Share

16. Perhatian Diaz

"Bangun!"

Terdengar suara orang berbicara. Pelan. Kepala yang pusing membuatku mengabaikan.

"Naf."

Suara itu terdengar lagi.

"Bangun, Naf!"

Kali ini perintah itu disertai tepukan di pipi. Kupaksa mata berat ini untuk terbuka. Sosok Arzen sudah berdiri di hadapan. Matanya memincing.

"Ngapain tidur di sini?" tanya Arzen datar. Seperti biasa.

Aku mengedarkan pandangan. Astaga! Ternyata aku ketiduran di balkon. Langit yang pekat kini sudah sedikit terang. Sudah pagi rupanya.

"Jangan begini lagi! Orang yang gak tahu disangkanya aku suami dzolim." Arzen menitah pelan, setelah itu dia melangkah pergi.

Aku bangkit duduk. Kepala yang berat membuat jalanku terseok. Tentu saja pusing karena aku baru bisa tidur menjelang pagi.

Tertatih menapaki lantai yang terasa dingin, lalu mulai menuruni anak tangga. Bahkan anak tangga yang terbuat dari kayu pun tetap terasa dingin. Rumah tampak sepi. Di kamar Arzen pun tidak ada. Ke mana perginya? Cepat amat.

Mata ini sedikit terbeliak melihat jam digital d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status