Empat tahun kemudian.
Bian baru saja pulang dari kantornya, terlihat kalau lampu rumah menyala. Artinya ada wanita itu ada di sini. Pembantunya pulang sore, malam harinya sudah tidak ada siapa pun di rumahnya.
Orang yang keluar masuk tidak lain adalah Freya.
Dia masuk ke dalam rumahnya dan langsung ke kamar. Baru saja dia membuka pintu, melihat wanita itu sedang ada di atas ranjangnya Bian.
Dia menghampiri Freya dan mencium pipi wanita itu. “Kamu lama di sini?”
“Tidak. Aku baru datang.”
Dengan kesibukan yang mereka jalani berdua membuat mereka jarang bertemu. Freya yang terlalu sibuk dengan urusannya. Wanita itu mengurus perusahaan milik orang tuanya, begitu juga dengan Bian. Jadi, wajar kalau mereka jarang sekali bisa bertemu.
Dia menghela napas dan kemudian Freya bangun dan memeluknya. “Kamu kelihatan lelah, mandilah!”
Bian menuruti perintah kekasihnya. Ini adalah tahun ke sepuluh Bian menjalin hubungan pacaran dengan Freya.
Perasaannya masih sama seperti dulu. Dia begitu menyayangi Freya, sekalipun mereka jarang bisa bersama seperti ini.
“Besok aku kedatangan sekretaris baru,” ucap Bian sebelum mereka tidur.
“Seorang wanita?”
“Hmmm, dia akan menggantikan Sierra selama tiga bulan.”
“Ah, ya. Sierra sebentar lagi melahirkan.”
Bian menaruh ponselnya, dia menarik wanita yang ada di sebelahnya. “Ayo tidur! Besok aku mengantarmu pulang.”
Jangan pernah berharap lebih untuk membahas hubungan dengan Freya, wanita ini tidak akan mau membahas tentang kelanjutan hubungan. Ingat dulu ketika Bian berusaha mencari wanita untuk dinikahi demi warisan, wanita ini justru mengatakan kalau Bian harus mencari wanita lain.
Pernikahan kontrak Bian pun didukung oleh wanita ini.
Keesokan harinya. Dia mengantar Freya terlebih dahulu sebelum ke kantor. Dibuatkan sarapan oleh wanita ini seperti biasa sebelum mereka memiliki kesibukan masing-masing.
“Tolong jemput aku kalau kamu ada waktu nanti sore!”
Bian mengangguk, mereka berdua berciuman sebelum berpisah. Sengaja dia tidak meminta diantar oleh sopirnya karena akan ada adegan panas seperti ini sebelum Freya keluar dari mobilnya.
Setibanya di kantor, Edo sudah ada di ruangannya. Pria itu adalah tangan kanannya yang akan mengikutinya ke mana pun. Bekerja di luar jam kerja juga dilakukan oleh Edo. Sementara itu, untuk sekretarisnya tentu saja dilakukan oleh Sierra. Wanita yang selalu profesional selama ini.
Pagi itu, ketika dia sedang bersantai di ruangannya. Edo langsung masuk ke ruangannya. “Pak, dia sudah datang.”
Bian berdiri untuk menemui sekretaris penggantinya Sierra. “Selamat pagi.”
Tubuhnya Bian membeku ketika melihat wanita yang berdiri sekarang di ruangannya itu. Setelah sekian tahun mereka tidak bertemu, mereka justru dipertemukan di sini. “Edo, kita bicara setelah ini.”
Edo keluar dari ruangannya dan sekarang dia menghampiri Jasmine. Mereka sama-sama terkejut dengan pertemuan ini. “Duduklah!”
Jasmine duduk di sofa yang berhadapan dengannya. Tidak menyangka kalau mereka akan bertemu lagi setelah sekian tahun. Membuat batas diri menjadi asing tapi justru dipertemukan dengan cara yang tidak sengaja.
Wanita yang duduk di depannya ini semakin cantik. Empat tahun lalu, wanita ini pernah dia nikahi demi harta. Empat tahun lalu, pernikahan mereka nyaris sempurna. Tidak ada cacat sama sekali dalam pernikahannya. Namun mereka harus berpisah sesuai dengan perjanjian.
Masih dalam keadaan tidak percaya kalau dia akan bertemu lagi dengan Jasmine. Dia menghela napasnya panjang. Lalu kemudian dia menatap wanita itu dengan intens. “Apa kamu yakin dengan pekerjaan ini?”
Jasmine mengangguk mantap. “Ya, saya pasti akan melakukannya dengan baik.”
Bian tahu kalau Jasmine mungkin langsung mencari pekerjaan setelah mereka bercerai. Sierra bekerja dengannya lebih dari tujuh tahun. Sementara wanita ini pasti tidak akan memiliki kinerja yang sama dengan Sierra. “Oke, aku harap kamu gesit seperti Sierra.”
“Hari ini saya sudah bisa bekerja?”
Bian berdiri dan mengantar Jasmine ke ruangannya. “Ruanganmu di sebelah, kamu akan bekerja dengan Edo nantinya.”
“Baik, terima kasih.”
“Aku harap kita sama-sama profesional!”
Dia berada di satu masalah yang mungkin akan berdampak besar nantinya. Pertemuan antara Jasmine dan juga Freya tidak bisa dihindari kalau seperti ini masalahnya. Freya sangat cemburuan, sekalipun Jasmine adalah orang di masa lalunya. Akan tetapi dia khawatir kalau itu akan menjadi masalah besar bagi mereka berdua.
Bagaimana pun juga, dia butuh orang yang menggantikan Sierra. Jasmine adalah orang yang dipilih oleh Edo dan juga Sierra. Mau menolak pun, rasanya agak sedikit mustahil. Karena Sierra sudah pasti punya persiapan matang sebelum memilih cuti dan menyerahkan semua pekerjaannya pada Jasmine.
Mau tidak mau, dia juga harus bersikap profesional dengan mantan istrinya.
Jam makan siangnya telah selesai. Dia kembali terlebih dahulu bersama dengan Edo ke ruangannya, Jasmine belum kembali karena memang belum waktunya untuk bekerja lagi.
Dia duduk bersama dengan Edo. “Kenapa kamu pilih Jasmine?”
Edo tentu saja tahu kalau Jasmine adalah mantan istrinya Bian. “Sierra yang memilihnya satu bulan lalu.”
“Kamu tidak memberitahuku tentang ini.”
“Saya tidak tahu, Pak. Sierra mengatakan kalau dia sudah persiapkan Jasmine sudah satu bulan lebih. Mereka berdua saling kenal.”
Ini bukan perkara saling kenal atau tidak, akan tetapi dia hanya tidak ingin terjadi masalah nanti dan mengacaukan pekerjaan mereka. “Kalau ada kandidat lain. Tolong cari yang lain, Edo! Ini akan jadi masalah besar kalau Freya melihat Jasmine ada di sini.”
“Pak, tidak ada yang tahu tentang dia selain saya.”
“Aku tahu, siapa yang bisa menjamin kalau Jasmine akan baik-baik saja setelah bertemu dengan Freya?”
“Waktu itu bukankah dia setuju dengan pernikahan Bapak dengan Jasmine?” Edo balik bertanya padanya saat dia mulai khawatir tentang keselamatan wanita itu.
Bian menghela napasnya. “Terserah. Semoga semuanya baik-baik saja. Aku sangat berharap dia bekerja dengan profesional. Aku tidak mau kalau nanti ini jadi masalah besar.”
“Tolong bertahanlah! Ini hanya tiga bulan.”
Tiga bulan bukan waktu yang sebentar, bertemu setiap hari. Mengobrol dan membahas tentang pekerjaan.
Dia sedikit merasa tidak nyaman kalau mengingat pertemuan mereka berdua untuk pertama kalinya.
Terdengar pintu ruangan mereka dibuka. Bian langsung mengusir Edo. “Kembalilah ke ruanganmu!”
Ruangan Edo dan Jasmine ada di sebelah. Ruangannya hanya terpisah kaca yang dapat dilihat satu arah. Hanya Bian yang bisa melihat dua orang yang ada di sebelahnya itu.
Kembali fokus bekerja, setiap hari dia akan bertemu dengan wanita ini. Semoga saja tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ke depannya. Terutama dia harus melarang orang-orang yang mengetahui pernikahannya dulu untuk berkunjung ke kantornya.
Mata elangnya mencuri tatapan ke arah ruangan sebelah dan melihat keduanya akrab mengobrol. Suara dua orang di dalam itu tidak akan terdengar. Karena sangat tertutup sekali. Entah apa yang mereka bicarakan sampai bisa tertawa seperti itu.
“Kamu adalah orang yang aku hindari, Jasmine.”
“Pak, apakah saya sudah boleh pulang?”Jasmine beranikan diri untuk meminta izin. Sudah malam, waktunya juga untuk pulang. Tapi pria ini menahannya di kantor.Setelah dia meminta izin, pria itu langsung menatapnya. “Selesaikan dulu tugasmu!”Jasmine memang belum menyelesaikannya. Akan tetapi dia harus menjemput anaknya di daycare, bagaimanapun juga ini sudah lebih dari jam kerja pada umumnya. Anaknya juga sudah pasti tidur di sana.Dia melihat jam dari tadi dan tidak fokus untuk bekerja. “Saya akan datang lebih awal besok, atau saya bawa ini ke rumah.”Pria itu menatapnya lagi. Jasmine hanya ingin menjemput anaknya. “Kamu kenapa terlihat panik?”Dia langsung berusaha untuk menyeimbangkan perasaannya. Dia tidak mengatakan akan menjemput anaknya. “Saya kedatangan tamu di rumah.”Bian mengangguk. “Oke, jangan lupa besok semuanya harus selesai.”Dia akan begadang mengerjakan semuanya. Yang penting dia bisa menjemput anaknya sekarang.Sampai di daycare tempat Noah dititipkan, dia langsung
“Jenguklah Sierra! Dia sudah lama kerja sama kamu,” dia teringat ucapan sang mama.Bian tidak ada pengalaman untuk menjenguk orang yang melahiran. Tapi benar yang dikatakan oleh sang mama. Bagaimana pun juga Sierra sudah lama sekali bekerja padanya. Tidak mungkin dia tidak menengok wanita itu.Dia bertanya pada Jasmine tentang apa saja yang perlu dibawakan untuk Sierra. Wanita itu memberitahunya bahwa dia harus mencari barang yang berguna untuk ibu dan anak.Kemudian dia memerintahkan kepada Edo untuk mencarinya. “Kamu mau ikut, Jasmine?” tanya Bian saat wanita itu sedang fokus dengan pekerjaannya.“Sepertinya tidak. Saya ada kesibukan lain. Mungkin nanti saya akan menjenguknya belakangan.”“Oke.”Jasmine memasukkan barangnya ke dalam tas. “Pak, saya izin sebentar. Nanti akan kembali lagi ke kantor.”“Tunggu Edo balik dulu. Jangan biarkan ruangan ini sepi.”“Baiklah!”Dia keluar dari ruangannya Jasmine. Sekarang dia duduk di tempat kerjanya. Saat sedang membalas email. Dia melihat Jas
“Dia bukan anakmu.”Ucapan itu masih terngiang di kepalanya Bian tentang Noah. Sebulan berlalu setelah kejadian itu, Jasmine tidak terlalu banyak komunikasi dengannya.Jasmine juga sangat menutup diri. Selama Noah sakit, dia memberikan izin kepada Jasmine untuk mengurus anak itu terlebih dahulu. Meskipun banyak pekerjaan Jasmine yang diambil alih oleh Edo.Lalu pada saat wanita itu aktif kembali, giliran Edo yang dia tugaskan untuk mengurus anak itu di tempat penitipan.Komunikasi sangat dijaga sekali oleh Jasmine.Setiap hari, ucapannya Jasmine menggema di dalam pikirannya. Bermain di otaknya setiap kali dia berusaha mencerna kata-kata itu dengan sangat baik. Tidak pernah bertanya apakah Noah adalah putranya atau tidak. Jasmine sudah memberikan clue tersebut.Jam makan siang, Jasmine keluar. Sementara Edo masih ada di ruangannya. “Edo, kamu ke daycare hari ini?”“Ya, saya harus mengantar makan siang untuk Noah sesuai perintah Anda.”Bian menarik napasnya dalam-dalam. “Tolong cari in
Jasmine bekerja seperti biasa. Dia mengantar anaknya ke daycare, lalu kemudian dia berangkat ke kantor. Setiap hari akan ada tatapan yang mengerikan dari bosnya. Seperti yang pernah dia katakan bahwa dia ingin privasi bersama dengan anaknya. Semua itu tidak mempan bagi Bian untuk tetap mengantar makan siang untuk Noah. Dia juga mengatakan kepada pihak daycare bahwa itu teman dekatnya Jasmine. Jadi, segala pemberian yang Bian berikan tetap diterima atas pemberian izin yang dilakukan oleh Jasmine. Sewaktu dia bekerja dan menyusun jadwal Bian. Ada Edo yang ada di depannya sedang duduk santai dan bermain ponsel. “Apakah hari ini bapak ada kesibukan?” Jasmine yang baru saja selesai dan memberikan tablet kepada Edo. “Dia punya jadwal perjalanan ke luar kota minggu depan.”Tatapan Jasmine kepada Edo sedikit mencurigakan. Pria itu juga sering berkunjung ke daycare dan mengantar makan siang untuk anaknya. “Edo, aku ingin bertanya sesuatu.” Pria itu meletakkan ponselnya di atas meja. “Tany
Hari ini Bian berada di depan daycare. Sebelum berangkat ke luar kota. Dia ingin melihat anaknya terlebih dahulu. Dia akan pergi bersama dengan Edo untuk bertugas. “Bapak tidak ingin menemuinya?” Bian sadar dari lamunannya setelah Edo berkata demikian. Biar saja seperti ini. Dia hanya ingin melihat si kecil naik ke mobil ketika Jasmine datang menjemput anak mereka. “Aku hanya ingin melihatnya dengannya seperti ini. Aku tidak mau terlalu menonjol, Edo. Apalagi dia sangat mirip denganku. Jangan sampai Freya tahu soal ini.” Edo hanya menganggukkan kepalanya. Bian melihat dari jendela mobilnya kalau anak itu sudah keluar dari sana. Jasmine yang menggandeng tangan kecil itu. Ada rasa ingin turun dan menemui anaknya. Tapi dia tidak bisa mengganggu kehidupan mantan istrinya dan juga anak mereka. “Ayo jalan, Edo!” Dia langsung meminta Edo meninggalkan daycare tempat di mana anaknya menghabiskan waktu sehari-hari. Di perjalanan, Edo mengatakan. “Apakah Bapak tidak ingin mengambil ha
“Apakah kamu di rumah?” tanya Freya.Wanita itu menghubunginya setiap hari. Setiap saat dia harus memberikan kabar untuk wanita yang sebenarnya ingin dia nikahi. Wanita itu yang tidak mau untuk melanjutkan suatu hubungan dengannya. Terlalu menjadikan sebuah kesibukan itu alasan mereka tidak bisa bersama.“Aku ada di rumah.” “Aku akan ke sana,” ucapnya dari seberang telepon.Baru saja dia mengeringkan rambutnya. Bian langsung menjawab. “Tidak perlu, Freya. Aku ingin istirahat lebih awal. Aku kelelahan sekali hari ini. Aku baru pulang dari kantor barusan. Lalu kemudian aku mandi dan menghabiskan waktu di kantor sepanjang hari terasa sedikit melelahkan.”“Baiklah. Kalau begitu aku akan keluar bersama teman-temanku. Kalau kamu tidak keberatan nanti, kamu bisa mencariku di kelab seperti biasa.”Tidak, dia tidak akan ke tempat seperti itu. Dia rela menghabiskan waktunya di rumah untuk istirahat. Dia mulai untuk mengingat kembali alamat rumah yang dia berikan untuk Jasmine dulu.Sabtu m
“Mama, kapan aku boleh ikut?”Jasmine duduk di berjongkok ketika dia baru saja pulang dari kantor. Tadi pagi dia mengantar anaknya ke tempat biasa. Si kecil selalu menangis untuk ikut semenjak Bian mengatakan kalau anaknya boleh ikut ke kantor. Padahal, dia tidak ingin kalau ada orang lain yang mengganggu.Jasmine tidak mau juga kalau si kecil bertemu dengan Freya. Wanita itu terlalu mengerikan bagi Jasmine.“Ya, sabar aja, Sayang. Mama sibuk banget. Belum bisa bawa ke sana. Mama juga sering keluar kantor. Om Bian selalu ngajakin kerja di luar.”Anaknya menatap dengan iba. Entah kenapa dia semakin melihat anaknya selalu berharap setiap kali ada pertemuan Jasmine dengan orang lain. Memang menjadi seorang janda anak satu tidak pernah dia bayangkan. Waktu itu juga dia tidak menyangka sedang hamil. Mungkin dia tidak masalah kalau kehilangan perawannya. Akan tetapi kalau hamil lalu kemudian bercerai, itu tidak pernah masuk ke dalam list di dalam hidupnya.Banyak hal yang membuatnya t
“Kenapa gaji saya sangat banyak?” tanya Jasmine kepada Bian yang sedang di meja kerjanya.Wanita itu berdiri di depan Bian saat menanyakan jumlah gaji. Bian menutup berkasnya dan menatap wanita itu. “Gajimu mengikuti aturan perusahaan ini. Jadi, kamu tidak perlu bertanya.”“Oh, maaf. Saya pikir gaji saya mengikuti peraturan perusahaan lama, karena saya di sini hanya sebentar.”“Kamu bisa mengisi yang kosong, Jasmine. Nanti setelah Sierra kembali. Kamu bisa isi jabatan yang lain. Jarak rumahmu juga ke tempat ini tidak terlalu jauh.”Jasmine menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu, Pak. Saya akan kembali ke kantor lama saja nantinya.”“Oke, terserah kamu. Aku hanya menawarkan.”Padahal Bian ingin melindungi anaknya. Sekalipun tidak ada hubungan lagi antara mereka. Hubungan suami istri mereka telah usai beberapa tahun lalu. Dia tidak ingin ada hal berbahaya yang menyentuh anaknya.Sekalipun 24 jam tidak bisa mengawasi anaknya. Akan tetapi Bian tetap saja merasa kalau dirinya perlu meneman