Masuk
Ardika sengaja bersikap sangat acuh tak acuh.Walaupun dia sama sekali tidak memiliki kesan baik terhadap Minako, bahkan lumayan membenci wanita itu, tetapi bagaimanapun juga itu adalah satu nyawa manusia.Wanita itu mati begitu saja, tentu saja dia juga akan turut berduka sesaat dalam hatinya.Namun, juga hanya sekadar begitu saja.Hanya saja dia tidak tahu mengapa kematian Minako bisa dikaitkan dengan dirinya.Namun, karena sekarang pihak kepolisian sudah menemui dirinya, maka pasti ada hubungan rumit atau tidak langsung dengan dirinya.Itu artinya walaupun pembalasan Kevo kali ini ada unsur gegabah, tetapi pria itu juga telah menyusun perencanaan pembalasan dengan sedemikian rupanya.Pria paruh baya itu mendengus dingin dan berkata, "Berdasarkan petunjuk yang kami peroleh, pada malam perjamuan malam Keluarga Yasin, Nona Minako pernah mengunjungi dan meninggalkan vila nomor sembilan milikmu malam-malam buta.""Saat meninggalkan vilamu, Nona Minako pergi sambil menangis. Selain itu, a
Levin mengangguk, dia kembali menyalakan mesin mobil, berencana untuk melajukan mobil ke vila nomor sembilan.Tepat pada saat ini, tiga mobil polisi tiba-tiba melaju kemari. Bunyi sirene polisi memecah keheningan kompleks vila.Ketiga mobil tersebut melaju dalam posisi satu mobil di sebelah depan dan dua mobil di sebelah belakang, langsung mengepung mobil Ardika dan yang lainnya."Bam ... bam ...."Pintu satu per satu dari mobil-mobil tersebut terbuka, satu per satu anggota kepolisian berseragam dan bersenjata lengkap melompat turun dari mobil.Orang-orang ini menyebar dengan cepat, berdiri di posisi masing-masing, lalu membidik mobil Ardika dan yang lainnya dengan senjata api dalam genggaman mereka.Hingga saat ini, beberapa orang anggota kepolisian yang mengenakan seragam kasual baru turun dari sebuah mobil di belakang.Setelah menghampiri mobil Ardika dan yang lainnya, pria paruh baya yang memimpin anggota kepolisian tersebut melihat-lihat ke dalam mobil sebelum melambaikan tanganny
"Coba kamu perhatikan mobil-mobil polisi itu."Ardika menatap mobil-mobil polisi di depan vila nomor tiga belas itu dengan sorot mata dingin dan berkata, "Dilihat dari luar mobil-mobil polisi itu saja, sudah kelihatan itu bukan berasal dari kantor polisi ibu kota provinsi, melainkan kantor polisi provinsi.""Menurutmu, siapa lagi yang tahu hubunganku dengan kantor polisi ibu kota provinsi sangat baik, sasaran jelas, dan bisa menggerakkan kantor polisi provinsi untuk menargetkanku?"Luna memperhatikan dengan saksama. Dia baru menyadari baik mobil-mobil polisi itu, maupun seragam yang dikenakan oleh anggota kepolisian, menunjukkan bahwa mereka berasal dari kantor polisi provinsi, bukan berasal dari kantor polisi ibu kota provinsi yang berhubungan lebih baik dengan Ardika."Apa sudah nggak ada hukum?"Luna mengerutkan keningnya dan berkata, "Terlepas dari seberapa besar pengaruh Kevo, apa dia bahkan bisa meminta anggota kantor polisi provinsi untuk menuduhmu?""Kalau sampai hal ini tereks
Agar Luna percaya dan bisa tenang sepenuhnya, Ardika baru berkata demikian.Sesungguhnya, dia sendiri tahu jelas konflik antara dirinya dengan orang Negara Jepara tidak mungkin bisa diselesaikan secara baik-baik.Hana datang meminta maaf dan memberi hadiah, hanya untuk tunduk sementara waktu."Oh, vila, ya."Luna mengerutkan keningnya dan berkata, "Pantas saja aku dengar rumor, ada yang menghadiahkan vila untukmu, lalu kamu gunakan untuk memelihara simpanan. Sekarang aku baru tahu itu benar.""Omong kosong siapa yang kamu dengar?"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Memelihara simpanan apanya? Kamu sendiri juga tahu hubunganku dengan Jesika. Aku membiarkannya tinggal di vila itu hanya karena lebih aman, aku bahkan sudah mengatur seseorang untuk melindunginya.""Selain itu, saat di Kota Banyuli, Jesika yang selalu membantuku menangani urusan Grup Susanto Raya. Wajar saja kalau aku menghadiahkan vila untuknya."Luna mendengus, tetapi untungnya raut wajahnya sudah terlihat membaik.Namu
Sebagai perusahaan dari luar kota ibu kota provinsi, akhirnya Grup Hatari benar-benar sudah bisa menetap di ibu kota provinsi.Selain itu, yang lebih tidak bisa dipercaya adalah, Grup Hatari tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk mendapatkan semua ini!Kevo yang membayar untuk mereka.Setelah menghela napas panjang, mengendalikan gejolak kebahagiaan yang dirasakannya, Luna berkata dengan agak khawatir, "Ardika, sebenarnya Pak Jemi itu juga nggak salah, harus tahu kapan waktunya berhenti.""Setelah kita mendapatkan tanah, kenapa masih harus memprovokasinya seperti itu? Sekarang dia benar-benar akan melawan kita hingga akhir."Kalaupun berhasil mendapatkan tanah, juga belum tentu bisa mempertahankannya.Ucapan Kevo sebelumnya adalah hal yang dikhawatirkan oleh Luna.Dia tahu jelas pria itu pasti tidak akan berhenti begitu saja.Jadi, Ardika memprovokasi Kevo seperti itu, hanya akan membuat situasi menjadi makin parah.Di samping Luna, Ardika berkata dengan santai, "Bukankah kamu juga
Semua orang di lokasi acara lelang itu merinding ketakutan. Hanya suara makian Ardika dan suara tamparan nyaring yang menggema di seluruh tempat tersebut.Melayangkan belasan tamparan di satu wajah.Hingga wajah tampan Kevo sudah membengkak, Ardika baru berhenti.Udara di tempat tersebut seperti sudah membeku.Semua orang menatap Kevo yang berusaha menahan sakit itu dan Ardika yang sedang beraksi itu dengan tercengang.Awalnya berdasarkan pemahaman mereka, seharusnya peran yang dimainkan oleh dua orang tersebut terbalik.Menurut logika, seharusnya Kevo yang melayangkan tamparan di sana, sedangkan Ardika hanya bisa diam saja menahan rasa sakit.Namun, setelah dipikir-pikir kejadian-kejadian sebelumnya.Logika dan aturan normal, seakan-akan tidak berlaku pada diri ArdikaSaat ini, pupil mata Kevo tampak menyipit seukuran jarum. Dia menatap Ardika dengan tatapan lekat, sorot matanya diliputi rasa malu dan amarah.Dia menggertakkan giginya, menggerakkan bibirnya, ingin berbicara, tetapi pa







