Share

Aksi Memata-matai

Terik mentari sore terasa menyengat di kulit. Teriknya matahari tak menyurutkan keinginan para pemuda yang sudah bersiap untuk berenang di kolam renang hotel. Mereka telah berganti baju dan hanya menggunakan bokser.

Arzan duduk bersantai di kursi payung. Menghirup dalam-dalam udara segar. Ia merasa bebannya sedikit berkurang. Saat ini ia sedang berlibur dari padatya jadwal syuting yang tak kenal waktu. Dengan sedikit refresing, Arzan bisa melepas penatnya sejenak.

"Arzan, cepat kemari!" teriak salah satu temannya yang sudah menceburkan diri di kolam.

Arzan tersenyum mengangguk mengiyakan. Ia meletakan asal handuk yang tadi ia gunakan menutupi badannya. Kini tubuhnya terekspos menampakan perut ratanya yang berbentuk kotak-kotak kecil. Lengan berototnya terlihat begitu seksi saat ia mengayunkannya ke atas bersiap untuk turun ke kolam renang. Gadis-gadis yang kebetulan sedang berenang disana berteriak histeris saat melihatnya. Mereka berkumpul di pinggir kolam menonton Arzan dan teman-temannya yang sedang berenang.

Arzan melompat ke dalam air. Ia menenggelamkan seluruh tubuhnya lalu beberapa saat kembali muncul ke permukaan sambil mengibas rambut hitamnya. Gadis-gadis yang menonton semakin menggila menyaksikan lelaki tampan itu yang sedang tebar pesona.

Kara yang sedang bersembunyi di balik dinding mengintip ke arah kolam renang. Jaraknya dengan jarak kolam lumayan jauh, membuat ia tidak bisa melihat mereka dengan jelas.

"Aku kesana atau jangan?" pikir Kara bingung.

Perempuan yang tadi ada di restoran ternyata hanyalah salah satu teman wanita Arzan. Ia hanya datang menyapa Arzan dan teman-temannya karena kebetulan bertemu. Rencana Kara jadi gagal karena perempuan tadi ternyata bukan wanita bayaran. Ia harus mencari bukti lain untuk menghancurkan karir lelaki itu.

"Aku tidak punya banyak waktu. Aku harus mengawasinya disana," putus Kara akhirnya.

Sebelum memulai aksi mata-matanya, Kara terlebih dahulu mengganti pakaian karena ia bisa sangat mencurigakan saat menggunakan pakaian hitam ke kolam renang. Ia membawa beberapa baju di tasnya yang tadi ia tinggalkan di meja resepsionis. Kara mengambil tasnya dan segera membooking kamar nomor 211. Setelah berganti pakaian dan mengamankan barang-baranhnya di dalam kamar hotel, ia segera kembali ke kolam renang.

Kara menggunakan dress panjang. Ia juga mengenakan topi pantai dan kacamata hitam. Tak lupa pula koran yang tadi diambilnya di restoran. Kara mengambil posisi tak jauh dari tempat Arzan berenang. Ia duduk di kursi santai sambil menutupi wajah dengan berpura-pura membaca koran.

"Gimana nanti malam?" tanya salah satu laki-laki yang bersama Arzan.

"Seperti yang kita rencanakan," jawab Arzan dengan senyum simpul.

"Malam nanti kita akan bersenang-senang. Yuhu...."

Arzan dan kelima temannya bersorak gembira. Mereka saling berepuk tangan senang.

Kara menyingkirkan rambut yang menutupi telinganya agar ia bisa mendengar jelas pembicaraan mereka. Ia jadi menebak-nebak apa sebenarnya yang akan mereka lakukan. Kara menurunkan koran dan mengintip ke arah kumpulan laki-laki itu. Namun, ia langsung kembali menutup mukanya karena Arzan sedang menatapnya. Ia tertangkap basah menatapnya.

"Dia sadar gak sih?" tanya Kara pada diri sendiri.

Arzan menyadari seorang wanita yang duduk seorang diri di kursi santai sedang memperhatikannya. Ia beberapa kali melirinknya dan wanita itu langsung menutupi wajahnya saat ketahuan. Ia tersenyum jahil. Sebuah rencana nakal muncul dipikirannya.

Arzan naik dari kolam.

"Nona, aku perhatikan sejak tadi anda memperhatikanku? Apa ada masalah?" tanya Arzan.

Kara tak menjawab, ia malah semakin menutupi wajahnya. Arzan yang mulai penasaran langsung menarik topi miliknya sampai lepas dari kepala wanita itu.

"Apa-apaan kamu?" protes Kara kesal.

"Kenapa wajah cantik seperti ini ditutup-tututpi?" tanya Arzan menyadarkan Kara.

Kara langsung membuang muka.

Arzan tertawa menanggapi ucapannya, "Heh, aku perhatikan kamu terus mengintip ke arahku. Tidak usah munafik, kamu pasti menikmati memandang badanku yang atletis."

Kara memutar bola mata jengah, "Dih, geer!"

Arzan memdekat lalu menarik kacamata Kara untuk mengerjainya. Mata Kara membulat kesal. Namun, Arzan jadi diam sejenak. Ia seperti familiar dengan mata milik wanita di depannya.

"Dimana aku melihatnya? Aku seperti mengenal mata itu," batin Arzan tidak yakin.

Kara merebut kacamatanya lalu memungut topinya yang terjatuh. Ia menggerutu kesal dengan tingkah lelaki itu.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Arzan ingin memastikan.

"Gak!" Kara langsung pergi dari hadapan Arzan yang masih kebingungan.

***

Kara duduk di kursi taman. Menunggu targetnya lewat. Taman tersebut pasti dilewati orang-orang saat kembali dari kolam renang menuju kamar penginapannya. Beberapa kali ia menggerutu kesal karena tadi malah ketahuan. Apalagi sempat ada drama pelukan segala. Meski tidak menyukai lelaki itu, Kara masih perempuan normal yang merasakan sesuatu saat dipeluk lelaki tampan itu. Apalagi Arzan seperti mengenali matanya karena kejadian pelemparan telur busuk waktu itu. Kedepannya ia akan lebih berhati-hati agar tidak ketahuan lagi.

"Arzan, tunggu aku!"

Seorang wanita terlihat mengejar Arzan yang melangkah terlalu cepat. Ia berusaha mengsejajarkan langkah dan menggandeng lengan Arzan.

"Bukannya itu, perempuan yang tadi ada restoran. Wah, pasti ada sesuatu diantara mereka."

Kedua orang tersebut melewati taman. Kara segera mengikutinya dari belakang. Ia curiga dengan hubungan keduanya. Apalagi wanita itu terlihat sangat manja pada Arzan.

"Semoga kali ini aku mendapat bukti yang jelas."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status