Pagi di rumah di Golden Time Residence, rumah Ethan dan Crystal, wanita yang telah menjadi istri Ethan selama beberapa bulan ini, terlihat tidak semangat menghabiskan sarapannya. Wanita berusia jelang 28 tahun itu terlihat termenung sambil menyobek-nyobek roti yang berada di hadapannya."Mama? Papa Ethan kapan pulang?" celoteh bocah lucu yang berada di sebelahnya. Dia adalah Clarissa.Crystal tidak mendengarkan. Ibunya Clarissa itu, terlihat sangat larut dalam lamunannya."Mama ...." rengek Clarissa sambil mengguncang-guncangkan lengan ibunya.Crystal barulah tersentak. Dia pun menoleh pada Clarissa putri kecilnya itu."Ya, Clarice? Ada apa?" tanyanya."Mama mengabaikan Clarice. Mama tidak mendengar Clarice bicara," protes bocah itu yang terlihat merajuk."Maafkan Mama, Clarice. Mama juga sedang memikirkan Papa Ethan," jawab Crystal jawab Crystal jujur sambil membelai rambut putri semata wayangnya untuk saat ini itu.Clarissa menatap wajah ibunya lekat-lekat. Sebagai seorang anak keci
"Ju!!" Ethan seketika langsung menghampiri Julia yang terkapar di lantai ventra della terra. Pria itu segera turun berjongkok dan memeriksa kondisi wanita yang pernah menjadi mantan kekasihnya itu.Axelo dan Fernando saling pandang."Ju, kau tidak mungkin ..." Lagi-lagi Ethan dapat meneruskan kata-katanya.Dia sudah bisa menebak apa yang terjadi pada Julia saat ini. Meski begitu Ethan masih ingin memastikan kalau Julia benar-benar telah tiada. Perlahan dia meletakkan jari telunjuknya di bawah hidung Julia untuk merasakan nafas wanita itu. Lalu Ethan juga memeriksa pergelangan tangan Julia untuk bisa merasakan denyut nadi gadis itu.Dan bener saja, dia tak lagi merasakan tanda-tanda kehidupan pada mantan orang kepercayaannya itu. Rasa sedih dan bersalah sempat hinggap di hati Ethan. Namun meski begitu dia tidak bisa melakukan hal lain untuk mengurangi rasa bersalah itu "Fernando, Axelo! Kalian turun ke sini! Bantu aku mengangkat Julia ke atas!" pinta Ethan."Capo, kami rasa apa tidak
Di bawah sana, di bawah naungan cahaya senter, di sebelah reruntuhan bangunan di dekat yang seharusnya adalah tangga, Fernando dapat melihat Julia sedang terbaring lemah dengan kondisi yang cukup mengenaskan, sungguh sangat miris."Di- dia Julia?" tanya Fernando pada Axelo yang juga sedang mengarahkan senternya ke bawah."Ya, sudah pasti. Memangnya siapa lagi? Dia adalah satu-satunya betina di Nido ini. Bahkan hanya di Aquila Nera, melainkan juga di The Monster," kata Axelo dengan sinis menjawab pertanyaan dari Fernando itu."Lalu lalu tersenyum karena dia melihat di dalam kondisi seperti itu?" tanya Fernandi dengan ambigu.Axelo tertawa kecil mendengar pertanyaan dari Fernando yang terkesan sangat polos itu."Tidak seperti itu juga. Aku hanya berpikir tadi terakhir kali kita melihat Capo ada di sini dia sedang bersama dengan Julia," kata Axelo mencoba menjelaskan pada Fernando kenapa dia memasang senyum sumringah begitu melihat Julia yang terkapar di lantai.Fernando mengernyitkan ke
Fernando dan beberapa orang rekan-rekannya sedang terpekur melihat mayat beberapa orang yang mereka kenal. Itu adalah mayat Gustave dan beberapa orang member Aquila Nera yang lain yang berada dalam satu tim dengannya ketika mereka sedang dalam misi penyelamatan Fernando dan member Aquila Nera yang disekap oleh The Monster di Ventra della terra."Hufff!" Fernando menghela napas dalam ketika melihat kenyataan yang berada di depan matanya itu."Apa ya harus kita lakukan sekarang dengan mereka?" tanya seorang yang berada dalam timnya."Gotong dan bawa mereka melalui belakang Nido dan turunkan mereka ke bawah. Fabiano sedang meminta bala bantuan Aquila Nera lain untuk membawakan perahu yang bisa mengangkut kita semua dari sini," kata Fernando."Oh, baiklah!" jawab orang yang tadi bertanya. Lalu tanpa banyak berpikir lagi orang-orang itu segera menggotong satu mayat dengan dua orang dan segera membawanya ke tempat di mana anak buah Aquila Nera yang lain berkumpul menunggu perahu yang akan
"Ju, ini sedikit lagi. Ayo bergeraklah!" pinta Ethan manakala Julia tidak lagi menggerakkan tubuhnya seperti yang di instruksikan oleh Ethan.Entah karena kelelahan tapi gadis itu sepertinya tidak lagi berdaya untuk bergerak. Hal ini mungkin juga disebabkan oleh jatuhnya salah satu puing-puing ke kepala Julia ketika dia menggerakkan tubuhnya tadi sehingga membuat gadis itu merasakan sakit pada kepalanya yang berujung pada ketidakberdayaannya saat ini.Bukannya Ethan tidak mau untuk mengeluarkan tenaga lebih, namun posisi tubuhnya saat ini terkunci di bawah Julia sehingga ruang geraknya sangatlah terbatas, atau boleh juga dibilang dia tidak bisa bergerak sama sekali di bawah kungkungan Julia dan pecahan tembok dan lantai Nido di Aquila Nera."Aku ... tidak sanggup lagi, Ethan," ucap gadis itu nyaris tidak terdengar."Ju, kau masih bisa. Ayolah ...."Tak ada sahutan dari bibir gadis itu. Cahaya hidupnya sepertinya mulai meredup. Dan Ethan kali ini tidak sampai hati lagi untuk memaksa
Ethan menghembuskan napas lega ketika mendengar suara Julia menyebut namanya. Seketika kebenciannya terhadap gadis itu menguap begitu saja. Perasaan bersyukur karena akan ada temen yang bisa membantunya keluar dari situasi ini, mengalahkan rasa jengkel dan bencinya pada apa yang dilakukan oleh Julia sehingga mereka bisa berada di situasi seperti ini saat ini. Namun sebenarnya bukankah dia juga harus berterima kasih pada Julia yang telah menyelamatkannya, memeluk dan menariknya hingga mereka terjatuh dengan posisi Ethan berada di bawa dan Julia berada di atasnya dan menerima begitu banyak puing-puing bangunan yang berjatuhan di atas punggungnya"Ju, kau mendengarku? Apa kau baik-baik saja?" tanya Ethan mencoba untuk berbasa-basi sebelum dia meminta bantuan dari Julia untuk bekerjasama keluar dari reruntuhan bangunan ini."Enggggg ...." Bukan jawaban dari pertanyaan Ethan itu yang keluar dari mulut Julia, melainkan sebuah erangan pertanda dia sedang tidak baik baik saja saat ini."Ju?