Share

Membangun Cinta
Membangun Cinta
Penulis: Ely Adalia

Prolog

Aroma masakan menguar dari arah dapur. Suara piring-piring yang mulai di tata mengisi keheningan subuh. Sinar matahari belum juga menyapa dan semua hidangan telah dipersiapkan di atas meja makan. Seorang wanita muda berusia 20 tahunan tersenyum puas melihat hasil karyanya. Dia tahu sang suami akan berangkat kerja lebih awal. Jadi, wanita berhijab itu memasak lebih pagi.

Suara adzan subuh membangunkan sang suami secara otomatis. Lelaki 27 tahun itu beranjak dari ranjang dengan agak malas. Sedikit heran karena tak didapati kehadiran sang istri di sana. Tapi, lelaki 176 cm itu tak ambil pusing. Dia segera membersihkan diri dan bersiap ke masjid.

"Mas, sudah bangun." Sebuah majas retorik tanpa jabawan mengalun dari bibir plum wanita 157 cm yang tersenyum ceria.

"Mas mau ke masjid, ya. Jangan lupa bawa jaket ya, di luar sangat dingin." Senyumnya tak kunjung pudar. Semakin lebar malah sampai kedua matanya nyaris tertutup.

"Aku berangkat. Assalamualaikum. "Ucap lelaki yang berprofesi sebagai dokter itu dengan datar. Dia abaikan ucapan sang istri untuk memakai jaket.

Wanita bernama Alya itu menghela nafas berat setelah sang suami meninggalkan rumah. Mengusap kedua matanya yang terasa berat. Ia berjalan ke arah kamar. Mengambil wudhu dan melaksanakan sholat.

****

Langkah kaki panjang membawa lelaki bersongkok putih ke sebuah rumah sederhana di sisi kanan jalan. Matanya menatap lampu jalan yang masih menyala sebagai sumber penerangian. Terdiam sejenak sambil menghela nafas berat.

Kali ini bola matanya tergelincir untuk melihat pintu rumah berwarna putih yang masih tertutup. Ia ragu untuk masuk ke rumah yang ia beli dua bulan lalu setelah ia menikahi seorang gadis yang dijodohkan untuknya.

Lelaki bernama Atha itu kembali melanjutkan perjalanan. apapun yang ia lakukan takkan merubah apa yang akan terjadi. Dia sudah menikahi wanita pilihan orang tuanya. Meninggalkan sang kekasih yang kini entah ada di mana.

Daun pintu terbuka menampakkan wajah seorang wanita muda yang tersenyum malu-malu. Menarik tangan Atha kemudian mencium punggung tangannya.

"Mas Atha, aku sudah menyiapkan sarapan dan bekal. Sekarang mas bisa bersiap-siap." Alya, nama wanita setinggi bahu Atha masih mempertahankan senyumannya sementara lelaki yang dituju hanya menatapnya datar.

Dia segera meninggalkan Alya. Melangkah ke kamar mereka untuk segera bersiap-siap ke rumah sakit.

Di sisi lain Alya menanti sang suami di ruang keluarga. Senyumnya tak bisa lepas dari bibir membayangkan bahwa untuk pertama kali orang yang ia cintai akan merasakan masakannya. Perlu digaris bawahi untuk pertama kali. Jantungnya benar-benar berdebar membayangkannya.

Deguban jantungnya semakin kencang ketika sang suami terlihat datang dari arah kamar. Berjalan pelan ke arahnya dengan wajah datar tentunya. Alya tidak terkejut. Dia tahu bahwa lelaki yang lebih tua darinya 7 tahun itu menikahinya atas dasar keterpaksaan. Toh Alya tertap bahagia karena bisa bersama dengan orang yang dicintainya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status