenakan ada keperluan lain," jelas Bu Adelia seraya menatapku sekilas.Sementara diriku hanya menetapnya biasa saja dengan memangku dagu pada kedua telapak tanganku yang terangkat ke atas."Ya sudah, mari kita mulai pelajaran pagi ini," sambung Bu Adelia pada kami. Kami mengikuti pelajarannya sampai bel istirahat berbunyi.Teng ... teng ... teng ... bel istirahat berbunyi."Sampai di sini dulu pertemuan kita. Assalamualaikum," ujar Bu Adelia melangkahkan kaki keluar kelas."Yuk, kita ke kantin," ajak Nana padaku."Ah, gak Na. Kalian saja," tolakku sambil meletakkan kepala di atas meja."Ya sudah," ucap Nana seraya pergi meninggalkanku di kelas sendirian.Aku mengeluarkan ponsel yang berada di dalam tas. Terlihat ada pesan masuk di sana.Aku menggeser layar lalu mengetik passwordnya dan membuka pesan masuk.[Semangat untuk pag

  • Married With Killer Teacher   Kak Krvin Terluka

    Di kamar, aku duduk di meja belajar sambil mengunyah tanpa henti."Dulu dia bilang gak bakalan ulang lagi, janji," ujarku menahan emosi.Aku melihat tak ada tanda-tanda Kak Kevin menyusulku ke kamar untuk meminta maaf.Aku menghela napas kasar berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tanganku.Selesai membersihkan tangan, aku melihat Kak Kevin yang sedang duduk di atas ranjang sambil memainkan ponselnya."Aish," umpatku berjalan menuju meja belajar sambil mengunyah kacang polong dan memainkan ponselku."Nanti malam jadi 'kan beli martabaknya?" tanya Kak Kevin membuatku muak mendengarnya."Gak perlu, gue bisa pergi sendiri. Urus aja Bu Adelia yang cantik itu," jawabku sinis.Aku beranjak dari kursi menuju lemari untuk mengambil jaket dan juga mengenakan jilbab."Mau kevmana?" tanya Kak Kevin padaku."Kepo banget sih," ucapku meninggalkannya yang ada di kamar.

  • Married With Killer Teacher   Hilang Di Telan Bumi

    "Yuk, kita ke kantin," ajakku pada Nana, Elvi dan Mey."Kajja," ucap Mey menggandeng tanganku."Bisa bahasa Korea juga?" tanya Nana pada Mey."Kemaren aku cari member BTS dan aku jatuh cinta sama Jungkook," jawab Mey membuat kami tertawa mendengarnya."Ayolah," ujar Elvi dan kami melangkahkan kaki keluar kelas menuju kantin."Aku malas makan bakso, nih. Kita beli roti aja yuk," tutur Nana pada kami."Okelah."Aku, Nana, Mey dan Elvi masuk ke dalam kantin lalu mengambil makanan serta minuman yang diinginkan dan membayarnya."Ayo, kita ke kelas," ajakku pada mereka. Kami melangkahkan kaki menuju kelas.***Kami masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi masing-masing."Ah, hari ini panas banget," keluh Elvi saat kami masuk ke dalam kelas."Iya. Sampai aku keringetan," ujar Mey seraya mengelap keningnya."Kalian beli minuman dingin 'kan?" tanyaku dan mereka menganggukkan kepala sambil mengeluarkan m

  • Married With Killer Teacher   Pasti Dia Yang Keluarin

    PoV AuthorPagi ini, kelas Assyifa belajar matematika yang digurui oleh Kevin. Kevin yang membuat soal di papan tulis lalu dijawab oleh siswanya dengan semangat. Bagaimana tidak, penampilannya hari ini sangat memukau bahkan Juwita, Nana, Tania dan teman perempuannya sangat terkagum-kagum melihat Kevin dengan sangat charming itu. Kemeja hitam yang dipakainya hari ini tak seperti guru lainnya yang memakai seragam. Tapi, mereka bertingkah biasa-biasa saja. Poni Kevin yang begitu tampan dan postur tubuhnya yang proposional. Siapa yang tidak terpukau?"Siapa yang bisa menyelesaikan soal ini?" tanya Kevin pada mereka.Tania menganggkat tangannya."Silahkan," ujar Kevin meletakkan spidol di atas meja lalu Tania meraih spidolnya dan menulis jawaban di papan tulis."Bagus," ucap Kevin seraya mengambil spidol dari Tania.Tania berjalan duduk di kursinya."Ada yang bisa lagi?" tanya Pak Kevin lagi."Saya, Pak," ujar Nana mengangkat

  • Married With Killer Teacher   Cepat Ceraikan Gue

    "Ayo pulang," ajakku pada Nana.Nana menganggukkan kepalanya seraya meraih tanganku dan kami berjalan pulang ke rumah.Saat di perjalanan, aku masih memikirkan apa yang dibicarakan Pak Kevin dengan Bu Adelia pagi tadi di parkiran. Aku sangat pernasaran sampai mereka saling bersitatap. Di mata Bu Adelia, dia melihat Pak Kevin dengan mengaguminya. Terlihat dari pupil matanya yang membesar menatap Pak Kevinku. Eh, Pak Kevinku? Belum Assyifa. Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu, ih."Jangan dipikirkan lagi. Nanti kamu 'kan bisa tanyain langsung ke Pak Kevin," sahut Nana yang seakan tau dengan pikirankanku."Gak mikirin itu," elakku pada Nana.Nana sangat tahu apa yang ada di kepalaku dan hatiku karena kami juga sudah lama bersahabat dan juga Nana sering tidur bersama di rumahku dan aku juga begitu pada Nana. Sering makan siang dan makan malam di rumahnya."Terserah kamu," ujar Nana yang tak mau berdebat denganku.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status