Share

Bab 3

Penulis: Felya Puspita
Meskipun Jose mengalami gangguan pada kecerdasannya, bagaimanapun juga, dia tetaplah seorang pria. Naluri alaminya sebagai laki-laki masih ada.

Setelah digoda seorang wanita, secara alami tubuhnya akan memberikan respon. Banyak hal bahkan tak perlu kuajarkan, justru Jose yang lebih berinisiatif.

Tepat saat aku dibuat tak berdaya oleh keahliannya, tiba-tiba terdengar suara teriakan Linda dari luar, “Jose, kamu belum selesai juga? Kok lama sekali?”

Aku langsung terkejut dan tubuhku reflek gemetaran.

Aku buru-buru mendorong Jose dengan lembut. Dia terdiam sejenak, menatapku dengan tatapan polos dan bingung.

Melihat ekspresinya yang tampak enggan berpisah, aku tersenyum sambil mengusap kepalanya dan berbisik pelan, “Jose, Linda memanggilmu. Cepat sana kembali. Tapi, ingat apa yang ibu bilang barusan, ini rahasia kita berdua. Jangan sampai Linda tahu, kalau nggak, lain kali ibu nggak akan kasih makan lagi.”

Jose mengangguk pelan dengan wajah penuh kekecewaan.

Setelah dia keluar, suasana di luar perlahan menjadi tenang, barulah aku menghela napas lega.

Malam semakin larut, meski sudah berbaring di ranjang, aku tetap tak bisa tertidur.

Sosok Jose yang gagah terus muncul dalam pikiranku. Sambil memikirkannya, aku merasa ada sesuatu yang keluar. Saat mengulurkan tangan dan menyentuhnya, tiba-tiba aku merasa malu.

Bagaimanapun juga, dia itu menantuku. Jadi, tetap ada perasaan bersalah yang begitu kuat di dalam hati.

Dulu, aku hanya pernah mendengar orang lain bercerita hal-hal semacam ini, tak pernah terpikir bahwa suatu hari aku sendiri akan menjadi tokoh utama dalam cerita seperti itu.

Namun anehnya, semakin dipikirkan, aku malah semakin tak sabar. Berharap kejadian berikutnya bisa datang lebih cepat.

Aku benar-benar merasa tersiksa. Jadi, aku pun membuka nakas di samping ranjang, mengeluarkan mainan yang kubeli dan menyelipkannya ke dalam celah sempit itu.

Seketika, tubuhku bergetar pelan tanpa bisa dikendalikan….

Keesokan harinya adalah akhir pekan. Pagi-pagi sekali, aku sudah pergi berbelanja dan membeli cukup banyak bahan makanan, karena hari ini sahabat baik putriku, Dolin akan datang berkunjung ke rumah.

Dolin lebih tua 13 tahun dari Linda, usianya sudah 38 tahun. Tapi karena wajahnya cantik dan tubuhnya terawat dengan baik, dia masih terlihat sangat muda.

Selain itu, dia juga orang yang sopan dan perhatian, mulutnya manis pula. Aku cukup berkesan baik padanya.

Setelah berbincang sebentar dengan Dolin, aku pun masuk ke dapur untuk mulai masak. Sementara, Linda menemani Dolin duduk di sofa dan berbincang.

Saat aku sedang mencuci sayur sambil bersenandung kecil, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari belakang.

Belum sempat menoleh, aku sudah bisa merasakan ada tubuh pria yang penuh kekuatan maskulin berdiri di belakangku.

Kemudian, sepasang tangan hangat dan besar tiba-tiba menyentuh bagian dadaku dari arah kerah baju.

Kain braku yang tipis tak mampu meredam sentuhan hangat itu, hanya dengan satu gerakan, seluruh tubuhku terasa lemas dan gemetar.

Itu Jose!

Tiba-tiba, kepalanya muncul di sebelah kananku, memperhatikan gerak-gerikku, lalu dengan polosnya bertanya, “Ibu lagi apain?”

Saat dia berbicara, aku dapat merasakan dengan jelas benda panas yang menekan bokongku yang montok dan ukurannya terus berubah, menjadi semakin berlebihan.

Aku mengenakan kemeja putih dan rok bermotif bunga hari ini. Rok tipis ini seolah tak mampu menghalangi kekuatan luar biasa Jose.

Aku merasakan sensasi kesemutan di kulit kepala dan seluruh tubuhku menjadi panas. Tanpa sadar, aku pun mengangkat bokongku yang montok sedikit lebih tinggi untuk merasakan lebih banyak gesekan.

Aku sedikit terengah, lalu menjawab Jose, “Ibu lagi masak untuk kamu dan Linda. Jose, kamu main dulu sama Linda. Kita lanjut nanti malam, ya?”

Dulu, Jose tidak pernah menyerangku tiba-tiba seperti ini. Mungkin karena kejadian tadi malam, baginya seolah telah membuka kotak pandora. Dia jadi tahu bahwa dirinya bisa melakukan hal-hal itu padaku, seperti yang dirinya lakukan pada Linda.

Ucapanku sama sekali tak berhasil, justru membuat Jose semakin bersemangat.

Tak hanya tak berhenti, Jose mengusap bokongku dengan tangannya beberapa kali dan tiba-tiba mengangkat rokku, lalu meraih bagian tersensitifku….
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menantu Bodoh   Bab 10

    Tak lama kemudian, ambulans dan polisi pun datang.Ternyata pria paruh baya yang tadi ingin ke kamar mandi telah melapor polisi.Setengah jam kemudian, Jose dibawa ke UGD untuk menjalani tindakan darurat.Dokter mengatakan bahwa ada pembekuan darah di otaknya dan harus segera dioperasi.Setelah aku menandatangani surat persetujuan, Jose langsung dibawa masuk ke ruang operasi.Di luar ruang operasi, aku sangat gelisah seperti semut di atas wajan panas. Terus berdoa dalam hati agar Jose baik-baik saja.Jose terluka parah demi menyelamatkanku. Kalau sampai terjadi sesuatu padanya, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.Polisi yang memeriksaku terus menenangkan, menyuruhku untuk tidak terlalu mengawatirkannya.Begitu putriku tiba, aku tak bisa lagi menahan emosi dan langsung memeluknya sambil menangis tersedu-sedu.Dua jam kemudian, akhirnya operasi pun selesai.Pintu ruang operasi terbuka, seorang dokter berjas putih keluar dengan wajah penuh kelelahan.Aku langsung menghampiri dan k

  • Menantu Bodoh   Bab 9

    “Jaga sikapmu! Cepat minggir atau aku lapor polisi!”Aku menatap mereka dengan waspada, merasa tegang dan takut.Mereka berjumlah tujuh orang, masing-masing bertato di lengannya. Ada yang rambutnya dicukur cepak, ada yang diwarnai pirang. Terlihat jelas kalau mereka itu berandalan.Melihat mereka mengepungku, aku pun buru-buru mengeluarkan ponsel untuk menelepon polisi.Namun tak disangka, pria berambut cepak yang tampaknya pemimpin mereka langsung merebut ponselku dan membantingnya ke lantai dengan keras. Ponselku langsung hancur berkeping-keping.Salah satu dari mereka yang berambut pirang mengeluarkan sebilah pisau tajam yang berkilat dan mengarahkannya ke arahku, “Kakak, lebih baik menurut saja. Soalnya pisau ini nggak punya mata!”Seketika, wajahku langsung pucat. Aku tak berani bergerak sedikit pun, lalu memberanikan diri bertanya apa yang mereka inginkan.“Kamu begitu cantik, jelas kami mau… menghabisimu!”Usai bicara, mereka pun tertawa cekikikan dengan wajah penuh nafsu.Tubuh

  • Menantu Bodoh   Bab 8

    Aku mendesah pelan, merasa mimpi itu begitu nyata.Sebuah tangan besar menyelinap masuk ke dalam melalui kerahku, meremas dadaku dengan semena-mena, sementara tangan lainnya menyusup ke balik rokku….Sentuhan itu membuat tubuhku panas, hatiku mulai gelisah, bahkan bagian bawah roknya terasa lembab.Samar-samar terdengar suara napas berat di belakangku, hembusannya mengenai leherku, gatal dan menggelitik.Aku terangsang sampai akhirnya terbangun. Begitu membalikkan badan, kulihat Jose sedang tiduran di sampingku sambil menyengir polos ke arahku.“Ibu, Jose nggak tahan lagi, tolong bantu aku, ya?”Jose menurunkan celananya dan penampakannya yang mencolok membuat wajahku langsung memanas, jantungku pun ikut berdegup kencang.“Dasar nakal! Sembarang digoda perempuan, langsung lupa diri?! Kenapa nggak cari Kak Dolin saja? Untuk apa mencariku?”Aku masih kesal soal kejadian terakhir kali. Meski tadi sempat merasa panas karena godaan Jose, aku tetap memasang wajah datar dan cuek padanya.“Ibu

  • Menantu Bodoh   Bab 7

    Ucapan Jose langsung membuat wajahku memerah. Dasar bodoh, kenapa apa saja bisa keluar dari mulutnya?!Aku langsung melirik Dolin dengan canggung dan dia pun tampak terkejut. Mungkin tak menyangka Jose akan mengatakan hal sebodoh itu.Takut Dolin jadi curiga, aku segera membentak Jose, “Apa yang kamu bicarakan?! Takut dimarahin Linda? Coba lihat sendiri apa yang sudah kamu lakukan! Cepat, bangunin Linda sekarang juga!”“Baiklah,”jawabnya, melihatku benar-benar marah, Jose buru-buru menarik celananya dan langsung kabur keluar.Tak lama kemudian, Linda datang sambil mengusap matanya yang masih mengantuk, “Ibu, ada apa? Kok kalian pada nggak tidur tengah malam begini?”“Sahabatmu baru saja mencoba merebut suamimu! Kamu nggak tahu?!”Dengan nada kesal, aku menjelaskan kejadian tadi secara singkat. Wajah Linda langsung berubah, tampak kesal, tapi dia tak memarahi Dolin, malah mengomeli Jose, “Dasar nggak tahu malu! Sudah bodoh, masih sempat-sempatnya selingkuh! Kenapa waktu kecelakaan itu b

  • Menantu Bodoh   Bab 6

    Dari dalam kamar, terdengar suara seorang pria dan wanita.“Jose sayang, biar kakak melayanimu baik-baik, ya. Jose, kok kamu kuat dan perkasa sekali? Apa karena kebanyakan minum susu?”Aku menempelkan telingaku ke pintu dan bisa mendengar jelas suara wanita itu, itu suaranya Dolin!Lalu terdengar suara Jose menjawab, “Kakak salah tebak. Aku nggak minum susu, tapi makan madu.”“Madu apa?”“Itu….”Sepertinya Jose sedang melakukan sesuatu dan Dolin langsung tertawa cekikikan, “Dasar nakal, jangan pegang-pegang, geli….”Jose kembali berkata, “Tapi madu istriku nggak enak, lebih enak….”Belum selesai Jose bicara, Dolin langsung penasaran, “Lebih enak siapa?”Ekspresiku langsung berubah. Jangan-jangan si bodoh itu bakal membocorkannya?Tapi, dia belum pernah mencicipi maduku!Untung saja Jose masih ingat pesan dariku. Dia langsung mengalihkan pembicaraan, “Nggak boleh bilang, nggak boleh bilang. Kakak, apain kamu ke kamarku?”Aku pun menghela napas lega. Untung saja si bodoh itu masih punya

  • Menantu Bodoh   Bab 5

    Aku tahu Jose memang punya kebiasaan tidak mengunci pintu, jadi aku pun bersiap memutar gagang pintu secara perlahan. Tapi, tiba-tiba terdengar suara cekikikan dari kamar Linda, membuat sarafku yang tegang langsung terkejut.Sudah larut begini, ternyata putriku dan Dolin masih belum tidur.Hasrat yang sempat menggebu langsung kutahan dengan paksa. Kalau aku pergi menemui Jose sekarang dan sampai menimbulkan kegaduhan, lalu ketahuan oleh Linda dan Dolin, akibatnya bisa benar-benar fatal.Sepertinya, aku harus menunggu sampai mereka berdua tertidur dulu, baru bisa bertindak.Namun, aku tidak langsung kembali ke kamar. Rasa penasaran mendorongku untuk mendekati pintu kamar utama. Aku ingin tahu apa yang sedang dibicarakan mereka berdua.Aku menempelkan telingaku ke pintu dan perlahan suara di dalam mulai terdengar lebih jelas.“Linda, jangan mengejekku. Suamiku, si Mudi masih kalah jauh dibanding suamimu. Suamiku keras kepala dan maunya menang sendiri. Kalau aku mengomel sedikit, dia mala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status