Share

Bab 6

last update Last Updated: 2025-05-16 11:15:09

Dengan cepat Joandra memandang ke arah pintu. Bibirnya melengkung memberi senyum. Ditinggalkannya tempat duduk lantas berjalan menyongsong kekasihnya itu.

"Kok nggak bilang kalau mau ke sini?" Joandra mengecup pipi Utami dengan perasaan sayang. Iya, Joandra memang sesayang itu pada Utami. Hanya Utami yang bertahan lama di hatinya. Bukan karena siapa dan apa yang dimiliki gadis itu. Tapi karena Joandra mencintainya dengan tulus.

Namun kali ini reaksi yang didapatkannya tidak seperti biasa. Tidak ada senyum ceria atau kecupan balasan.

"Gimana mau bilang, dari tadi aku telfon kamu tapi nggak direspon."

Joandra spontan meraba saku celananya dengan kedua tangan namun tidak merasakan ada ponselnya di dalam sana. Lelaki itu lantas berjalan menuju meja lalu mencari ponsel di dalam ransel. Benda itu ditemukan dalam keadaan silent. Ada banyak panggilan tak terjawab dari Utami.

"Sorry, Ta, sorry, ternyata tadi hpku silent." Joandra mengangkat benda tersebut lantas menunjukkan pada Utami.

Utami memandang Joandra tak biasa. Lelaki itu dapat merasakan hal tersebut.

"Duduk dulu yuk."

Panji yang pura-pura membaca majalah lalu menyingkir untuk memberi sepasang sejoli itu waktu. Keduanya pasti butuh ruang dan privasi untuk berdua.

"Ada apa, Sayang?” Joandra tanyakan sembari menggenggam tangan Utami.

Utami mengembuskan napas sebelum menyampaikan keresahan hatinya.

"Jo, apa benar kamu yang melaporkan perusahaan Papi?"

Joandra membisu beberapa saat. Sejak awal dia merasa begitu dilema karena posisinya berada di tengah-tengah. Apa pun yang akan dilakukannya pasti ada konsekuensinya. Tapi hidup adalah tentang pilihan kan? Dia bisa saja tutup mulut dan mundur, namun hatinya tidak akan bisa tenang karena bertentangan dengan prinsipnya. Di lain sisi, dia harus siap berlawanan dengan orang tua kekasihnya atau malah mungkin dengan kekasihnya itu sendiri.

Lantas Joandra mengangguk mengiakan pertanyaan Utami.

Gadis itu lunglai seketika. Tadi ia masih menaruh harapan bahwa dugaannya salah. Bahwa yang dimaksud papinya adalah Joandra yang lain yang bernama sama dengan Joandra kekasihnya. Atau ini hanya kesalahpahaman saja. Namun harapannya pupus dalam sekejap mata setelah Joandra mengonfirmasi.

"Memangnya apa salah Papi, Jo? Kenapa sampai kamu laporin?" Utami ingin mendengar langsung penjelasan dari mulut kekasihnya.

"Kamu ingat nggak waktu aku cerita tentang mantan karyawan yang menuntut hak mereka? Yang pesangonnya nggak dibayar?"

Utami terdiam sejenak sembari mencoba memulihkan ingatannya. Iya. Dirinya belum lupa akan hal itu. Baru seminggu yang lalu Utami mendengar cerita itu dari Joandra.

"Ingat," jawabnya kemudian.

"Para mantan karyawan tersebut sebelumnya bekerja di PT. Cipta Dinamika yang dibeli oleh Papi kamu dan otomatis berada di bawah Mahawira Group. Aku sudah mencoba mengajak Om Wira bicara baik-baik, tapi beliau menolak untuk bertanggung jawab. Maka akhirnya aku memilih menempuh jalan terakhir yang bisa kulakukan. Aku terpaksa melaporkan masalah ini."

Utami dibuat bisu setelah mendengar penjelasan panjang kekasihnya. Gadis itu bingung bagaimana cara menyikapinya karena sama dengan Joandra dirinya juga berada di posisi yang tidak mudah. Joandra adalah kekasihnya, sedangkan di sisi lain dia juga tidak mungkin membiarkan orang tuanya terjerumus dalam masalah.

"Tapi harusnya kamu bisa bicarain baik-baik sama aku dulu, Jo, bukannya main langsung lapor."

Mungkin dalam hal ini Joandra memang salah lantaran tidak mendiskusikannya lebih dulu dengan Utami. Namun ia tahu pendiriannya bisa saja goyah jika melibatkan kekasihnya itu. Joandra ingin bersikap profesional. Dia tidak ingin perasaan cinta pada Utami mengalahkan logika.

"Selama ini kamu mana pernah ikut campur dalam pekerjaanku, Ta, jadi aku pikir untuk apa gunanya melibatkan kamu," jawab Joandra beralasan.

"Iya, aku memang nggak mau ikut campur. Tapi apa kamu nggak nyadar kalau yang kali ini kamu hadapi adalah orang tuaku, Jo? Semestinya sebelum bertindak kamu minta pertimbanganku dulu."

Joandra sadar jika meminta pertimbangan dari Utami maka gadis itu sudah bisa dipastikan akan memintanya untuk mengalah.

"Aku minta maaf jika langkahku ini menurutmu salah, Ta."

"Jelas saja salah," jawab Utami cepat. "Sekarang mumpung belum terlalu jauh aku minta kamu cabut laporan itu."

Joandra terdiam mendengar ucapan Utami. Ia tentu tidak akan melakukannya.

"Maaf, Ta, aku nggak bisa. Laporannya sudah diproses dan sudah dilakukan pemanggilan."

Sepasang mata indah Utami melebar tak percaya mendengarnya. Ia pikir Joandra akan mendengar jika dirinya yang meminta. Bukankah Joandra sangat mencintai Utami? Lalu logikanya, bukankah jika kita sangat mencintai seseorang maka kita rela melakukan apa pun demi orang tersebut?

"Sudah diproses namun bukan berarti nggak bisa dihentikan. Kamu bisa cabut laporan itu sekarang, Jo."

Joandra menggelengkan kepalanya, menolak. "Sorry, Sayang, aku nggak bisa. Aku sudah kasih Papi kamu kesempatan untuk bertanggung jawab, tapi dia menolak. Padahal kalau dia mau membayar kewajibannya maka masalah ini akan selesai. Lagian uang yang akan dikeluarkan untuk membayar pesangon tersebut nggak seberapa jika dibanding apa yang perusahaan miliki. Papi kamu nggak akan rugi."

Utami menatap kekasihnya lekat. Sulit untuk percaya kalau Joandra menolak memenuhi keinginannya.

"Bahkan kalau aku yang minta kamu juga nggak mau, Jo?"

"Bukannya nggak mau, Sayang, tapi kita nggak perlu melibatkan masalah tersebut ke dalam hubungan kita."

"Mau nggak mau semua ini ada hubungannya. Aku tahu kamu ingin bersikap profesional. Tapi please, Jo, untuk kali ini saja tolong kamu mengalah. Papi aku itu bakal menjadi mertua kamu lho!" tekan Utami penuh penegasan.

"Iya, Sayang, aku tahu. Bukan hanya menjadi mertua, tapi bakal jadi orang tuaku juga. Kamu nggak usah khawatir, Papi pasti bisa bersikap profesional dan memisahkan masalah ini dengan hubungan pribadi. Percaya sama aku."

Utami menggeleng cepat. Andai memang seperti itu. "Kamu salah, Jo. Papi marah dan kecewa, nggak nyangka kamu akan setega itu melaporkan dia. Makanya aku ke sini memohon sama kamu agar kamu cabut laporannya."

Joandra yakin jika ia mencabut laporan tersebut Mahawira tetap tidak akan sudi membayar hak karyawan. Bukan tidak mencoba. Setelah menemuinya kala itu Joandra juga mencoba menelepon pria tersebut secara pribadi dan meminta baik-baik, namun percuma. Pendiriannya tidak lagi tergoyahkan. Mahawira menolak untuk bertanggung jawab.

"Sekali lagi aku nggak bisa. Maaf, Sayang," ucap Joandra berat hati.

Utami menatap kekasihnya dengan perasaan kecewa yang dalam lalu menarik jemarinya yang berada dalam genggaman Joandra.

"Aku pikir aku sangat berarti buat kamu, tapi ternyata dugaanku salah. Aku nggak ada arti apa-apa," ucapnya kecewa lalu pergi meninggalkan laki-laki itu.

Bersambung~

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 9

    Tiga pasang mata yang lain serentak memandang ke arah pintu menyaksikan aksi Utami. Di saat itulah Joandra menyadari bahwa kedatangannya tidak tepat waktu.“Aku mengganggu?” tanya Joandra setelah Utami berdiri tepat di hadapannya.Kekasihnya itu menggelengkan kepala.“Tadi dua kali aku cari kamu ke butik tapi kata Febi kamu nggak masuk, katanya kamu sakit kepala. Makanya aku ke sini. Masih sakit kepala?”“Udah agak mendingan,” jawab Utami. Dia berbohong karena nyatanya kepalanya bertambah sakit saat ini setelah mengetahui rencana papinya.“Tami, kenapa Joandra nggak disuruh masuk?” Terdengar suara Maudy menyela obrolan mereka.Utami terdiam dan hanya bisa memandangi wajah Joandra. Utami tidak ingin Joandra masuk lalu duduk bersama orang tuanya. Dia tidak ingin Joandra mendapat sikap kasar dari orang tuanya. Dia tidak mau Joandra tersinggung.Tidak mendapat respon dari Utami, Maudy langsung berdiri lalu menghampiri keduanya yang masih berdiri di sisi pintu.“Jo, ayo masuk, kenapa berdi

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 8

    Utami terbangun dan mendapati hari sudah gelap. Entah berapa lama dirinya tertidur.Tadi siang setelah menangis sepuasnya karena kesal, Utami ketiduran. Sambil menggeliatkan badan dijangkaunya ponsel di nakas. Tadi Utami sengaja mematikannya agar Joandra tidak bisa menghubungi.Apa yang dilakukan Joandra saat ini? Apa lelaki itu tidak merasa bersalah lalu mencoba menghubungi Utami?Ragu sejenak, Utami memutuskan untuk membiarkan ponselnya tetap mati. Kalau Joandra merasa bersalah dia pasti akan mencari Utami ke mana pun.Setelah mandi Utami turun ke lantai utama. Perutnya keroncongan. Dia ingin makan sekarang."Papi mana, Bi?" tanyanya pada pembantu yang sudah bertahun-tahun mengabdi di rumah itu."Ada di ruang tamu, Non. Sama Ibu juga.""Lagi ada tamu?""Betul, Non. Tadi tidak sengaja Bibi lihat saat mengantar minum. Orangnya cakep, masih muda. Sebelas dua belas sama pacarnya Non." Sang ART bertutur dengan muka penuh binar."Siapa dia, Bi?" tanya Utami penasaran."Bibi juga tidak tah

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 7

    Utami menahan air matanya agar tidak tumpah. Jalan raya di hadapannya tampak buram. Bulir-bulir bening berdesakan di pelupuknya dan siap jatuh kapan saja. Menyakitkan mengetahui Joandra lebih memilih pekerjaan dan prinsip yang dipertahankan sampai mati ketimbang Utami yang jelas-jelas adalah wanita yang dicintainya. Utami merasa kalah. Ia pikir selama ini dirinya adalah prioritas bagi Joandra. Tapi apa buktinya?Tadi saat Utami bergegas meninggalkan Joandra, laki-laki itu memang mengejarnya sambil memanggil namanya. Namun Utami yang terlanjur kecewa menggas mobilnya sekencang mungkin meninggalkan kantor Joandra. Kantor yang tidak layak disebut sebagai kantor. Tempat tersebut lebih cocok disebut sebagai gudang, ruangan tua tidak berguna atau apa pun yang menyimbolkan bahwa tempat tersebut sangat tidak tepat dijadikan sebagai tempat beraktivitas. Kecil, sempit dan pengap. Beberapa bagian dindingnya bahkan sudah terkelupas.Utami tidak mengerti pada kekasihnya itu. Di saat dia bisa menda

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 6

    Dengan cepat Joandra memandang ke arah pintu. Bibirnya melengkung memberi senyum. Ditinggalkannya tempat duduk lantas berjalan menyongsong kekasihnya itu."Kok nggak bilang kalau mau ke sini?" Joandra mengecup pipi Utami dengan perasaan sayang. Iya, Joandra memang sesayang itu pada Utami. Hanya Utami yang bertahan lama di hatinya. Bukan karena siapa dan apa yang dimiliki gadis itu. Tapi karena Joandra mencintainya dengan tulus.Namun kali ini reaksi yang didapatkannya tidak seperti biasa. Tidak ada senyum ceria atau kecupan balasan."Gimana mau bilang, dari tadi aku telfon kamu tapi nggak direspon."Joandra spontan meraba saku celananya dengan kedua tangan namun tidak merasakan ada ponselnya di dalam sana. Lelaki itu lantas berjalan menuju meja lalu mencari ponsel di dalam ransel. Benda itu ditemukan dalam keadaan silent. Ada banyak panggilan tak terjawab dari Utami."Sorry, Ta, sorry, ternyata tadi hpku silent." Joandra mengangkat benda tersebut lantas menunjukkan pada Utami.Utami m

  • Mencintai Musuh Ayahku   Tidak Mungkin

    Dengan refleks Utami mengangkat kepala mendengar nama kekasihnya disebut. “Apa, Pi? Joandra?” “Apa ucapan Papi kurang jelas? Pacar kamu itu melaporkan perusahaan kita. Dia ingin menghancurkan Papi!” beritahu papinya menggebu-gebu. “Nggak mungkin Jo mau menghancurkan Papi. Itu sangat nggak masuk akal,” bantah Utami menyangkal. Dia yakin sekali jika kekasihnya tidak akan melakukan hal konyol tersebut. “Kenapa tidak mungkin? Nyatanya itu terjadi. Dia menuntut perasaan kita agar nama Papi tercoreng, reputasi Papi rusak. Lalu setelahnya apa? Dia tertawa melihat Papi hancur!” Utami menggeleng-gelengkan kepala, tidak sependapat dengan pikiran sang ayah. “Aku nggak yakin kalau itu Jo, Pi. Apa untungnya Jo melaporkan Papi? Jo masih waras. Dia nggak akan mungkin melakukan hal konyol begitu.” Utami terus bersikukuh mempertahankan pendapatnya. Utami sadar betul dan tahu kekasihnya itu sampai ke akar-akar. Namun, Joandra tidak mungkin berlawanan dengan orang tuanya kan? Joandra tidak akan sen

  • Mencintai Musuh Ayahku   Berita Mengejutkan

    Utami baru saja turun dari kamarnya yang berada di lantai dua. Dia bermaksud pergi ke butik lalu beraktivitas seperti biasa. Suasana rumah sangat sepi kala gadis itu melintasi bagian demi bagian. Rumah itu memang selalu sepi. Selain dirinya adalah anak tunggal, kedua orang tuanya juga sibuk mengurusi pekerjaan masing-masing. Papinya dengan perusahaan yang beranak pinak. Sedangkan maminya dengan usaha franchise makanan yang semakin berkembang dengan pesat.“Iya, Feb, aku masih di rumah, kamu cek stok dulu, nanti kita bicarain.” Utami menjepit ponsel di antara telinga dan pundaknya sembari terus melangkahkan kaki.“Tami! Nggak sarapan dulu?”Utami memandang ke sumber suara. Ternyata maminya ada di ruang makan. Dia yang barusan memanggil Utami.Bukan hanya maminya, namun papinya juga ada di sana. Utami yang tadinya berniat untuk sarapan di butik mengurungkan niat tersebut lalu membelokkan langkah menuju meja makan.“Aku pikir Mami masih di Bandung. Kapan nyampe, Mi?” Utami tanyakan semba

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bercinta

    Aromaterapi yang bersumber dari diffuser menyeruak ke udara ketika Joandra membuka pintu rumah. Bukan dirinya, tetapi sang kekasih cantiknyalah yang menyediakan. Joandra hanya tinggal menggunakan apa pun yang Utami sediakan.Utami geleng-geleng kepala ketika masuk ke kamar dan menemukan tempat tidur dalam keadaan berantakan. Utami mendekat lalu mulai membersihkannya.“Sorry, Ta, tadi pagi aku nggak sempat beresin,” ucap Joandra sembari membuka jaket lalu menggantungnya di belakang pintu. Setelahnya laki-laki itu mendekat. Dipeluknya sang kekasih dari belakang. “Percuma kamu beresin, kan mau diberantakin lagi,” bisiknya seduktif di telinga Utami.Gadis itu menggerakkan kepalanya, mencoba memandang Joandra yang saat ini memeluknya dari belakang. Lelaki itu menyambut dengan satu kecupan lembut di bibir Utami.Utami membalikkan badan lalu membalasnya. Berciuman dengan Joandra tidak akan pernah membuatnya bosan.“Dingin nih, Sayang …,” bisik Joandra di sela-sela ciuman mereka.“Aku juga,”

  • Mencintai Musuh Ayahku   Wanita Penghangat Ranjang

    Tidak satu kali pun melintas di benak Joandra bahwa orang yang akan ditemuinya adalah Mahawira, calon mertuanya sendiri. Mana dia tahu kalau Mahawiralah yang membeli perusahaan tersebut. Namun bukan berarti membuat niatnya jadi surut. Sembari menepis keterkejutannya Joandra mengayunkan kaki mendekati pria itu. Dia duduk di kursi yang telah disediakan untuknya."Sore, Om, saya nggak tahu kalau Om yang membeli perusahaan ini." Itu kalimat pertama yang Joandra sampaikan setelah mendarat dengan sempurna di kursi."Tidak apa-apa." Mahawira tersenyum. "Mau minum apa, Jo?" sambung lelaki itu bersikap seakan sedang menyambut kekasih anaknya di rumah.Kedatangan Joandra jelas bukan untuk bertamu. Dia mewakili banyak suara yang menginginkan hak mereka."Maaf, Om, saya ingin membicarakan mengenai tuntutan para mantan karyawan. Mereka meminta agar uang pesangon dibayarkan. Dalam hal ini saya mewakili mereka untuk bicara," ucap Joandra sopan menuturkan maksudnya.Mahawira mengangguk-angguk yang me

  • Mencintai Musuh Ayahku   Kamu Adalah Buah Terlarang

    Tubuh bergelimang peluh itu saling melepas setelah tadi sama-sama memagut. Selanjutnya yang terdengar adalah desah napas yang terengah-engah bersama sensasi luar biasa yang mengantar ke surga dunia.“Capek?”“Sedikit,” pelan suara Utami saat Joandra bertanya sekaligus mengecup dahinya.Joandra tersenyum kemudian merengkuh wanita yang beberapa tahun ini dipacarinya agar berbaring di atas lengannya. Sementara tangannya yang lain menjangkau buku favoritnya—Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie—yang tergeletak di atas nakas. Buku itu sudah lusuh. Beberapa halamannya juga menguning. Terdapat beberapa lipatan di beberapa lembar untuk menandakan poin-poin penting. Sembari mendekap Utami, Joandra membuka halaman terakhir yang dibacanya lalu meneruskan bacaannya.Utami hanya bisa memandang dalam diam tingkah kekasihnya. Entah sudah berapa puluh kali Joandra menamatkan buku tersebut, tapi lelaki itu tidak pernah bosan. Setelah membaca keseluruhan isi buku itu sampai selesai maka Joandra

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status