Share

Bab 6

Author: Sherra Bee
last update Last Updated: 2024-06-03 23:25:12

“Makan dulu, Ay.”

Arhan terus mengetuk pintu yang terkunci. Wanita yang tersentak karena teriakan Arhan itu masih enggan berhadapan langsung dengannya.

“Kata Bi Ida semalem kamu juga nggak makan. Makan dulu, Sayang. Kalau kamu nggak mau bareng aku nggak apa-apa. Nanti aku makan kalau kamu udah selesai.”

Lelaki dengan wajah basah karena baru sempat mencuci muka itu bersandar dengan salah satu bahunya. Kemarahan Namira ternyata sulit diredakan. Tapi ini memang salahnya.

Beruntung hari ini ia tidak perlu pergi bekerja, jadi seluruh atensi dan waktu akan ia gunakan untuk mengembalikan suasana rumah kembali hangat.

Ketukan Arhan melemah sebab usahanya tak ada respon. Tapi suaranya tetap mengudara menembus pintu meskipun pelan. “Ay. Makan dulu, Sayang.”

“Kamu aja duluan yang makan,” timpal Namira dengan sedikit berteriak.

“Aku nggak mau makan kalau kamu nggak makan,” Arhan balik menjawab dengan teriakan.

Lelaki yang masih bersandar pada pintu itu kembali pasrah ketika ia tak lagi mendengar suara sang istri. Padahal ia berharap dengan begitu Namira akan segera keluar. Selama ini Namira tak suka jika ia melewatkan makan, terlebih itu adalah sesuatu yang sudah istrinya sediakan.

Pintu terbuka ketika langkah Arhan sedikit menjauh, hendak pergi dan menunda usaha membujuk sang istri.

“Berisik! Elio lagi tidur,” ucapnya seraya melengos pergi.

Keduanya turun dengan Arhan yang membuntuti setiap langkah Namira. “Aku nggak tau kalau El lagi tidur, Ay. Maaf.”

Lagi-lagi Namira tak menjawab, wanita yang sudah mengganti bajunya itu menghampiri meja pantry. Semua makanan dingin. Terpaksa ia hangatkan lagi.

Selang beberapa lama, semuanya sudah kembali tertata rapi dengan wadah yang berbeda. Tangannya gesit mengambil nasi dan beberapa lauk.

“Ngapain diem di situ? Sini makan dulu,” ujar Namira memberi gestur untuk mendekat melalui mata dan gerakan kepala.

Arhan duduk setelah mendapat perintah. Sejak istrinya keluar kamar, ia tak berani mendekat. Lelaki itu menjaga jarak, membantu pun rasanya hanya akan terkena omelan sang istri.

“Sayang tentang masalah kemaren …”

“Udahlah nggak usah dibahas.”

Arhan menaruh sendok, kali ini ia geram dengan sikap Namira yang menganggap remeh bahkan dibiarkan menggantung tanpa penyelesaian. Padahal sudah jelas masalah ini sangat berdampak pada hubungan mereka.

“Nggak bisa gitu. Aku udah cek CCTV. Jadi aku udah tau apa yang kamu masalahin.”

Namira mengangkat kepala, menatap suaminya. kemudian berujar, “Sepele, ‘kan?”

Lelaki itu menggeleng. “Nggak ada yang sepele Sayang kalau kamu sampe diemin aku kayak gini.”

Namira tak lagi menggubris, ia hanya kembali sibuk menyantap makanannya tanpa selera. Sedangkan Arhan menatap dengan saksama air muka sang istri yang kentara kesal.

Arhan simpan tangannya di kedua sisi piring. “Aku minta maaf karena lambat dan nggak peka. Posisi aku sama Bianca kemaren, aku beneran nggak sadar, Sayang.”

“Nggak sadar matamu!” Namira mengejek segala perkataan sang suami. Wanita itu jelas tak percaya.

“Beneran, Sayang. Aku cuman fokus ke komputer aja.”

“Cih! Udah jelas tuh belahan dada depan mata. Mana mungkin dibiarin lolos.”

Setiap kata-katanya ketus dan menusuk, tentu tepat sasaran sampai membuat Arhan kelabakan.

Kini mata mereka bertemu. Sorot memancarkan keberanian. “Kalau beneran kamu cuman fokus ke komputer aja. Berarti boleh dong aku liat CCTV-nya.”

Arhan melepas tautan. Ia sudah tertangkap basah. Mau bagaimanapun ia mengelak, pada akhirnya akan berujung tak berdaya untuk membalas.

“Kenapa? Nggak bisa? Atau jangan-jangan bukan cuman itu yang kamu lakuin sama Bianca?”

“Aku nggak sampe segitu-nya, ya, Ay.” Arhan menepis segala tuduhan jelek Namira terhadapnya. Sepasang mata itu menyiratkan tidak setuju. Ia memang tak melewatkan apa yang istrinya sebutkan. Tapi melakukan di luar itu rasanya tuduhan Namira berlebihan.

“Ngaku juga akhirnya.”

“Aku emang ngeliat sekilas, tapi bukan berarti terus-terusan aku nikmati. Apalagi sampai berbuat hal yang enggak-enggak.”

“Baguslah.”

“Kemaren aku nyuruh kamu agak siangan ke kantor karena emang takut kamu nunggu lama aja.”

“Biasanya juga kayak gitu. Kamu nggak pernah bilang apapun, aku pun nggak protes apa-apa. Tapi tiba-tiba kamu khawatir aku nunggu lama? Nggak masuk akal tau.” Setiap ucapannya disertai tangan yang terus bergerak. Memberikan gestur tak percaya, menepis segala pembelaan.

Arhan terdiam. Setiap kata yang terlontar dari mulut sang istri beserta emosi yang keluar tak akan ia tahan. Biarkan semuanya tumpah ruah, melonggarkan segala sesak yang mengikat.

“Coba kamu suruh Bianca pake baju lebih sopan lagi, Mas. Atau emang itu kemauan kamu supaya dia pake bajunya kayak gitu?”

Arhan sebatas menggeleng untuk merespon.

“Kalau bisa ganti ajalah. Mau aku cariin sekretaris baru? Yang cowok.”

“Aku nggak bisa pecat karyawan gitu aja, Ay. Apalagi kalau kerja mereka bagus. Bukannya itu nggak profesional?”

Berbeda dengan Namira yang menggebu ketika berbicara, seolah menyuruh Arhan mengakui segala tuduhannya. Arhan justru masih menjaga intonasi untuk tetap tenang dan pelan, tanpa meninggikan suara.

“Bagus buat nemenin kamu,’kan?”

Ucapan Namira kali ini terlalu sarkas, hingga membuat Arhan yang semula tak ingin membalas, merasa jengah juga pada akhirnya.

“Cukup, ya, Mir! Aku udah nahan-nahan biar nggak ikutan emosi juga. Tapi kamu nuduh aku yang enggak-enggak terus. Lama-lama cape juga tau.”

“Kamu pikir aku nggak cape kayak gini?” Air mata lolos membasahi pipi, jatuh tepat ke atas piring yang masih kosong.

“Aku juga cape, Mas.” Kini suaranya parau dan bergetar disertai tangisan. Wajahnya ia tutupi dengan kedua telapak tangan. Menunduk lemas. Energinya hampir habis. Dadanya naik turun. Namira kesulitan mengatur napas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 149

    Perjalanan pulang mereka setelah menyelesaikan urusan dengan Pak Ato ditemani dengan kerutan di wajah Namira yang sejak tadi mencoba mengingat sesuatu yang rasanya ada yang kurang.Keluhan tak hentinya Arhan dapatkan dari sang istri yang meminta membantunya untuk mengingat. Bagaimana mungkin ia tahu apa yang dimaksudkan oleh Namira, sementara wanita itu saja tidak tahu apa yang tengah dicarinya.Arhan mulai frustrasi menghadapi wanita di sampingnya. “Coba jelasin tentang apa?” tanyanya seraya fokus pada kemudi dan jalanan yang cukup padat.“Tentang masalah kita ini. Kayak masih ada sesuatu yang harus kita selesaian, Mas.”“Apa? Semuanya udah kita tangani, Sayang. Iyan, Raya, Pak Ato, nggak ada lagi yang perlu dicemaskan. Fokus kita sekarang cuman rumah Papa sama Mama. Paling tinggal mikirin siapa yang bakal ngurusin kontrakan setelah Pak Ato berhenti.”Namira menggeleng pelan seraya masih berusaha mengingatnya dengan hati-hati. “Kalau masalah rumah sama kontrakan itu udah aku pikirin

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 148

    Hanya tinggal satu masalah lagi yang harus mereka selesaikan. Setelah beristirahat sebentar, Arhan dan Namira segera pergi ke rumah Pak Ato. Mereka berharap kali ini laki-laki paruh baya itu ada di tempat supaya dalam satu waktu semuanya tuntas.Mereka hanya pergi berdua. Elio dititipkan pada Bi Ida dan Pak Marwan di villa. Sepertinya akan membutuhkan waktu beberapa hari untuk mengembalikan rumah orang tua Namira kembali tampak bersih lagi dan layak huni. Jadi mereka semua akan tinggal di villa untuk sementara.Sebelum mereka memutuskan pergi menemui Pak Ato. Namira beserta Arhan sudah berbicara dengan Bima mengenai solusi dari masalah yang terjadi. Keputusan akhirnya sesuai kesepakatan bersama.Setelah menempuh jarak yang tidak begitu jauh, akhirnya mereka sampai di satu rumah dengan halaman tidak terlalu besar. Keduanya masuk dengan penuh harap. Arhan maupun Namira sengaja tidak menghubungi Pak Ato terlebih dahulu bahwa ada yang perlu dibicarakan secara langsung diantara mereka. Awa

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 147

    Entah pada kata yang mana, hati Iyan melembut sejenak mendengar permintaan maaf dari Raya. Namun tak lama ia kembali mengamuk. Dalam kesadarannya mendadak tak terima jika ia mengampuni wanita itu dengan mudah. Padahal ini sudah berlangsung bertahun-tahun.Iyan berteriak. Menepis tangan Arhan yang mencoba menahan untuk tak kembali menerjang Raya. Laki-laki itu berlalu pergi keluar sampai membuat Namira melongo dan meminta suaminya untuk mengejar sebab masalah mereka belum selesai. Rencana ini harus tetap berjalan bagaimana pun caranya.Saat Namira tengah meminta suaminya untuk melakukan sesuatu, Iyan kembali masuk dengan cara berjalan mundur. Di depannya ada dua orang bertubuh kekar yang menghadang langkah laki-laki itu yang akan meninggalkan villa.“Apa maksudnya ini?” tanya Iyan pada Arhan yang menyunggingkan senyum. Kini tubuhnya sudah sepenuhnya berbalik dan dua orang tak dikenal itu berdiri di belakangnya.Arhan memasukkan dua tangannya pada saku celana. “Siapa yang izinin kamu pe

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 146

    Iyan refleks berdiri. Ia menghadang Arhan yang berjalan mendekat ke arah mereka seorang diri. Laki-laki itu tahu alasan Namira kabur karena sang suami yang berselingkuh sehingga membuat wanita itu memilih pergi. Ia mencoba melindungi mantan kekasihnya dari suaminya, takut-takut akan menarik pulang dengan paksa apalagi melihat tengah bersama dengan dirinya.Mata kedua laki-laki itu bertemu, saling memandang dengan tatapan sengit penuh pertarungan lewat sorot yang tajam. Langkah Arhan begitu tegas, tapi tak membuat Iyan ciut hanya karena hal itu. Laki-laki itu justru semakin mengepalkan tangan yang terentang, menyembunyikan Namira beserta anaknya di balik punggung. “Kamu diem di situ aja. Biar aku yang hadapi dia.”Andai Namira tengah berada dalam huru-hara rumah tangga yang sebenarnya atau kejadian saat ini sesuai dengan yang Iyan pikirkan, sudah pasti ia terbuai dengan apa yang mantan kekasihnya itu lakukan.Sikap Iyan benar-benar mencerminkan seorang laki-laki pelindung, yang kebanya

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 145

    Karena tiba-tiba ada rencana yang harus dirubah sebab keberadaan Iyan yang tak di sangka-sangka ternyata ada di hotel yang sama dengan Namira. Wanita itu dengan spontan menjalankan rencana di luar yang sudah disepakati.Namira pikir, mengoptimalkan rencana untuk menggaet Iyan tanpa meninggalkan curiga adalah usaha untuk membuat laki-laki itu tetap ada dalam jangkauannya. Itu sebabnya ia meminta tolong pada sang mantan kekasih untuk mengantar dirinya ke villa.Semula Namira merasa bangga akan hal itu, tapi ternyata malah menjadi boomerang untuknya sampai semalaman terpikirkan beberapa kemungkinan buruk yang akan menimpa dirinya dan sang anak.Beruntung semalam Pak Marwan sudah mendapatkan kunci dari sang pemilik villa, jadi pagi ini Namira tinggal menempatinya saja tanpa dicurigai oleh Iyan.Sesampainya mereka di villa. Iyan dengan sigap membantu menurunkan barang-barang milik Namira. Dua tas jinjing di kedua tangannya bukanlah sesuatu yang merepotkan, beratnya saja tak terasa menurut

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 144

    Akhirnya mereka sampai pada hari di mana akan membungkam dan membuat Iyan dan Raya tak bisa berkutik lagi. Namira berharap semuanya berjalan lancar hari ini supaya bisa fokus pada hal lain yang tak kalah penting.Karena nyatanya masalah yang menimpa rumah tangganya bisa berpengaruh besar ke segala hal dalam hidup mereka, tak terkecuali dampak utamanya adalah hubungannya dengan Arhan.Berbicara tentang hari ini, semalam Namira sudah memberitahu Arhan semuanya mengenai pertemuan tak sengajanya dengan Iyan. Memang ia tak tahu apa yang sebenarnya mantan kekasihnya itu lakukan di Bandung.Namun mengingat laki-laki itu memang asli orang Bandung dan orang tuanya yang baru ia ketahui ternyata Pak Ato juga ada di kota yang sama dengannya saat ini. Jadi tidak menutup kemungkinan kalau salah satunya urusan Iyan adalah mengunjungi ayahnya.Jika diperkenankan untuk berpikir lebih luas lagi. Sebenarnya ada yang mengganggu pikiran Namira tentang keberadaan Iyan yang katanya baru sampai kemarin. Apa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status