Share

Part 3

Alvon terbangun dari tidur nya setelah mendengar suara kicauan burung yang terdengar bersahutan dari luar.

Ia refleks meringis. Punggungnya terasa sakit setelah ia berhasil merubah posisinya menjadi duduk. Semalaman, Alvon memang memutuskan untuk tidur di sofa. Dan mungkin ini penyebab mengapa punggung nya terasa sakit.

Menyibak selimut, Alvon lantas segera bangkit. Matanya melihat pada tempat tidur, yang ia ketahui jika Cyra tidur disana, namun ternyata tidak.

Hingga tatapan Alvon jatuh pada sosok wanita yang meringkuk tidur di lantai, tanpa menggunakan alas maupun bantal.

"Cyra?" Gumam Alvon seraya menatap perut rata wanita itu. Alvon berfikir sejenak, namun kemudian menggeleng keras.

"Tidak! Kenapa aku harus peduli padanya? Biarkan saja jika dia ingin tidur di lantai dingin itu!"

Tanpa menatap Cyra kembali, Alvon langsung saja berjalan memasuki toilet.

Hingga sepeninggal Alvon, beberapa menit kemudian Cyra pun mengerjap dan membuka matanya.

"Aish, kenapa kepala ku sangat sakit?" Cyra segera duduk, kemudian memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. Apa mungkin ini efek karena tidur nya yang tidak benar?

"Apa Alvon sudah bangun?"

Cyra mengalihkan pandangannya kearah sofa, yang ternyata sudah tidak ada Alvon disana. Hingga kemudian terdengar lah suara gemericik air dari arah toilet. Cyra dapat menebak bahwa Alvon sedang mandi sekarang.

"Aku akan menyiapkan pakaian Alvon saja." Ujar Cyra sambil beranjak secara perlahan. Ia berjalan menuju lemari pakaian milik Alvon, dan mulai memilah-milih pakaian kantor yang cocok dikenakan oleh Alvon.

Setelah merasa puas dan suka dengan pakaian yang berada di tangan nya, Cyra lantas tersenyum lebar. Ia menyimpan pakaian itu diatas tempat tidur sebelum akhirnya bergegas keluar dari kamar.

***

Cyra menuangkan susu putih pada gelas milik Alvon. Diam-diam, Revani dan Tian mengamati nya sambil sesekali melempar senyum.

Ketika mendengar derap sepatu Alvon yang perlahan mendekat, Cyra segera pamit pada kedua mertua nya.

Dan Alvon, dengan santai nya ia duduk dan mulai mengambil dua helai roti kemudian mengolesi nya dengan selai. Padahal, sudah terlihat jelas di hadapan lelaki itu tertera sebuah piring yang sudah ada roti yang disiapkan oleh Cyra.

Di balik dinding, Cyra melihat itu semua. Tatapan nya berubah sendu. Pakaian yang tadi pagi ia siapkan, tidak di pakai oleh Alvon. Begitupun dengan roti nya yang juga tidak dimakan oleh Alvon.

Cyra menghela nafas sambil mengusap perut nya, "Kuat kan mama ya nak. Berkembang lah dengan sehat didalam sana, jangan nakal."

Cyra menghapus jejak airmatanya pelan. Entah, harus sampai kapan Alvon akan memperlakukan nya seperti ini.

Lumayan lama Cyra berdiam diri dibalik dinding, hingga kemudian ia melihat kearah meja makan yang ternyata Alvon hendak beranjak dari sana. Ia segera keluar dan berjalan menyusul Alvon.

"Al!" Panggil nya membuat Alvon menghentikan langkah sementara Revani dan Tian mengamati dari jauh.

Cyra tersenyum manis ketika dirinya berdiri di hadapan Alvon yang menatapnya datar.

"Hati-hati." Ujar Cyra kemudian meraih tangan Alvon, mencium punggung tangan nya.

Tanpa berkata, Alvon segera pergi meninggalkan Cyra. Cyra menatap punggung Alvon yang menghilang di balik pintu putih tersebut.

Tak apa walaupun Alvon tidak membalas ucapan nya, yang terpenting Alvon tadi tidak marah ketika ia memegang tangan nya.

Sebuah kebetulan, mungkin?

***

"Ini pembantu baru di rumah kita Cyra." Ujar Revani, memperkenalkan seorang wanita tiga puluh tahunan sebagai pembantu baru dirumah nya.

"Perkenalkan non, saya Ratih." Ratih tersenyum tipis pada Cyra, dan dibalas senyuman manis oleh wanita itu.

"Baiklah Ratih, mulai sekarang kamu sudah bisa bekerja di sini." Ujar Revani.

"Terimakasih nyonya."

"Iya. Kamar mu yang tadi saya tunjukkan itu ya."

"Iya nyonya, sekali lagi terimakasih. Saya permisi ke dapur dulu."

Revani lantas mengangguk. Ia menoleh kearah Cyra.

"Cyra?"

"Iya mah?"

"Hari ini mama ingin memeriksa butik, tidak apa kamu mama tinggal di rumah?"

"Tidak apa mah. Lagipula, sekarang kan sudah ada bi Ratih jadi aku tidak sendiri."

"Baiklah, mama tinggal dulu ya? Apa kamu ingin menitipkan sesuatu?"

"Tidak mah, terimakasih. Mama hati-hati ya."

"Iya nak, mama pergi dulu."

***

"ARRGH!! Sial!" Alvon mengacak rambut nya frustasi. Sejak tadi, yang memenuhi pikiran nya hanyalah Alice, Alice, dan Alice.

Ia teringat ketika kemarin Alice menghampiri nya ke kantor, dan melabrak nya perihal pernikahan nya dengan Cyra.

Alvon memang sengaja untuk merahasiakan ini semua. Namun apalah daya, mulut manusia tidak bisa di percaya.

Flashback on.

Alvon tersenyum manis melihat sang kekasih datang ke ruangan nya.

"Sayang, kenapa kamu tidak bilang jika ingin kemari? Tau gitu kan-“

Plak!

Wanita yang diketahui bernama 'Alice' itu menampar pipi sang kekasih lumayan keras. Kedua matanya mulai berair.

"Sayang, kenapa-“

"KAMU TEGA MEMBOHONGI KU AL! KAMU MENGKHIANATI KU! KENAPA KAMU TIDAK BILANG JIKA KAMU SUDAH MENIKAH?!"

"Sayang, apa maksud mu-“

"AKU BENCI PADA MU! Mana janji mu hah? Kamu bilang akan segera menikahi ku, namun apa? Kamu mengkhianati ku Al! Mengkhianati ku!" Suara Alice terdengar lirih di kalimat terakhir. Airmata nya semakin keluar banyak.

"Jika kamu sudah tidak cinta pada ku, katakan! Jangan seperti ini!" Alice menjeda, "Kita akhiri saja hubungan kita sampai disini."

Alvon dapat melihat kesedihan yang mendalam pada diri kekasih nya. Di peluk nya erat tubuh rapuh itu. Bahkan, semakin erat ketika Alice meronta meminta dilepaskan.

Flashback off.

Alvon menatap foto dirinya dan Alice yang tertera dilayar ponselnya.

"Maafkan aku Alice, maafkan aku.."

Alvon meremas ponsel nya frustasi. Bayang-bayang ketika Alice mengatakan bahwa ingin mengakhiri hubungan nya, terus saja berputar di kepala Alvon.

klek.

Alvon mengalihkan pandangannya kearah pintu. Seketika, matanya mengilatkan kebencian yang begitu mendalam ketika mendapati siapa yang datang.

Wanita itu. Wanita yang telah membuat hubungan nya dengan sang kekasih harus rela berakhir.

"Al aku..... ARRGH!!" Cyra, wanita itu refleks menjatuhkan jinjingan nya dan terkejut ketika dengan tiba-tiba Alvon mencekik nya kemudian membenturkan punggung nya pada dinding.

Cyra memegang tangan besar Alvon yang mencengkram kuat leher nya. Kedua mata nya mulai berkaca-kaca.

"Al.. le.. lepas.."

"WANITA SIALAN! KARENA KAMU! KARENA KAMU HUBUNGAN KU DENGAN ALICE BERAKHIR!"

Cyra menangis. Cengkraman Alvon pada leher nya begitu kuat. Ia bahkan hampir kehabisan nafas.

"Al.. to.. tolong.."

Alvon tertawa sinis melihat wajah Cyra yang mulai memerah. Bahkan, ia tidak memperdulikan airmata Cyra yang menetes mengenai tangan nya.

"Al.. ak.. aku ti..dak bi..sa.."

Duk!

Dengan tega nya Alvon membenturkan kepala Cyra pada dinding seraya melepas cengkraman nya. Lelaki itu menatap Cyra sekilas, sebelum akhirnya keluar dari ruangan.

Tubuh Cyra meluruh ke bawah. Airmata nya semakin banyak keluar. Memegang leher, ia spontan meringis merasa sakit.

Mengapa Alvon tega memperlakukan nya seperti ini?

"Hiks, hiks, kamu sangat jahat Al.."

Cyra menatap sendu pada makanan yang ia bawa untuk Alvon yang berserakan di lantai. Seakan tidak memperdulikan siapa wanita yang Alvon peluk kemarin, Cyra memang berinisiatif untuk mengirimkan Alvon makan siang hari ini.

Namun, apa? Lagi lagi luka yang Cyra dapatkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status