Gisa menatap kepergian Catra dengan tatapan yang memprihatinkan. Dia dapat melihat bagaimana tangan Fazzura merangkul dengan kepala yang disandarkannya pada bahu suaminya.
Fazzura menoleh dengan sedikit senyum kearah Gisa. Entah senyuman apa yang Fazzura berikan. Senyuman meminta izin kah? Atau mungkin sebuah senyuman untuk mengejek? Hanya Fazzura dan Tuhan lah yang tau.
Entah kenapa dada Gisa terasa sesak dalam sesaat. Gisa mengatur nafasnya yang mulai memburu. 'Tenang, Gisa!' ucapnya berusaha menenangkan dirinya sendiri. Gisa menepuk-nepuk dadanya. Kini selain sesak, dada itu terasa sakit.
Gisa raih gelas yang sedang di bawa pramusaji. Dia tenggak isinya sampai tandas, dengan wajah yang berkerut merasakan rasa asing yang masuk kedalam tenggorokannya.
Tidak cukup satu gelas, Gisa menghabiskan minuman yang sudah sangat lama tidak dicicipinya itu sebanyak 3 gelas.
Kai yang kebetulan melihat kakak iparnya itu sempoyongan, akhirnya meminta Novera
Terima kasih sudah membaca ❤️❤️ Bacanya pakai Koin ya! Jangan lupa Vote vote vote!!!
Gisa kembali masuk kedalam selimut setelah mengetahui kalau yang berada di dalam kamarnya semalam adalah sang suami. Kepalanya yang sakit membuat Gisa malas untuk bergerak. Saat ini posisi Catra sendiri tengah menyandar pada dashboard tempat tidur. Dia hanya memakai celana pendek dengan bagian atas tubuhnya yang polos, terekspos. Gisa memeluk perut sixpack sang suami dengan kepala yang dia tenggelamkan kedalam pinggangnya. Kepala Gisa sendiri, masih sangat sakit karena efek alkohol semalam yang belum sepenuhnya hilang. "Ssshh ... " desis Gisa sambil sesekali memijat keningnya. Catra simpan buku yang tengah di bacanya di sebelah tubuhnya. Dia juga menurunkan kacamata bacanya kemudian menaruhnya di atas nakes sebelah tempat tidurnya. "Mommy, sini!" perintah Catra sambil menepuk bagian tengah tubuhnya. "Hem?" tanya Gisa bingung dengan kepala yang menengadah menatap netra suaminya. Catra buka lebar kedua kakinya, dan meminta Gisa u
Catra mematung sambil memegang dua pop corn ukuran jumbo ditangannya. Ketiga sahabat Gisa menatap Catra dengan tatapan penuh tanya. Gisa sendiri hanya bisa mengerenyitkan wajahnya, dengan pertemuan yang tanpa terduga dan tidak direncanakannya itu. "Bisa jelaskan semua ini kepada, kami?" bisik Danisha sambil menyenggol pundak Gisa. Gisa hanya menyengir. Dia belum menjawab kebingungan sahabat-sahabat nya. Catra sendiri melanjutkan langkahnya dan berdiri dihadapan sang istri, sambil memberikan pop corn yang di belinya. Catra kemudian membungkukkan sedikit tubuhnya sebagai sapaan pada sahabat-sahabat dari istrinya tersebut tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya. Dia kembali menegakkan tubuhnya dengan sebelah tangannya yang dia masukan kedalam saku celana pendeknya. "Dad, kenalkan ini teman-teman, Mommy!" ucap Gisa memperkenalkan sahabat-sahabatnya. Danisha, Milea dan Derina, membungkuk sambil menjulurkan tangannya untuk b
Catra membawa Dean kedalam gendongannya. Gisa sendiri saat ini tengah mengecek kembali kebutuhan sang anak selama di kebun binatang. Mobil yang akan mengantar mereka ketempat tujuan pun, sudah terparkir rapih di halaman rumah mewah Catra. Abhi masuk ketempat kemudi mobil. Sementara Zeca, masih mengecek tempat duduk untuk memastikan keamanan bos kecilnya itu. Setelah semuanya dipastikan aman, Zeca memberitahu Catra kalau car seat nya sudah bisa digunakan. Catra menurunkan Dean dan menempatkannya pada car seat yang sudah terpasang di belakang kemudi. Catra memastikan kembali keamanan dari sabuk pengaman yang terpasang pada anaknya. "Baby, untuk sementara, ke Zoo nya sama uncle Abhi, ya!" Catra memberi pengertian pada anaknya. "Daddy harus ke Rumah sakit untuk menjemput, nenek," jelasnya. "Nanti, Daddy sama Mommy, nyusul Kakak ke sana, oke?" lanjutnya. Dean mengangguk sambil tersenyum mendengar sang nenek akan pulang. Catra mengus
Fazzura menyunggingkan senyum sinisnya pada Gisa. Dia tersenyum miring meremehkan. 'Oh, ternyata itu tujuan pernikahan mereka!' sorak Fazzura dalam hati. Gisa yang seakan bisa membaca maksud dari Fazzura, menatap balik Fazzura dengan tatapan tajam. Gisa mengeratkan pelukannya pada pinggang sang suami. Catra yang merasa pelukan istrinya itu mengerat, menundukkan kepalanya menatap sang istri. "Mommy kenapa?" tanya Catra lembut. Tangan Catra mengusap kepala Gisa. Fazzura mendelik tidak suka dengan apa yang Catra lakukan pada Gisa. Dia mengepalkan kedua tangannya dengan rahang yang mengerat ketat menahan kekesalannya. "Mommy hanya pusing, Dad!" jawab Gisa sambil tersenyum agar suaminya tidak panik. "Zurra, Abang duluan ya! Sepertinya Gista membutuhkan waktu untuk beristirahat." terangnya pada Fazzura. Fazzura belum menjawab. Dia masih mematung, menyaksikan bagaimana seorang Catra yang terkenal dengan keahliannya mengendalikan orang lain, j
"Tante, titip Zura!" pintanya sambil menggenggam tangan Catra. "..." Catra bergeming, belum menjawab pertanyaan dari Melisa. Catra tersenyum sambil mengelus tangan wanita yang dipanggilnya Tante tersebut secara lembut. Saat Catra akan menjawab permintaan dari Melisa, tiba-tiba seseorang datang. "Daddy!" panggil seseorang dari balik pintu masuk ruangan Melisa. Saat ini Gisa tengah masuk kedalam ruangan tersebut. Melisa menatap bingung pada wanita yang berdiri didepan pintu masuk ruangannya. "Mommy sudah bangun?" tanya Catra lembut sambil berjalan menyambut kedatangan istrinya. Catra lilitkan tangannya, melingkar pada pinggang ramping istrinya. Dia membawa Gisa kehadapan Melisa. Melisa masih dengan wajah bingungnya. "Tante ini Gista, istri Catra!" Catra memperkenalkan Gisa pada Melisa. Gisa dengan sopan menunduk sambil membawa tangan wanita paruh baya itu untuk dia kecup sebagai salam perkenalan. "Salam kena
Gisa menatap suaminya, menunggu jawaban apa yang akan suaminya berikan. Apakah Catra akan menuruti permintaan Fazzura dan melupakan janjinya pada Dean? Kedua tangan Gisa mengepal, 'Please, Daddy! Jangan buat Mommy kecewa!' batin Gisa mengucapkan harapannya. "..." Catra bergeming. Dia masih bungkam dengan alis yang berkerut. Gisa menunggu dengan cemas jawaban apa yang akan suaminya berikan pada rubah licik itu. Dada Gisa berdetak cepat. Ia takut terluka dengan jawaban yang akan suaminya utarakan. 'Please Daddy!' mohon Gisa dalam hati. "Abang!" panggil Fazzura kembali dengan nada manjanya. Catra mengangkat tangannya keudara, meminta Fazzura untuk diam. Fazzura mengerucutkan bibirnya kesal. Sementara Gisa, mengerutkan dahinya bingung dengan apa yang suaminya lakukan. Catra mengeluarkan iPhone miliknya, dari saku sweater yang dipakainya. "Novera, tolong hubungi pihak RS Queen Elizabeth dan minta mereka untuk mengirimkan perawat ke
Gisa tengah duduk diatas pangkuan Catra dengan milik mereka yang menempel satu sama lain. Saat ini Catra tengah mengulum ujung merah muda dan memainkannya dengan lidah. Gisa mendesah dengan tangan yang meremat bagian belakang kepala suaminya. Catra terus menggoda bagian sensitif dari dada istrinya, dengan permainan lidah dan beberapa kecupan serta sedotan yang membuat bagian dalam milik Gisa berkedut, memijat milik Catra yang tengah menancap gagah memenuhi milik Gisa yang sempit. "Ough ... Dad!" desahannya. Gisa mulai meliukan tubuhnya, bergerak dengan alami mencari kenikmatannya sendiri. Catra menyandarkan kepalanya pada jok mobil yang dibuat setengah berbaring. Matanya terpejam menikmati setiap gerakan lembut yang istrinya lakukan. Gerakan lembut yang mengurut setiap sisi dari milik Catra. Kedua tangan Catra tidak tinggal diam. Tangan itu mengelus, memijat dengan sesekali memelintir bagian dari dada Gisa yang menonjol. Gisa membusungkan dadanya, mem
"Daddy, si-siapa?" tanya Gisa ketakutan. "Sebentar," pinta Catra akan membuka jendela mobil. "Daddy, jangan!" Gisa menahan lengan suaminya, dengan kepala yang menggeleng pelan. "Percaya sama, Daddy!" sambil memegang dan mengelus tangan istrinya lembut. "Tapi, Dad," ucapnya. Namun Catra tidak menghiraukan ketakutan istrinya dan tetap membuka jendela mobilnya. "Maaf, Pak!" ucap seorang pria berjas hitam tersebut. "Semuanya sudah siap." lanjutnya. "Oke, saya kesana sekarang!" jawab Catra kemudian menutup kembali jendela mobil nya. Gisa membelalakkan matanya, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Gisa memberengut kesal, merasa sudah dibohongi oleh suaminya. Gisa membuang wajahnya kearah jendela luar, tempat duduknya. Catra dibuat gemas oleh tingkah istrinya yang sedang ngambek karena ulahnya. "Mommy kenapa?" tanya Catra polos. 'Pura-pura tidak berdosa, lagi!' gerutu Gisa dalam hati. Gisa masih bergeming,