Share

Ingin Menguasai

Bab 5

"Silakan suruh anakmu menceraikanku!" aku tersenyum.

Ibu menghentakkan kaki dan mengajak Anggi pergi dari rumah.

(Rumahnya ngontrak tapi punya mobil, itulah kalau mikir gengsi. Mana uang hasil ups! Kalau aku mending beli rumah dulu, kendaraan roda 4 menyusul.)

Status fesbuk Mbak Hana lewat berandaku. Pasti dia sedang menyindirku, apa jadinya kalau dia tahu aku sudah membeli rumah yang cukup mewah untuk ukuran orang di sini, masih bisa ngatain.

Sekarang belum kubalas, nanti saja setelah aku pindah akan kufoto rumah itu dan memajangnya di sosial media. Sesekali melihatkan pencapaian.

[Atau hasil pesugihan kali ya] Anggi mengomentari status Mbak Hana.

[Pesugihan Om-om wkwkk] Mbak Hana gercep sekali membalas komentar. Mungkin ini cara melampiaskan penyakit hati yang ia rasakan padaku.

[Kalau aku sih malu banget, rumah kontrakan murah tapi punya mobil. Apa gak mau ya punya rumah sendiri, makan aja masih pas-pasan!] Mbak Erly ikut mengomentari, dia masih tetanggaku di sini teman dekat Mbak Hana.

[Emang gak punya malu, yang penting gengsi nomor satu.] balas Mbak Hana.

[Tadi pagi loh masih belanja kangkung sama tempe!] Mbak Erly kembali membalas. Kebetulan aku tadi bertemu dia saat di warung.

Puas-puaskan saja mereka menggunjingku di sosmed.

[Kenapa Mbak, kok kelihatan panas kali lihat mobil baru. Makanya kiapasan, atau beli AC sana kan kaya! Biar kamu adem hehe..] aku ikut mengomentari status Mbak Hana. Gatal juga kan jariku, mau ikut komentar.

[Kamu beli mobil hasil jual diri aja, kok bangga cihh..!] balas Mbak Hana.

[Astagfirullah ini fitnah loh Mbak, bisa kena UU ITE. Aku screenshot ya, biar di laporkan.] aku tertawa geli sebenarnya sambil membalas komentar. Tak ada hal yang kubawa serius karena tuduhan Mbak Hana yang pikirannya gelap, selalu buruk anggapannya padaku.

5 menit kemudian status Mbak Hana sudah tak ada, apa dia ketakutan fan menghapus status itu. Sok keras sih, di ancama dikit ciut.

[Apa maksud komenmu itu, jangan macam-macam sama aku! Mimpi kamu bisa laporin aku, emangnya lapor gak pake uang, miskin belagu!] kini pesan W* dari Mbak Hana.

Benarkan ia ciut dan takut dengan komen tadi.

[Mbak lupa aku aja beli mobil cash, tentu aku punya uang!] balasku. Biar saja pamer pada orang tak tahu diri seperti Mbak Hana.

[Jika mau menuduhku tanpa bukti, aku laporkan ya Mbak. Hati-hati jika bicara, sekali lagi kamu fitnah aku, screenshot ini bisa membuatmu masuk penjara!] kembali kau mengirim pesan, inilah cara membungkam dia untuk tak fitnah aku terus menerus.

Mbak Hana hanya membaca dan tak membalasnya. Sekali di gertak saja takut.

Aku dan Nisa bersiap untuk pergi jalan ke Mall. Membawa Ibu dan adikku, agar mereka refreshing.

"Kamu mau kemana?" tanya Mas Hamdan yang keluar dari kamar juga sudah berpakaian rapi.

"Keluar Mas dengan Ibu, Riri dan Anwar," jawabku.

"Kemana kalian?"

"Jalan ke Mall, Ayah," ucap Nisa dengan senang.

Tak lama Ibu dan kedua adikku datang.

Melihat kedatangan keluargaku Mas Hamdan bahkan acuh, tak ada menyalami Ibu mertuanya. Dia memang seperti itu pada keluargaku, seperti tak di anggap.

"Ini War, kunci mobilnya," aku menyerahkan kunci mobil pada adikku yang kini sudah berusia 22 tahun itu.

"Aku gak mengizinkan kamu keluar Nas, kenapa kamu mau main pergi aja!" Mas Hamdan bicara dengan nada marah dan sinis.

"Sesekali Mas, aku keluar dengan keluargaku. Selama ini kamu juga sering mengajak liburan keluargamu tanpa mengaja aku dan Nisa, kami juga ingin refreshing walau hanya ke Mall," Mas Hamdan kembali dengan ke egoisannya.

"Anwar berikan kunci mobil itu!" Mas Hamdan mendesak Anwar memberikan kunci mobil pada nya.

"Mas, jangan egois sama Mbak Nasna!" ujar Anwar.

"Diam kamu, jangan berani menegurku!" Mas Hamdan menunjuk Anwar dengan tatapan nyalang.

Ibu menggenggam tanganku. "Nas, kita pergi kapan-kapan aja. Suamimu marah," ucap Ibu yang memang tak mau rumah tanggaku ribut.

Ponsel Mas Hamdan berdering ia menjawab panggilan telepon.

"Iya Bu, aku udah mau kesana," ujarnya dan mengakhiri sambungan telepon, sepertinya Ibu mertua yang menelpon.

"Berikan kuncinya, aku sudah janji mau mengantar keluargaku kondangan tempat Bude Suci," Mas Hamdan kembali mendesak Anwar.

"Jadi kamu mau membawa mobilku untuk mengajak keluargamu, tidak bisa. Kalian pergi saja naik motor! Aku mau keluar dengan keluargaku kamu tak usah menghalangi, Mas!"

"Hartamu itu juga milikku, jadi aku juga berhak menggunakannya. Lebih baik mulai sekarang kunci mobil serahkan padaku, percuam juga kamu tak bisa menyetir. Dari pada kamu gunakan untuk senang-senang dengan keluargamu!"

"Hamdan, lama banget sih. Aku dah siap dari tadi!" terdengar suara Mbak Hana dari depan rumah.

"Nisa, aku mau pergi naik mobil baru!" ucap Gina meledek Nisa dan berdiri di depan pintu, dengan mengenakan dress warna pink.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Siti Aminah
ah nasnanya kok bodoh suami dan kluarnya kya gtu lawan aj jgn mau ngalah nasna suami gtu tinggalin aj
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status