Share

Ingin Menguasai

Author: Devidee17
last update Last Updated: 2022-06-25 14:08:31

Bab 5

"Silakan suruh anakmu menceraikanku!" aku tersenyum.

Ibu menghentakkan kaki dan mengajak Anggi pergi dari rumah.

(Rumahnya ngontrak tapi punya mobil, itulah kalau mikir gengsi. Mana uang hasil ups! Kalau aku mending beli rumah dulu, kendaraan roda 4 menyusul.)

Status fesbuk Mbak Hana lewat berandaku. Pasti dia sedang menyindirku, apa jadinya kalau dia tahu aku sudah membeli rumah yang cukup mewah untuk ukuran orang di sini, masih bisa ngatain.

Sekarang belum kubalas, nanti saja setelah aku pindah akan kufoto rumah itu dan memajangnya di sosial media. Sesekali melihatkan pencapaian.

[Atau hasil pesugihan kali ya] Anggi mengomentari status Mbak Hana.

[Pesugihan Om-om wkwkk] Mbak Hana gercep sekali membalas komentar. Mungkin ini cara melampiaskan penyakit hati yang ia rasakan padaku.

[Kalau aku sih malu banget, rumah kontrakan murah tapi punya mobil. Apa gak mau ya punya rumah sendiri, makan aja masih pas-pasan!] Mbak Erly ikut mengomentari, dia masih tetanggaku di sini teman dekat Mbak Hana.

[Emang gak punya malu, yang penting gengsi nomor satu.] balas Mbak Hana.

[Tadi pagi loh masih belanja kangkung sama tempe!] Mbak Erly kembali membalas. Kebetulan aku tadi bertemu dia saat di warung.

Puas-puaskan saja mereka menggunjingku di sosmed.

[Kenapa Mbak, kok kelihatan panas kali lihat mobil baru. Makanya kiapasan, atau beli AC sana kan kaya! Biar kamu adem hehe..] aku ikut mengomentari status Mbak Hana. Gatal juga kan jariku, mau ikut komentar.

[Kamu beli mobil hasil jual diri aja, kok bangga cihh..!] balas Mbak Hana.

[Astagfirullah ini fitnah loh Mbak, bisa kena UU ITE. Aku screenshot ya, biar di laporkan.] aku tertawa geli sebenarnya sambil membalas komentar. Tak ada hal yang kubawa serius karena tuduhan Mbak Hana yang pikirannya gelap, selalu buruk anggapannya padaku.

5 menit kemudian status Mbak Hana sudah tak ada, apa dia ketakutan fan menghapus status itu. Sok keras sih, di ancama dikit ciut.

[Apa maksud komenmu itu, jangan macam-macam sama aku! Mimpi kamu bisa laporin aku, emangnya lapor gak pake uang, miskin belagu!] kini pesan W* dari Mbak Hana.

Benarkan ia ciut dan takut dengan komen tadi.

[Mbak lupa aku aja beli mobil cash, tentu aku punya uang!] balasku. Biar saja pamer pada orang tak tahu diri seperti Mbak Hana.

[Jika mau menuduhku tanpa bukti, aku laporkan ya Mbak. Hati-hati jika bicara, sekali lagi kamu fitnah aku, screenshot ini bisa membuatmu masuk penjara!] kembali kau mengirim pesan, inilah cara membungkam dia untuk tak fitnah aku terus menerus.

Mbak Hana hanya membaca dan tak membalasnya. Sekali di gertak saja takut.

Aku dan Nisa bersiap untuk pergi jalan ke Mall. Membawa Ibu dan adikku, agar mereka refreshing.

"Kamu mau kemana?" tanya Mas Hamdan yang keluar dari kamar juga sudah berpakaian rapi.

"Keluar Mas dengan Ibu, Riri dan Anwar," jawabku.

"Kemana kalian?"

"Jalan ke Mall, Ayah," ucap Nisa dengan senang.

Tak lama Ibu dan kedua adikku datang.

Melihat kedatangan keluargaku Mas Hamdan bahkan acuh, tak ada menyalami Ibu mertuanya. Dia memang seperti itu pada keluargaku, seperti tak di anggap.

"Ini War, kunci mobilnya," aku menyerahkan kunci mobil pada adikku yang kini sudah berusia 22 tahun itu.

"Aku gak mengizinkan kamu keluar Nas, kenapa kamu mau main pergi aja!" Mas Hamdan bicara dengan nada marah dan sinis.

"Sesekali Mas, aku keluar dengan keluargaku. Selama ini kamu juga sering mengajak liburan keluargamu tanpa mengaja aku dan Nisa, kami juga ingin refreshing walau hanya ke Mall," Mas Hamdan kembali dengan ke egoisannya.

"Anwar berikan kunci mobil itu!" Mas Hamdan mendesak Anwar memberikan kunci mobil pada nya.

"Mas, jangan egois sama Mbak Nasna!" ujar Anwar.

"Diam kamu, jangan berani menegurku!" Mas Hamdan menunjuk Anwar dengan tatapan nyalang.

Ibu menggenggam tanganku. "Nas, kita pergi kapan-kapan aja. Suamimu marah," ucap Ibu yang memang tak mau rumah tanggaku ribut.

Ponsel Mas Hamdan berdering ia menjawab panggilan telepon.

"Iya Bu, aku udah mau kesana," ujarnya dan mengakhiri sambungan telepon, sepertinya Ibu mertua yang menelpon.

"Berikan kuncinya, aku sudah janji mau mengantar keluargaku kondangan tempat Bude Suci," Mas Hamdan kembali mendesak Anwar.

"Jadi kamu mau membawa mobilku untuk mengajak keluargamu, tidak bisa. Kalian pergi saja naik motor! Aku mau keluar dengan keluargaku kamu tak usah menghalangi, Mas!"

"Hartamu itu juga milikku, jadi aku juga berhak menggunakannya. Lebih baik mulai sekarang kunci mobil serahkan padaku, percuam juga kamu tak bisa menyetir. Dari pada kamu gunakan untuk senang-senang dengan keluargamu!"

"Hamdan, lama banget sih. Aku dah siap dari tadi!" terdengar suara Mbak Hana dari depan rumah.

"Nisa, aku mau pergi naik mobil baru!" ucap Gina meledek Nisa dan berdiri di depan pintu, dengan mengenakan dress warna pink.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siti Aminah
ah nasnanya kok bodoh suami dan kluarnya kya gtu lawan aj jgn mau ngalah nasna suami gtu tinggalin aj
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Membungkam Mertua Dengan Penghasilanku   Tangisan Penyesalan

    PoV HamdanTangisan Mega tak kunjung mereda, ia terus menangisi putra kami yang sudah meninggal karena kelainan jantung. Bayi mungil itu hanya bertahan 3 hari saja, jujur sebagai Ayah aku juga merasakan sedih dan bersalah. Karena sikapku yang tidak baik pada Mega selama ia mengandung."Ini semua karenamu, anakku meninggal!" ucap Mega lirih di dalam tangisannya. Kata itu terus ia ulang, menyalahkan diriku."Kamu yang membuat anak kita meninggal, kamu tak pernah perhatian padaku ketika hamil dan memberiku tekanan," Mega terus saja,menyudutkan aku. Aku sadar telah mengabaikan Mega dan kehamilan nya. Tak bisa kubohongi jika perasaanku dan pikiran ini terus mengingat Nasna dan Nisa. Aku sangat cemburu dan sakit hati melihat kebahagiaan mereka dengan Arkan. Ingin rasanya aku mengganti tempat Arkan. Ya tempat yang seharusnya menjadi milikku setelah direbut oleh pria itu, dia telah merebut Ibu dari anakku. Apalagi Nissa memanggil Arkan dengan panggilan papa. Huhh semakin membuat telingaku s

  • Membungkam Mertua Dengan Penghasilanku   Akhirnya

    PoV Nasna"Arggghhh..!" terdengar jeritan kesakitan. Itu Naomi kan dia masih berani datang ke sini juga dan jatuh di lantai dapur.Naomi meringis menahan sakit, ternyata di lantai terlihat mengkilat, seperti tumpahan minyak. Beruntung aku belum masuk dapur, jika saja aku datang lebih dahulu pasti aku yang akan jatuh. Apa ini, kerjaan Rere? "Naomi?" Rere datang dan melihat keadaan temannya sudah terjatuh di lantai yang licin itu, karena minyak goreng. "Sakit, tolongin aku!" pekik Rere. Uhhh pasti sangat menyakitkan bokongnya yang mendarat duluan di lantai."Kenapa kamu bisa ke sini?" Rere ingin melangkah namun ia ragu dan kembali mundur. "Cepat tolong aku, ish!" pekik Naomi karena Rere hanya melihat dia yang masih terduduk di lantai merasakan kesakitan pada bagian tubuhnya, yang menghantam lantai dengan keras. Rere seperti kebingungan dan akhirnya mengulurkan tangannya, untuk menjadi pegangan Naomi. Naomi berusaha berdiri, tapi sepertinya lantai yang licin itu membuat dirinya sus

  • Membungkam Mertua Dengan Penghasilanku   Kedamaian

    Semenjak kejadian itu, memang Rere berubah baik. Tak ada mencari masalah denganku, sekarang aku juga sudah pindah ke rumah baru dengan Mas Arkan.Dan Mbak Hana yang meminta pekerjaan, aku sudah meminta izin pada Mas Arkan saat itu. Dan suamiku menyerahkan semua padaku, jika kasihan mau menerimanya bekerja. Aku memberi kesempatan pada Mbak Hana.Awalnya Mbak Hana bekerja dengan baik, walau ia sempat berhutang sebanyak 2 juta di minggu kedua bekerja. Alasan Mbak Hana meminjam uang itu, untuk berobat mantan ibu mertua. Aku pun memberikan pinjaman padanya. Tapi setelah pinjaman itu. Mbak Hana berhenti berangkat kerja, aku pernah mengirim pesan, karena hampir seminggu dia tak masuk, dan Mbak Hana justru memblokir nomorku setelah pesan berubah menjadi centang berwarna biru.[Nanti hutang nya juga aku bayar! Baru 1 minggu hutangin udah di tagih!] balasan pesan Mbak Hana 4 hari setelah memblokirku.Kenapa dia berpikir aku menagih hutang, padahal aku bertanya tentang dia bekerja lagi atau tid

  • Membungkam Mertua Dengan Penghasilanku   Akibatnya

    PoV (3)(3 bulan kemudian)----Hamdan sudah keluar dari jeruji besi. Kini ia bisa menghirup udara kebebasan. Hamdan dan Mega melakukan cara kotor, apa sih yang tidak bisa jika menggunakan uang. Hingga mereka juga tega menjual rumah Ibu Irina tanpa sepengetahuan nya.Mereka kembali ke rumah yang dulu di beli Hamdan. Sebagian cicilan rumah sudah di bayar oleh Mega. "Mas, keluargamu sudah di usir dari rumah." Mega memberitahu pada Hamdan ketika mereka akan pulang ke rumah. Karena kemarin Hamdan masih belum tahu tentang keluarganya yang di usir."Oh.. Biarlah. Yang penting aku bebas! Selama ini aku sudah berkorban untuk keluarga, sekarang gantian mereka yang berkorban untukku! Rumah itu juga ada hak-ku karena sudah membiayai renonasinya!"jawab Hamdan dan menoleh pada Mega dengan seulas senyum di bibirnya. Sesantai itu Hamdan menanggapi berita tentang keluarganya.Mega merasa lega. Ini yang dia inginkan. Hamdan berhenti peduli pada keluarganya sendiri. "Akhirnya aku tak perlu takut, jik

  • Membungkam Mertua Dengan Penghasilanku   Permintaan Maaf

    PoV NasnaAku puas melihat Naomi di lempar keluar oleh Mas Arkan. Rasakan kamu perempuan gatal, ingin mendekati suamiku. Percuma tampilannya modis, dan cantik. Selalu bilang jika ia berkelas, kelas apa jika hanya menjadi wanita murahan. Aku yakin Naomi ingin menginap di sini dan mengambil kesempatan untuk menggoda suamiku, bila ada kesempatan.Apalagi pakaian yang ia kenakan sangat minim, ketat. Gunanya pasti untuk merayu suamiku, dengan tubuhnya. Perdebatan antara Mama mertua dan Rere masih terjadi. Tak perlu aku menjelaskan panjang lebar tentang kejadian, mereka sudah tahu sendiri dan berhasil membuat Rere akan di usir dari rumah ini. Apakah aku jahat dan kejam jika menginginkan Rere di usir dan tak di anggap anak angkat lagi oleh keluarga ini. Tujuanku berhasil, dan jika dia pergi. Tak ada lagi yang mengusik rumah tanggaku.**Rere pingsan, Mama yang akan ke kamar menemui Nissa berbalik dan menuju Rere yang tubuhnya sudah tergeletak di lantai. Pasti ia hanya pura-pura karena tak

  • Membungkam Mertua Dengan Penghasilanku   Akhirnya

    PoV AuthorRere dan Naomi beradu pandang ketika Nasna menunjukkan video rekaman cctv saat mereka, menganiaya Nissa dengan kejam. Mencubit bahkan mendorong gadis kecil itu. Arkan mengepalkan tangannya, dengan kuat ketika menonton video itu. Tatapan tajam di arahkan pada Riri dan Naomi. Yang sudah seperti salah tingkah di hadapan Tante Tika dan Arkan karena ketahuan perbuatan sadis mereka."Mama, jangan salah paham dengan video itu!" Rere kemudian mendekati Tante Tika. "Mama jangan percaya, aku tidak seburuk yang Mama lihat di video. Maafkan aku, Ma! Aku melakukan ini karena ada sebabnya!" ucap Rere dengan nada suara yang bergetar karena ketakutan ia menyatukan telapak tangannya, memohon agar Mama angkatnya mengerti."Apa sebabnya? Kenapa kamu sangat tega pada anak kecil yang tidak bersalah seperti Nissa, apa salah dia hingga kamu melalukan hal keji, dan juga kamu Naomi? Beruntung Arkan, tidak menikah dengan wanita sepertimu, pada anak kecil saja kamu kejam. Bagaimana mau menjadi ist

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status