Selly terlihat tengah bersiap disebuah ruangan, rencananya hari ini ia akan melakukan perawatan pada luka bakar diwajahnya. Lastri sengaja mencari dokter kulit yang jauh dari kota agar tak membuat curiga Nio juga anak buahnya.
"Bagaimana dok wajah putri saya," tanya Lastri pada dokter.
"Butuh waktu agak lama untuk mengembalikan kondisinya seperti semula, namun seperti yang saya katakan sebelumnya jika ini tidak bisa menyembuhkan secara 100%," ucap dokter kepada Lastri.
"Aku hanya ingin luka ini segera menghilang dari wajahku dok. Luka ini sesekali terasa begitu sakit dan sangat menyiksa," seru Selly.
"Terang saja sakit, itu diakibatkan karena anda tidak baik-baik merawatnya saat itu masih luka baru.
"Gimana mau merawatnya, uang saja tak punya waktu itu," lirihnya bergumam.
Perlahan dokter mulai mengobati luka bakar Selly, sesekali pula Selly akan berteriak kesakitan kala dokter malakukan tindakan.
"Tahan Selly, ini demi wa
Suasana malam ini seakan berbeda dengan malam-malam sebelumnya, jika dulu disetiap malam akan ada rasa dingin yang membalut dua insan kesepian kini semua terbayar dengan kehangatan yang sedang membakar keduanya.Nio mendekap Sabrina dengan begitu rindu, dekapan yang tak mampu lagi memeluk erat perut istrinya. Kondisi kehamilan Sabrina memang sudah sangat besar, bahkan tak jarang Sabrina merasa sedikit kesusahan bernafas ketika terlalu banyak berjalan.Pagi yang begitu indah ketika kedua mata yang baru saja terbuka langsung disuguhi keindahan ciptaan Tuhan, Nio hanya bisa terdiam menatap indah wajah istrinya. Ada rasa bersalah ketika ia mengingat kembali kejadian dulu, kejadian dimana ia begitu kejam kepada istrinya."Maaf," lirihnya membelai pipi chuby istrinya.Belaian itu perlahan turun dari wajah hingga tubuh istrinya, Nio merasa sangat merindukan istrinya. Rasanya tak cukup jika ia hanya satu kali, hingga akhirnya ia memaksa Sabrina yang sedang
Sudah hampir satu minggu keduanya menikmati masa-masa berduanya di vila, jauh dari keramaian dan penuh keromantisan. Nio benar-benar memanfaatkan waktunya untuk memperbaiki hubungan dengan Sabrina, manjadikan hubungan yang sedingin es menjadi sepanas bara api."Sudah siap yank," tanya Nio yang datang sembari mengancingkan lengannya.Sabrina tak menyahutinya, wanita itu malah sedang merapatkan dirinya dengan tubuh sang suami."Mau apa," tanya Nio memicingkan matanya."Nggak, nggak ada kok," membelai lembur dada suaminya."Jangan nakal ya tangannya ini."Sabrina tersenyum jahil ketika melihat telinga suaminya sudah berubah warna menjadi merah, itu pertanda jika rangsangannya bekerja dengan sangat baik pada tubuh suaminya. Dengan masih tertawa Sabrina melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar.Nio hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang istri, sungguh menggemaskan dan menjengkalkan dalam waktu bersaan. "Jahil banget ja
Hari ini sesuai dengan rencana Sabrina akan pergi berbelanja dengan kedua mamanya, minus sang suami yang harus melakukan sebuah pekerjaan. Berat rasanya saat Nio harus berjauhan dari sang istri, perasaannya benar-benar resah saat melepas kepergian sang istri."Ada bunda sama tante juga yang jagain, tenang aja kali bro," tepuk Marshel pada bahu Nio."Entah, rasanya berat melihat dia pergi dan jauh dari jangkauan mataku ini. Ada rasa yang kurang saat tak menatapnya Shel, rasanya ada sesuatu yang gue nggak tahu.""Udah tenang aja, kalau ada apa-apa pasti juga dikabarin. Proyek ini butuh loe disana buat deal," menarik Nio pergi dan menjauhi rumahnya.Nio baru saja tiba namun sudah banyak yang menunggunya, ternyata benar kata Marshel jika mereka memang menunggu dirinya untuk terjun langsung pada proyek ini. Semua orang begitu sibuk dengan pekerjaan masing-masing, termasuk Nio juga Marshel yang tengah sibuk melihat berkas kerja sama."Deal, saya suka den
Semua keluar dengan wajah riangnya, terutaman Sabrina yang menikmati harinya kali ini. Bisa berbelanja puas dengan kedua ibunya membuatnya merasa begitu nyaman. Namun entah kenapa dalam tawa itu terselip rasa marah juga cemas yang datang bersamaan."Kenapa ini, kenapa rasanya aku marah dan cemas bersamaan?" batin Sabrina yang memegangi dadanya.Alex yang sedang mendorong kursi roda nona mudanya terlihat begitu waspada, belajar dari masa lalu kali ini ia tak ingin kecolongan dalam pekerajaannya. Tangannya begitu erat memegagi kursi roda Sabrina."Nona sebaiknya kita segera pulang, saya takut tuan muda akan marah jika nona kelelahan," ucap Alex."Benar sekali, mami nggak mau kena omel tuh anak kalau sampai istrinya kelelahan.""Yaudah kalau gitu kita pulang saja, lagian semua yang kita ingin beli juga sudah kebeli kan," sahut Lena saat mereka tiba didepan mall."Biar saya bantu masukkan belanjaannya nyonya, "tawar Alex yang meminta belanjaan d
"Akhh, akhhh!"Entah dari mana Sabrina mendapatkan kekuatannya saat ini, ia yang berhadapan langsung dengan Selly sama sekali tak gentar dengan segala ancaman wanita itu. Bahkan saat Selly melangkah maju mendekat Sabrina masih tetap diam di tempatnya.Namun siapa sangka jika betina yang selama ini dianggap lemah bisa menyerang dengan telak pada lawannya. Dengan sekali gerak tangan Sabrina kini berada di leher Selly, mencekiknya dengan kuat hingga wajah lawannya merah padam."Rasa sakit dan sesak ini sama sekali tidak sebanding dengan rasa yang sudah loe berikan untuk anak gue. Rasa ini masih terlalu ringan untuk orang pendosa macam loe ini," mengeratkan cengkramannya semakin kuat.Selly kesakitan, ia yang ingin menyerang nyatanya malah mendapatkan serangan balik dari Sabrina. Sakit sekali lehernya saat ini, cengkraman Sabrina benar-benar membuat Selly kehabisan oksigennya."Kenapa? Sakit? Masih jauh lebih sakit Sasa kala itu yang loe tinggalk
Alex terkejut saat tiba-tiba Selly datang dan menyerangnya, beruntung ada Sabrina yang menepis serangan Selly di depannya. Karena terkejut tanpa sengaja Alex menjatuhkan ponselnya hingga mati."Nggak becus! Tangkap dan tahan dia, jangan sampai lepas," bentak Alex pada anak buahnya.Tiga orang anak buahnya segera datang dan menahan lengan Selly dengan begitu kuat, sedang yang lainnya segera mengamankan jalan agar tak mengundang kerumunan."Nona, apa nona baik-baik saja?"Alex panik saat tubuh Sabrina tiba-tiba hampir tumbang dan terjatuh, beruntung ia sigap dan segera menopang nona mudanya. Dengan segera ia membawa Sabrina masuk ke dalam mobil dan melesat begitu saja.Nio yang merasa belum selesai berbicara sudah sangat panik dibuatnya, berulang kali ia mencoba menghubungi Alex namun belum juga bisa. Marshel yang melihat gelagat Nio merasa curiga dan segera mendekatinya."Ada apa?""Sabrina, istri gue sedang nggak baik-baik aja,"
Tak hanya Nio yang terkejut dengan apa yang ada di depan matanya, Marshel bahkan sampai memundurkan langkahnya karena rasa terkejutnya."Siapa kamu?"Sabrina merasa heran saat sang suami ternyata tak mengenali wajah mantan istrinya, wajah perempuan yang telah membunuh putri kesayangannya itu."Hubby nggak kenal siapa dia?" balik Sabrina bertanya dengan rasa herannya."Enggak, memang dia siapa yank?""Selly!"Kedua laki-laki itu terkejut seketika, Selly yang mereka tahu adalah perempuan yang selalu merawat diri juga wajahnya. Sedang yang saat ini di depanya adalah perempuan yang hampir memiliki luka bakar diseluruh wajahnya, jadi wajar saja jika tak ada yang mengenali jika itu adalah Selly."Kenapa, bukankah kalian senang dengan keadaan gue saat ini. Puas kalian," teriak Selly yang terus meronta dari cengkraman anak buah Nio."Pegang kuat, jangan sampai lepas seperti tadi," seru Alex dengan begitu tegasnya.Nio melangkah
Disini lah saat ini Lena, duduk terikat di atas kursi dalam ruangan yang begitu pengap udara. Perlahan matanya kembali terbuka dan mencoba mengenali tempat dirinya berada."Sudah bangun ternyata," seru seseorang yang berdiri di kegelapan."Siapa kamu, di mana saya ini?""Anda tidak mengenali saya?" tanyanya.Perlahan sosok itu mulai melangkahkan kakinya, dari kegelapan kini menuju terang cahaya. "Kalau begini, apa anda mengenali saya?""Jadi kamu ternyata, cihh." seru Lena yang tak terkejut dengan sosok di depannya saat ini."Saya tidak ada niat untuk menyakiti anda, saya hanya membutuhkan anda sebagai alat tukar untuk putri semata wayang saya.""Pantas saja putrinya seperti itu, orang ibunya aja juag sama kelakukannya. Sama-sama kriminal," seru Lena dengan begitu tajamnya."Terserah anda mau mengatakan apa, asal putri saya bisa bebas maka apapun akan saya lakukan demi dia.""Anda salah mendidik putri anda, bukan seperti