Share

Mendadak Nikah : Tawanan Hati Berondong Tajir
Mendadak Nikah : Tawanan Hati Berondong Tajir
Author: Linda Malik

Bab 1

Author: Linda Malik
last update Last Updated: 2025-05-05 22:08:02

“Jika bukan denganmu, aku tidak akan menikah! Aku akan melajang selamanya!” tegas Kazuya dengan raut wajah serius.

Sorot matanya memancarkan ketulusan cinta yang mendalam, pada wanita berusia dua puluh empat tahun yang menjadi asisten dosen di perguruan tinggi tempat Kazuya mengenyam pendidikan.

“Tidak! Apakah kau tak pernah diajarkan sopan santun?” Clay menatap tajam penuh peringatan pada pemuda berwajah oriental itu.

Tak hanya sekali Clay menolak pernyataan cinta dari mahasiswa semester satu itu. Bahkan kali ini pemuda berusia sembilan belas tahun itu, berani melamarnya.

Bukan hanya karena Clay sudah memiliki kekasih, namun perbedaan usia menjadi salah satu alasan wanita itu menolak.

Mendengar penolakan tak membuat semangat Kazuya patah, justru dia semakin tertantang untuk bisa menaklukan hati sang pujaan hati.

Rasa kagumnya justru bertambah, melihat raut wajah Clay yang tampak semakin cantik meski sedang dalam keadaan marah.

“Kenapa kamu senyum-senyum sendiri? Apa ada yang lucu?” tanya Clay masih dengan nada ketus.

“Memangnya ada ya, peraturan yang melarang mahasiswa untuk tersenyum pada Asdos? Lagian kita kan lagi di rumahku. Jadi aku bisa bebas melakukan apapun,” balas Kazuya sembari melangkah semakin dekat ke arah wanita yang ditugaskan untuk membimbing Kazuya belajar.

“Hei, mau ngapain kamu? Aku bisa teriak sekarang kalau kamu ngelakuin yang aneh-aneh!” Raut panik terlihat jelas di wajah Clay. Segera dia menggeser tas pundaknya hingga di depan dada, seraya melangkah mundur.

Pemuda itu bukannya menurut, justru semakin melangkah maju dengan senyum yang terlihat aneh di pandangan Clay.

Langkah Clay berhenti, kala punggungnya sudah membentur tembok.

“A-aku bilang berhenti Kazuya! Aku akan teriak sekarang!” ancam Clay ketika Kazuya semakin memupus jarak.

Tangan wanita itu terulur ke depan, menahan dada Kazuya agar tetap di posisinya.

“Ngapain kita gak pacaran aja sih? Kamu single, aku juga gak punya pacar,” ucap Kazuya sembari mengungkung tubuh kecil Clay dengan meletakkan kedua tangannya di sisi wanita itu. Pandangannya menelusuri kecantikan Clay yang sudah beberapa bulan ini mengisi pikirannya.

Wajah Clay mendongak, membalas tatapan lembut pemuda kurang ajar itu dengan tatapan tajam penuh peringatan.

“Enak saja kamu ngomong! Aku sudah punya calon suami! Dan sebentar lagi kami akan menikah! Jadi aku mohon mulai sekarang berhentilah melakukan hal yang sia-sia, karena aku tidak akan pernah menerimanya!” tegas Clay berusaha mendorong tubuh jangkung itu menjauh, namun usahanya sia-sia. Kekuatannya tak sebanding dengan kekuatan pemuda berbadan atletis itu.

“Oh, really? Serius? Kamu sudah punya pacar?” Kazuya merendahkan wajahnya hingga sejajar dengan wajah sang wanita. Sorot mata tajam menelisik, namun menyimpan rasa tak percaya akan perkataan wanita itu. Justru dia mengira jika Clay sengaja membuat alasan yang mengada-ada, hanya untuk menolak cintanya.

“Aku serius, Kazuya! Calon suamiku akan marah jika melihat kamu memperlakukan calon istrinya seperti ini!”

“Lalu, dimana dia? Jika benar apa yang kamu katakan, kenapa aku gak pernah melihat pria yang kau bilang calon suami itu?” ucap Kazuya terdengar meremehkan. Smirk tipis tersungging di bibirnya.

Clay membuang pandangannya ke samping. Tak kuat lama-lama bertatapan dengan pemuda yang memiliki ketampanan menonjol ini.

Ada sedikit getaran aneh di dadanya, setiap kali berdekatan dengan Kazuya. Wangi maskulin bercampur dengan aroma tembakau, yang begitu menunjukkan sifat kelelakian Kazuya.

“Calon suamiku sedang sibuk bekerja. Untuk itu, jarang sekali kami terlihat bersama,” jelas Clay tanpa berani menatap balik lawan bicaranya. “Tapi bukan berarti dia tak perhatian. Kami saling mencintai dan tak lama lagi kami akan menikah.”

Clay menghela nafas panjang. Apa yang dia katakan, bukanlah seratus persen kebohongan. Meski ada hal yang dia ungkap secara berlebihan.

Namun inilah satu-satunya cara yang mungkin saja bisa membuat pemuda itu berhenti mengejarnya.

“Aku gak akan berhenti mengejarmu sampai..” Kazuya menghentikan ucapannya, meraih salah satu tangan Clay yang masih berada di dadanya. Membuat wanita itu terkesiap, hingga menegakkan pandangan.

“Sampai aku sendiri tahu, jika calon suamimu itu benar-benar ada!”

Deg!

Wajah Clay tampak pias. Pipinya pun memerah. Clay tahu, Rafael memang belum pernah melamarnya. Bahkan sudah beberapa bulan terakhir ini, hubungan Clay dengan sang kekasih terasa sangat hambar. Ada sesuatu hal yang membuat hubungan mereka renggang. Entah apa itu, Clay pun tak tahu.

Clay memejamkan mata sejenak seraya menghirup nafas dalam-dalam. Menghadapi pemuda seperti Kazuya memerlukan kesabaran ekstra. Padahal sudah berbagai cara dilakukan untuk menyadarkan pemuda itu, namun sepertinya Kazuya memiliki pendirian yang teguh.

“Kalau kamu gak percaya, kamu boleh melihatnya sendiri. Aku akan kenalkan kamu dengan calon suamiku!”

Dengan sekuat tenaga, Clay mendorong tubuh jangkung itu menjauh. Secepatnya dia mencari celah untuk bisa terbebas dari Kazuya. Melangkah terburu-buru menuju gerbang rumah keluarga Martin.

Namun langkahnya terhenti kala melihat Mercedes Maybach hitam, memasuki pelataran rumah. Clay menunduk hormat ketika pria bergaya parlente itu keluar dari mobil mewahnya.

Martin Gerald menatap datar pada wanita muda dari balik kacamata hitam yang bertengger di hidungnya.

“Selamat sore tuan Martin,” sapa Clay seraya memaksakan senyumnya yang terlihat kaku, pada pria yang tak lain adalah papa Kazuya.

“Bagaimana perkembangan putraku?” tanya pria pemilik rahang tegas itu dengan raut wajah datarnya.

“Kazuya bisa mengikuti pelajaran yang saya ajarkan, tuan Martin. Anda tak perlu cemas, saya akan membantunya menyelesaikan pendidikan hingga putra anda meraih gelar dan memperoleh indeks prestasi seperti yang anda inginkan,” jelas Clay dengan pandangan menunduk.

Berhadapan dengan pria yang memiliki pengaruh besar di universitas tempat Clay menimba ilmu, tak ayal membuatnya canggung.

Andai saja bukan karena perintah dari Martin sendiri, mungkin saja dia sudah menolak menjadi pembimbing mahasiswa kurang ajar seperti Kazuya.

Martin mengangguk, tanpa menjawab penjelasan dari wanita itu.

“Saya pamit pulang, tuan. Tugas saya hari ini sudah selesai,” ucap Clay yang ingin segera meninggalkan rumah itu.

“Pulanglah! Untuk gajimu, biar nanti asistenku yang mengurus.” Martin berjalan mendahului, hendak memasuki rumah.

Namun mendadak raut wajahnya mengerut, tatkala berpapasan dengan putranya yang sudah bersiap dengan jaket kulit hitam dan helm arai menutup kepalanya.

Kazuya tak berniat menyapa papanya, justru melangkah melewatinya.

“Mau kemana, Kaz?” tanya Martin seraya melepas kacamata hitamnya.

Kazuya menghentikan langkah. Sejenak terdiam, sebelum akhirnya menjawab, “mau anterin calon istriku pulang!”

Mendengar jawaban singkat dari putra tunggalnya, sontak memancing reaksi Martin. Segera dia memutar tubuhnya untuk melihat langsung ke arah putranya. Namun belum sempat dia bertanya, Kazuya sudah berjalan menjauh.

“Calon istri? Apa yang dimaksud adalah wanita yang tadi?” gumam Martin yang segera mencari keberadaan Clay. Namun sayangnya, wanita itu sudah tak terlihat.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Nikah : Tawanan Hati Berondong Tajir   Bab 96

    “Papa..” panggil Kazuya lirih hampir tak terdengar. Melihat kembali wajah pria yang selama ini dianggap ayahnya, cukup membuat hatinya mencelos.Di sisi lain, Martin tampak mematung untuk sesaat. Namun dalam hitungan detik raut wajahnya kembali dingin, segera mengalihkan pandangannya ke depan.“Maaf nyonya Helena, Tuan Martin,” sapa sang kepala gudang seraya menunduk hormat. “Maaf kami mengganggu waktu anda, saya hanya..”“Gery, duduklah! Ajak Kazuya masuk dan.. tutup pintunya!” perintah Helena yang langsung dituruti oleh kepala gudang.Kini Kazuya terjebak dalam situasi yang tak diinginkan. Dari awal ingin menghindar, namun justru orang yang dihindari telah muncul di hadapannya.Kazuya duduk di sofa memanjang di sudut ruangan, sementara Martin duduk di kursi depan meja kerja Helena, dengan Bastian yang berdiri di belakangnya.“Maaf obrolan kita terjeda Tuan Martin,” ucap Helena kembali duduk di kursi. Tangannya mulai bergerak di atas papan keyboard. “Sejak tiga bulan terakhir, produk

  • Mendadak Nikah : Tawanan Hati Berondong Tajir   Bab 95

    “Maaf Nyonya Helena, saya rasa itu tidak mungkin. Saya tahu betul seperti apa suami saya. Dia tidak mungkin..”“Kau pikir suamimu itu lurus-lurus aja?” Helena memotong ucapan Clay, tersenyum remeh. “Sudahlah, kita itu harus hidup sesuai realita. Tak ada lelaki jujur di dunia ini, kita harus terima itu.”Clay mengulas senyum tipis, berusaha menunjukkan sikap setenang mungkin meski dadanya berdebar tak menentu. Meski hatinya berusaha menyangkal ucapan Helena tidaklah benar, namun tetap saja pikiran negatif kembali meracuni.“Saya tetap percaya sama suami saya. Kebetulan anda datang kemari, saya bermaksud ingin mengembalikan paket yang anda kirim tadi pagi,” ucap Clay seraya melangkah menuju pintu kamarnya.Namun saat hendak meraih gagang pintu, Helena kembali memanggilnya.“Hei tunggu!” Helena melangkah menghampiri. “Maksud kedatanganku kali ini ingin memberi tawaran kerja untuk suamimu. Tentunya dengan gaji yang lebih besar.”Clay terdiam untuk sesaat, sebelum akhirnya memutar tubuhnya

  • Mendadak Nikah : Tawanan Hati Berondong Tajir   Bab 94

    “Apa maksudmu?” Kazuya menatap balik wanita yang sudah berdiri di sisinya. Suaranya datar, tapi menusuk.“Paket yang aku kirim tadi pagi. Itu untukmu,” jawab Helena mengulas senyum menggoda. Melangkah lebih dekat agar Kazuya bisa melihat dengan jelas pesonanya yang memikat.Blouse warna merah muda yang dia kenakan, sengaja dibiarkan terbuka di bagian atas agar pria itu bisa melihat bongkahan ranum miliknya. Helena yakin, tak ada satu pria pun yang bisa menahan godaan ini. Helena menahan nafas saat tatapan Kazuya tertuju padanya. Sengaja menggigit bibir bawahnya untuk menambah kesan seksi menggoda.Namun harapan itu pupus ketika Kazuya memilih untuk tidak menanggapi. Memalingkan wajah dan kembali fokus pada pekerjaannya.Helena mendesah kesal, senyum sedikit memudar dari bibirnya.“Kazuya..” panggilnya, namun pria itu tetap diam tak merespon.Kazuya membungkukkan tubuh, setengah berjongkok. Hendak meraih dus yang telah ditutup rapi, bersiap untuk membawanya ke dalam mobil box. Namun t

  • Mendadak Nikah : Tawanan Hati Berondong Tajir   Bab 93

    Clay tersentak mendengar suara Kazuya di balik pintu. Buru-buru menyembunyikan kotak paket itu di belakang tubuhnya. Lalu segera memutar tubuh menghadap pintu yang bergerak terbuka.Sosok sang suami muncul dengan wajah yang terlihat masih setengah mengantuk.“Kamu lagi apa sih?” tanya Kazuya seraya melihat suasana di luar. Langit masih belum terang. Udara pagi yang dingin, juga kicauan burung menandakan jika hari masih terlalu pagi.Clay menelan ludah, menggigit bibir bawahnya. Merapatkan kotak paket di belakang tubuhnya, berharap suaminya itu tak melihat.“Ti-tidak, aku hanya ingin ke warung depan,” jawab Clay sedikit terbata.“Ini masih terlalu pagi. Kamu lapar?” tanya Kazuya menebak.Clay mengangguk pelan.“Biar aku yang ke warung depan. Kamu tunggu di kamar,” ujar Kazuya seraya meraih pundak sang istri dan menuntunnya masuk ke kamar.Kazuya meminta istrinya untuk kembali berbaring di kasur, namun Clay menolak, memilih untuk duduk.Kazuya seraya merendahkan tubuhnya, bersimpuh di l

  • Mendadak Nikah : Tawanan Hati Berondong Tajir   Bab 92

    “Kita masuk dulu!” Kazuya meraih pundak sang istri, menuntunnya untuk duduk di tepi ranjang.Tatapan Clay mengikuti pergerakan suaminya. Bibirnya tertutup rapat, namun raut wajahnya seolah menunggu penjelasan sang suami.Setelah menutup pintu kamar, Kazuya bergegas menghampiri sang istri. Duduk bersimpuh di depan Clay.“Tadi sebelum pulang, aku di panggil Helena. Atasanku, ingat?” ujar Kazuya memulai penjelasan. Kedua tangannya menggenggam erat tangan sang istri yang terkulai di atas paha.Clay terdiam tak menjawab, namun tetap mendengar. Dadanya bergemuruh hebat. Jika memang benar atasan suaminya yang berbuat, lalu mengapa dia melakukannya?Masih melekat jelas dalam ingatannya, pertemuan tak sengaja dengan wanita yang menjadi pemilik pabrik tempat suaminya bekerja. Sikap ramah Helena tak memercikkan sedikitpun kecurigaan di hati Clay. Dia tahu, wanita matang seumuran Helena tak mungkin memiliki ketertarikan pada pemuda yang usianya jauh lebih muda darinya.Kazuya menghela nafas singk

  • Mendadak Nikah : Tawanan Hati Berondong Tajir   Bab 91

    “Aku rasa anda sudah tahu jawabannya.” Setelah menjawab, Kazuya bergegas memacu langkah meninggalkan Helena yang dilanda rasa kecewa.Helena tertegun di tempat, melihat tubuh Kazuya yang menghilang di balik pintu. Senyum manis yang tadinya menghiasi bibirnya, mendadak sirna. “Apa mereka sudah mengenal sebelumnya? Tapi siapa sih Kazuya itu? Aku lihat dia bukan orang sembarangan.”“Kayaknya Bu Helena menyukai karyawan baru itu.”“Sst.. jangan keras-keras! Nanti kedengeran!”Bisik-bisik mulai terdengar dari para pekerja. Perlahan Helena menoleh ke belakang, sontak suara-suara itu mendadak berhenti. Tatapan tajam Helena, membuat semua para pekerja kembali menunduk. Pura-pura sibuk dengan makanan mereka. Helena menghela nafas panjang, mengalihkan pandangannya ke arah pintu lalu melangkah keluar area gudang. Ada kilatan emosi di matanya. Rasa tidak terima, marah, dan gengsi yang bercampur aduk.**Kini Helena duduk di balik meja kerjanya. Jemarinya mengetuk pelan permukaan meja. Layar lap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status