Share

Another

Kunci pintu diputar oleh Alya. Menyimpan benda kecil itu di balik tas selempang berwarna baby brown yang ia dapat sebagai hadiah pernikahan dari salah satu sahabatnya. Dia memastikan bahwa pintu dan pagar rumah telah terkunci rapat sekali lagi sebelum menaiki motor dan menyalakannya. Menarik gas kanan agar benda yang sudah akrab dalam kehidupan manusia sebagai kendaraan itu melaju perlahan.

Hari ini dia mulai masuk kuliah lagi setelah cuti selama dua minggu. Jurusan bahasa inggris semester 3 akan dia jalani dengan status baru. Sebagai istri lelaki yang dia kagumi sejak SMA. Wanita bermata bulat itu tersenyum ketika cincin silver menyapa di antara jemarinya. Cincin kawin yang tersemat di jari manis membuatnya sangat bahagia. Sebuah bukti nyata bahwa pernikahannya dan mas Atha benar-benar terjadi.

Gedung besar salah satu universitas di Surabaya telah di masukinoleh wanita berkulit putih itu. Riuh mahasiswa meramaikan beberapa tempat. Tak jarang dia melihat penjual makanan ringan nangkring di sisi-sisi jalan.

Alya memarkirkan motor hitam di tempat yang semestinya. Bersesakkan dengan motor mahasiswa lain. Setelah melepas helmet dan menaruhnya di bagian stir, wanita yang memakai baju biru muda sebetis dan celana hitam longgar itu segera beranjak menuju fakultasnya. FKIP bahasa.

Dia disambut oleh seorang wanita 20 tahun bersurai ikal hitam. Nafia namanya.

"Wah kemanten baru kok sudah berangkat?" Goda wanita 168 cm itu sambil mencubit pipi tembam Alya dengan gemas.

"Hehe..masa' aku harus libur terus. Nanti kelasnya sepi." Alya tertawa pelan. Melirik barisan bangku yang tertata rapi. Melambai pada beberapa mahasiswa yang telah hadir di sana kemudian mengambil duduk di barisan kedua dari belakang ,tepat di samping tempat duduk Nafia.

"Bagaimana?" Tanya wanita berpakaian serba abu-abu itu agak berbisik membuat kedua alis Alya bertaut bingung.

"Bagaimana apanya?" Tanya yang lebih pendek dengan wajah bingungnya.

"Mas Atha? Apa dia baik padamu? Dia pernah membentakmu? " tanya Nafia beruntun dengan nada penuh selidik.

Dia tahu betul bahwa mantan kakak kelasnya itu menikahi sang sahabat atas permintaan orang tuanya. Dan itu membuka sebuah kemungkinan bagi mas Atha untuk menyakiti Alya. Dan jika sampai hal itu terjadi, Nafia bersumpah dia akan menghajarnya dengan tangannya sendiri.

"No. Tentu saja tidak. Nafia. Dia lelaki yang baik." Alya agak memekik ketika menyanggah tuduhan Nafia atas suaminya. Membuat penghuni kelas yang lain menatapnya dengan pandangan bingung . Alya hanya tersenyum canggung mendapati tatapan demikian.

"Dia memang jarang bicara. Beda sekali dengan dirinya saat kuliah dulu Tapi dia tetap sangat baik." Ucap Alya diikuti helaan nafas.

"Mungkin dia belum bisa move on dari mantannya." Tambahnya lebih untuk diri sendiri.

Nafia mengangguk kemudian tersenyum. Yah...setidaknya dia tidak perlu menyiapkan jurus silatnya untuk menghajar Atha. Toh sepertinya lelaki itu cukup baik untuk sang sahabat.

"Oh iya. Katanya akan ada dosen baru lho. Dia masih muda dan sangat cantik." Nafia mengubah arah pembicaraan mereka.

Membuka gosip hangat terbaru dari sumber terpercaya tentunya. Alya memajukan bibir bawahnya dengan kedua alis bertaut. Pertanda bahwa dia bingung sekaligus penasaran.

"Benarkah? Memang ada apa dengan Mr. Erik?" Tanya Alya keheranan.

"Beliau harus balik ke Kanada. Masa mengajarnya sudah habis." Nafia mulai mengeluarkan beberapa buku yang dia bawa ketika banyak mahasiswa memasuki ruangan pertanda bahwa sang dosen sudah datang.

"Hm." Alya hanya bergumam. Jika bicara tentang bahasa inggris dia jadi teringat mantan pacar suaminya. Seingatnya dulu wanita yang pernah mengisi hati mas Atha atau mungkin masih mengisi hatinya sampai saat ini adalah mahasiswa jurusan bahasa inggris. Dia terkenal sangat pintar sampai mendapat banyak beasiswa. Berbeda sekali denganya yang hanya untuk masuk SNMPTN saja sudah harap-harap cemas.

Semua mahasiswa telah anteng di tempat duduknya masing-masing. Mendengarkan dosen matematika yang tengah mengajar. Lelaki berusia lanjut yang mengajarkan perhitungan njelimet dan kawan-kawannya itu menguap sejenak ketika mengajar. Membuat Alya berfikir. Yang mengajar saja mengantuk apalagi yang di ajar.

Dan wanita manis itu hanya tersenyum kecil melihat sahabatnya sudah berpindah dimensi. Ke dunia mimpi. Uniknya dia tertidur dengan posisi duduk. Menarik perhatian sang dosen untuk mendelik tajam.

Kelas berakhir dengan sedikit tetesan air yang tentunya setiap orang tahu apa itu dari mulut Nafia. Alya memberinya tissue agar sang wanita tomboy membersihkan wajahnya.

"Kamu bisa kena marah lho kalau keseringan tertidur di kelas." Ucap Alya sambil tertawa memberikan beberapa kertas kepada sang sahabat.

"Hh...semalam tidak tidur,mataku benar-benar berat." Nafia memberikan alasanya seraya mengambil arsip proposal baksos yang dia kerjakan semalaman dari tangan Alya. Dia berjalan sambil terhuyun-huyun tidak melihat seorang lelaki tengah berjalan dari arah yang berlawanan.

"Nafia awas ada o...rang." Alya menepuk jidatnya melihat Nafia menabrak seorang lelaki berjas hitam.

"Ah, maaf maaf. Saya tidak melihat." Nafia membungkuk beberapa kali pada lelaki yang tampak agak kesal.

"Lain kali buka mata anda." Tukas si lelaki dengan jutek. Mengambil beberap berkas yang berserakan kemudian beranjak pergi.

"Kan nabrak." Alya berucap sambil membersihkan debu di bagian lengan Nafia.

"Lho Ya. Proposal kita mana?" Nafia menyadari hilangnya kertas berharga dari tangannya.

"Pasti ikut terbawa orang tadi." Alya tampak panik yang membuat Nafia ikut panik.

"Ayo kita kejar."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status