Share

Aktor Buaya

Kamar bernuansa putih yang ditempati seorang wanita terlihat begitu gelap meski matahari di luar masih terik. Ia menutup jendela dan gordennya rapat-rapat. Pintunya ia kunci agar tidak sembarang orang bisa masuk kamarnya. Seorang wanita duduk di kursi belajarnya dengan sebuah komputer di depannya yang berada di atas meja. Matanya fokus menatap layar komputet. Tangannya memegang mode untuk mengarahkan kursor.

"Cih, setiap bulan dia selalu berganti pasangan. Snapgram-nya pun dipenuhi kedekatannya dengan teman perempuannya. Dasar, buaya!"

Layar komputer menunjukan sebuah sosial media milik seorang aktor. Kebanyakan fotonya mengenai kegiatan kesehariannya dan juga pekerjaannya. Beberapa kali ia juga memposting fotonya dengan perempuan yang berbeda-beda. Biasanya dibubuhi caption yang mengatakan mereka hanya teman. Aktor itu dikenal memiliki banyak teman perempuan dan sering dirumorkan berpacaran saat dekat dengan beberapa artis, tapi tidak pernah dikonfirmasi oleh Aktor tersebut.

Wanita itu menekan keyboard dan mengetik beberapa kalimat pada foto terakhir yang diposting lelaki itu.

"Dasar, laki-laki buaya. Suka mainin perempuan. Gak pantas dijadiin idola. Mending out aja dari dunia hiburan!" ketik wanita itu di kolom komentar menggunakan akun anonim miliknya.

Beberapa menit kemudian komentar yang ditulisnya langsung ramai oleh balasan para penggemar Aktor tersebut. Mereka langsung menyerang wanita itu dengan jawaban beruntun. Tidak terima idola mereka dihina. Wanita itu tak tinggal diam, ia juga membalas komentar orang-orang. Senyumnya mengembang saat terdapat beberapa orang yang setuju dengan komentarnya.

"Kara, apa kamu sudah makan? Sejak tadi kamu di kamar terus," terdengar suara ketukan beserta teriakan ibunya dari luar kamar.

Wanita itu menoleh, "Iya, Ma! Bentar!"

"Cepat turun makan!! Mama tunggu!'

Terdengar suara langkah yang menjauh dari ruangannya. Wanita bernama Kara itu kembali menatap layar komputernya. Beberapa DM masuk di akunnya. Kebanyakan berisi hujatan yang tidak terima akan komentar yang dibuat oleh wanita itu.

"Aduh, fanatik banget sih fans-fans aktor buaya itu. Kebanyakan bocil lagi yang DM."

Kara membuka satu persatu DM yang masuk. Beberapa kali ia tertawa membacanya karena menurutnya lucu saja melihat pembelaan para penggemar lelaki itu.

"Jangan hina-hina idolaku!"

"Pasti kamu mau pansos kan karena idolaku terkenal dan kamu enggak."

"Kamu pasti iri dengan kesuksesan idolaku. Makanya kamu komen aneh-aneh di akun Arzan."

"Dasar, akun fake. Beraninya bersembunyi dibalik akun tanpa foto."

Itulah beberapa isi Chat yang masuk. Mereka marah-marah dan tidak terima idolanya dihina.

"Tunggu saja! Akan aku buktikan bahwa Aktor itu memang buaya. Mentang-mentang dia tampan, fans-nya jadi mewajarkan jika dia dekat dengan banyak wanita."

Kara kembali membuka DM-DM yang menghujatnya. Namun, salah satu DM menarik perhatiannya karena berisi dukungan untuknya. Orang itu mendukungnya dan mengatakan bahwa ia setuju dengan komentar Kara mengenai Aktor tersebut. Ia memeriksa profil akun itu, tapi ternyata akunnya diprivasi. Sebuah chat kembali masuk dari orang itu yang memberikannya sebuah informasi penting.

"Tadi aku melihat laki-laki yang mirip Aktor Arzan di sebuah hotel bintang lima. Ia bersama seorang perempuan. Sepertinya orang yang bersamanya itu adalah perempuan bayaran," tulis akun tersebut.

Kara menganga tak percaya, "Benarkah? Apa kamu bisa dipercaya?" tulisnya ragu 

"Aku tidak berbohong!" Akun tersebut mengirimkan sebuah foto dua orang laki-laki dan perempuan dari belakang.

Kara memperbesar foto itu untuk memastikannya. Meski sedikit buram, postur tubuh laki-laki di dalam foto mirip dengan Aktor Arzan. Gaya rambutnya juga sama. Kara tersenyum lebar karena yakin bahwa orang yang di dalam foto memang Arzan.

"Orang-orang tidak akan mudah percaya kalau itu Arzan. Sepertinya aku harus mencari bukti yang kuat," gumam Kara.

Kara kembali mengetik pesan lalu mengirimkannya pada orang tadi. Ia meminta alamat hotel tersebut agar ia bisa memastikannya sendiri dan mencari bukti agar orang-orang tahu busuknya Aktor itu. Kara berseru girang saat berhasil mendapat alamat hotel yang ditempati Arzan dan perempuan bayaran tersebut.

"Tamat riwayatmu, Arzan!"

***

Kara berdiri di depan sebuah gedung hotel berbintang lima. Ia berjalan masuk melewati lobi hotel. Ia segera menuju meja resepsionis hotel. Terdapat beberapa staf yang berjaga disana. Mereka langsung menyambut kedatangan Kara. Kara menoleh kesana-kemari untuk memeriksa apakah orang yang dicarinya ada disekitarnya.

"Ada yang bisa kami bantu, Nona?"

Kara mendekat ke meja resepsionis, "Apakah tamu di kamar 210 sedang berada di kamarnya?" tanyanya memelankan suara.

Staf hotel yang mendengarnya saling pandang curiga. Mereka tentu tahu siapa orang yang memesan kamar nomor 210. Mereka menatap Kara penuh selidik, takut jika ia berniat melakukan hal buruk.

"Eh, maksud saya adalah apakah kamar nomor 210 kosong atau tidak? 210 itu nomor kesukaan saya. Jadi saya mau memesan kamar itu jika kosong," elak Kara berusaha agar tak terlihat mencurigakan.

"Mohon maaf, nona. Kamar nomor 210 sudah dibooking orang lain," jawab staff hotel.

"Siapa?" tanya Kara penasaran.

"Mohon maaf, kami tidak bisa memberitahu data pribadi tamu kami."

Kara menghela nafas kecewa. Dari yang dikatakan informannya, orang itu mendengar Arzan memesan kamar nomor 210. Kara semakin yakin bahwa Aktor itu memang ada di hotel ini. Ia harus mencari cara agar bisa bertemu dengan lelaki itu dan membuktikan tuduhannya.

"Eum, apa kamar nomor 211 masih kosong?" tanya Kara harap-harap cemas.

Staff hotel memeriksa terlebih dahulu.

"Kebetulan kamar dengan nomor 211 sedang kosong."

"Baiklah, aku pesan kamar itu."

Kara tersenyum lebar. Sepertinya keberuntungan sedang berada dipihaknya. Biasanya tak mudah memesan hotel di sini karena hotel ini adalah hotel terkenal dan selalu ramai.

Kara kembali menoleh kesana-kemari. Siapa tahu kebetulan orang yang dicarinya ada disekitarnya. Ia menoleh ke arah lift bertepatan saat pintunya terbuka. Seorang lelaki berkacamata hitam berjalan bak model catwalk keluar dari lift. Kara menganga melihatnya. Keberuntuntungan benar-benar berpihak padanya. Orang yang dicarinya tepat berjalan melewatinya.

"Bentar yah, Mbak! Saya ada urusan!"

Kara langsung pergi mengikuti Arzan dari belakang. Lelaki itu berjalan seorang diri. Ia tidak terlalu khawatir disini karena tidak sembarang orang bisa berada di hotel ini. Arzan bisa bebas berjalan tanpa tim keamanan di tempat ini.

Kara terus mengikutinya dari belakang. Ternyata lelaki itu masuk ke restoran yang ada di hotel ini. Arzan menghampiri meja dimana lima temannya sedang menunggu dirinya. Kara mengerutkan kening bingung.

"Kalau dia kesini sama perempuan bayaran, ngapain bareng teman-temannya juga?" Kara jadi bingung sendiri karenanya. "Atau jangan-jangan dia sama teman-temannya sama saja. Masing-masing nyewa perempuan bayaran?"

Kara memperhatikan interaksi Arzan dengan teman-temannya. Mereka terlihat mengobrol dan tertawa bersama. Kara masuk ke dalam restoran dan duduk di tempat yang tidak jauh dari meja Arzan dan teman-temannya. Ia mengambil koran di atas meja dan pura-pura membacanya untuk menutupi wajah. Sesekali ia mengintip mereka.

Belum lama Kara disana, seorang perempuan seksi datang menghampiri meja Arzan dan teman-temannya. Baju tipis wanita itu membentuk lekuk tubuhnya. Belahan dadanya terlihat jelas.

Kara tersenyum penuh kemenangan, "Siap-siap kamu, Arzan!" bisiknya pelan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status