Beranda / Romansa / Mencintai Seorang Climber / bab 243. Sebuah Pembelajaran

Share

bab 243. Sebuah Pembelajaran

Penulis: Yanti Soeparmo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-04 05:20:50

Pengacara senior Darwis Nasution merasa perlu bicara dengan Elisa, maka dia meminta asistennya menyiapkan lokasi pertemuan, di sebuah kafe. Elisa diminta datang sendiri untuk bicara sekalian makan siang di kafe itu.

Wanita itu datang dengan mengendarai motor. Dia tampak lesu, merasa bahwa pengacara itu akan bicara soal pengosongan rumah yang baru lima bulan dihuninya bersama kedua anaknya.

“Bagaimana kabar Pak Ardi?” tanyanya lirih, ketika baru tiba di kafe.

“Masih dirawat di rumah sakit, tapi sudah tidak di ruang ICU. Kondisinya semakin membaik.” jawab Pak Darwis. “bagaimana kabar Anda?”

“Saya kaget waktu ibu dan adik saya bilang bahwa kami sekeluarga mau dilaporkan ke polisi karena saya membawa Pak Ardi pulang ke rumah saya.”

“Saya lakukan itu untuk pembelajaran, bahwa mengambil pasien dari rumah sakit, tanpa izin dokter, sementara pasien juga masih butuh perawatan lanjutan, itu adalah tindak pidana. Menghalangi seseorang untuk mendapatkan perawatan medis, itu adalah tindak pidana,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mencintai Seorang Climber   bab 254. Katakan yang Sebenarnya

    Seorang petugas hotel memberi tahu bahwa ada tamu untuk Maryam. Setelah mengembalikan ponsel pada Nanang, Maryam berjalan ke luar kamar, dipapah oleh adiknya. Di lobi hotel, Maryam melihat keluarga Bu Farida ada di situ.“Bagaimana Anda bisa tahu saya ada di sini?”“Saya mengikuti mobil yang membawa kamu,” jawab Heru, “maaf, terpaksa saya lakukan, karena anak saya terus saja menangis, pengin bertemu denganmu.”“Bunda!” Si kecil Sarah melepaskan diri dari gendongan Bi Rumsih, dia berlari ke arah Maryam, lantas memeluk kakinya. Maryam meringis karena tangan mungil Sarah menekan bagian kaki yang terluka. Walau luka itu sudah dijahit oleh dokter, namun masih terasa ngilu.Heru lekas mengambil anak itu, dan menggendongnya walau Sarah terus merengek memanggil-manggil orang yang dia kira bundanya. Petugas hotel yang melihat adegan itu, mengira ada pasangan suami istri sedang bertengkar, si istri memilih tidur di hotel, lantas disusul oleh suami dan mertua, karena sang anak ingin bersama mama

  • Mencintai Seorang Climber   bab 253. Pulang Ke mana?

    Gadis kecil itu naik ke pangkuan Maryam. “Bi Rumsih, tolong ambil Sarah dari pangkuan saya, kaki saya masih sakit.”Sarah menangis ketika Bi Rumsih menggendongnya. “Mau sama Bunda, huhuhu ....”Heru menatap Maryam, “Kamu mau pulang ke mana?”“Ke tempat saya.” jawab pria muda yang masih berdiri di dekat Maryam. Heru mengira pria itu adalah suami Maryam. Heru berucap, “Maryam masih butuh pengobatan dan terapi yang cukup panjang, biayanya juga lumayan. Kalau misalnya nanti Maryam butuh dana pengobatan, jangan sungkan menghubungi saya.” Heru meletakkan kartu namanya di pangkuan Maryam.“Terima kasih.” ucap Maryam, lantas memberikan kartu nama itu pada pria muda di sampingnya. Pria muda itu memasukkan kartu nama Heru ke saku bajunya.Heru agak heran melihat reaksi pria itu. Biasanya seorang suami akan merasa kesal, cemburu, dan emosi jika ada pria lain yang memberi perhatian pada istrinya. Akan tetapi pria muda itu malah tampak biasa saja.“Ehm, maaf Maryam, kalau boleh tahu, dia ini si

  • Mencintai Seorang Climber   bab 252. Kata Maaf

    Heru masih menatap Maryam yang sedang berbicara dengan seorang wanita separuh baya. Sementara pria muda yang datang bersama wanita separuh baya itu, berdiri di dekat Maryam sembari merangkul bahu Maryam. Sepertinya Maryam sudah cukup kepayahan berdiri, karena kakinya masih sakit, maka dia kembali duduk di kursi roda. Wanita separuh baya itu menciumi Maryam, bahkan pria muda itu juga mencium kepala Maryam yang tertutup jilbab.Bu Farida sudah selesai diinterogasi oleh penyidik. Sejak awal pengacaranya sudah wanti-wanti agar Bu Farida tidak ngotot merasa paling benar sendiri. Karena kenyataannya Bu Farida memang salah, ketika pihak RS mengirim pesan bahwa ada kesalahan identifikasi pasien, Bu Farida tidak mengantarkan pasien yang dibawanya, untuk dikembalikan ke RS. Bahkan Bu Farida terkesan menghindar dengan cara meninggalkan rumahnya, sambil membawa Maryam.Di hadapan penyidik, dan pengacara dari para pelapor, Bu Farida memohon maaf. Dia tidak bermaksud untuk menyekap Maryam, apalagi

  • Mencintai Seorang Climber   bab 251. Mengantar Maryam

    Mereka tiba di rumah sakit. Pengacara Heru sudah ada di situ, dia yang sudah berusaha menjadi mediator antara Bu Farida dengan pihak-pihak yang telah melaporkan Bu Farida ke polisi. Pengacara itu juga sudah nenghubungi Polres Bandung, memohon penyelesaian kasus secara kekeluargaan. Pihak rumah sakit mengatakan bahwa pada awalnya petugas nakes yang telah salah identifikasi, sehingga menimbulkan pelaporan ke polisi oleh keluarga Maryam dan orang tua Utami. Jadi pihak RS menyerahkan penyelesaian pada kedua keluarga tersebut. Karena jika laporan kedua keluarga tidak dicabut, maka pihak nakes RS juga terancam menjadi tersangka, karena nakes itulah yang pertama kali salah menunjukkan pasien kepada Bu Farida.“Mereka sudah dihubungi, sekarang ada di markas Polres Bandung.” ucap staf humas RS. “keluarga Maryam sudah tiba di sana, sedangkan keluarga Utami diwakili oleh pengacara.”Maryam diajak lagi naik mobil, kali ini menuju Polres Kabupaten Bandung. Tiba di sana, pengacara yang merupakan

  • Mencintai Seorang Climber   bab 250. Terancam Jadi Buronan

    Heru berujar pada ibunya, “Mamah bilang, nggak tega melihat Sarah menangis, karena tidak punya ibu. Sementara teman-teman di sekolahnya diantar jemput sama ibunya. Aku sudah bertekad, jika ada seorang wanita yang bisa diterima oleh putriku sebagai ibu sambung, maka aku akan berusaha untuk mewujudkan keinginan putriku. Apapun resikonya.”Bu Farida membentak anaknya, “Kamu mau cari ribut?”“Aku tidak takut sama suaminya Maryam, itupun andai benar dia punya suami. Tapi mungkin saja dia bohong. Dia sudah tahu kalau aku dan Sarah butuh dirinya, maka dia berlagak jual mahal, untuk nantinya bisa menaikkan mahar.”Bu Farida memperlihatkan sebuah surat, “ini surat dialamatkan ke rumah mamah, baru saja dikirim ke sini sama tukang kebun yang mamah suruh melihat situasi rumah. Tukang kebun itu menemukan surat ini diselipkan di bawah pintu. Kamu baca, itu surat panggilan dari Polres Bandung, perihal kesalahan kita membawa pasien dari RS. Karena yang menandatangani berkas penjemputan pasien adalah

  • Mencintai Seorang Climber   bab 249. Anak yang Rindu Bunda

    Heru termenung di ruang tengah rumahnya. Pada mulanya dia setuju usulan ibunya untuk membujuk Utami agar datang ke Bandung. Heru sadar, memang semestinya mereka yang menjemput Utami ke Cirebon, tapi situasinya cukup sulit. Heru sedang banyak pekerjaan dan harus bertemu rekan bisnisnya, sementara Bu Farida sedang mendampingi suaminya yang menjalani perawatan di rumah sakit. Bahkan dalam kondisi belum sembuh benar, suami Bu Farida harus masuk lapas Sukamiskin lagi.Mereka belum pernah bertemu dengan Utami. Tatkala Bram menikahi Utami, dalam keadaan ayahnya sedang menjalani sidang kasus korupsi. Ketika itu Bram malah dikecam oleh ibu dan kakaknya, dianggap lebih mementingkan diri sendiri. Bram tetap pergi ke Cirebon untuk menikahi wanita pilihannya, karena katanya sudah berjanji mau menikah dari jauh-jauh hari, sebelum ada kasus yang membelit ayahnya. Bu Farida yang marah, tidak mau tahu soal menantu yang di Cirebon itu. Namun kemudian Bram sakit, dan meninggal. Beberapa bulan kemudian

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status