Home / Romansa / Mengejar Cinta Puteri Bangsawan / Bab 4. Bukan Menantu Pilihan

Share

Bab 4. Bukan Menantu Pilihan

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2024-05-25 00:51:26

Arjuna membiarkan Ulupi merekam kejadian itu. Ia merasa tak perlu menangkap basah mereka. Membuat keributan di tempat umum bukan kebiasaannya.

Ulupi minta turun di hotel. Arjuna pergi ke kantor. Menenangkan pikiran dalam kesendirian lebih baik baginya ketimbang menunggu mereka check out.

Arjuna memperhatikan kujang emas sambil duduk dengan lesu di kursi kerja. Kujang itu selalu dibawa ke mana ia pergi, siapa tahu ia bertemu secara kebetulan dengan pemiliknya.

Arjuna belum menemukan jawaban, bagaimana kujang bernilai ratusan miliar sampai tertinggal di kamar hotel? Apakah bapaknya seorang pejabat penting sehingga buru-buru pergi karena kuatir tertangkap tim OTT?

Telpon internal di meja berbunyi, ia tekan tuts.

"Maaf mengganggu, Pak." Terdengar suara sekretaris lewat loud speaker. "Ada tamu."

"Hari ini tidak ada schedule menerima tamu."

Arjuna sedang tidak ingin diganggu. Pikirannya lagi kacau. Ibunya mendesak untuk menjual kujang emas, ada tawaran menggiurkan dari kolektor kelas kakap dari negeri jiran.

Ibunya menginginkan Arjuna untuk melupakan bapaknya dan mengakhiri pencarian sia-sia.

Arjuna menolak, ia ingin menjadikan kujang emas sebagai pengganti ayahnya, sehingga perlu dipertahankan sampai akhir hayat.

"Tamu itu ada urusan penting dan mendesak," ujar sekretaris. "Apa diminta datang lain kali?"

Arjuna berpikir sejenak, lalu berkata, "Ya sudah, antar ke ruanganku."

Arjuna menyimpan kujang emas di laci meja. Kemudian masuk seorang perempuan cantik jelita dengan dandanan sangat modis.

"Bagaimana sekretarismu sampai tidak mengenali aku?" gerutu Chitrangada. "Aku merasa seperti tamu asing di kantor ini."

"Siska baru dua hari di ruangan itu, pengganti sementara sekretarisku, ia cuti hamil. Kau kan bisa langsung masuk. Aku tidak mau diganggu untuk tamu, bukan untuk calon istri."

"Aku tidak mau disebut mentang-mentang."

"Lalu apa urusan penting dan mendesak itu?"

Arjuna menganggap peristiwa di lobi hotel berbintang itu bukan peristiwa penting dan mendesak, ia berniat meminta penjelasan saat makan siang, tapi Chitrangada keburu datang.

Arjuna percaya mereka berada di hotel itu bukan untuk kepentingan syahwat. Terlalu murah harga kesetiaan Chitrangada.

Arjuna kira kedatangan calon istrinya untuk membahas lamaran yang tinggal beberapa hari lagi, ia ingin minta penangguhan karena bapaknya belum ditemukan.

"Mengenai ..."

Chitrangada memotong kalimat Arjuna, "Mengenai kejadian kemarin, aku ada pertemuan dengan kolega bisnis. Aku datang bersama wakilku, Wisnu Pratama."

"Bagaimana Ulupi sampai tidak mengenal dirimu?"

"Kamu juga tidak mengenal Wisnu."

"Aku tidak pernah bertemu dengannya."

"Ulupi juga tidak pernah bertemu denganku. Makanya ia merekam semua kejadian itu."

"Lalu Ulupi mencak-mencak padamu?"

"Justru Wisnu marah-marah pada Ulupi."

Arjuna heran. "Kok bisa? Wisnu merasa dipermalukan dengan rekaman itu?"

"Wisnu curiga kalian CLBK. Aku baru tahu kalau Ulupi mantan terindah di SMA."

Chitrangada menatap tajam sampai menikam hati Arjuna.

"Sedikit-sedikit mantan terindah."

Arjuna sangat tertutup dengan masa lalunya. Ia merasa tiada guna menceritakan mantan di depan calon istri, hanya menciptakan suasana kurang nyaman.

Arjuna merasa seperti itu setiap kali Chitrangada bercerita tentang masa lalunya.

"Aku terpaksa turun tangan untuk mendinginkan Wisnu, padahal seharusnya tanggung jawabmu."

"Ulupi bercerita kalau ia seharian bersamaku?"

"Ulupi berusaha jujur kepada calon suaminya."

"Lalu aku tidak berusaha jujur kepadamu? Dalam kasus ini, jujur dan bodoh tidak ada bedanya."

Ulupi seperti cari perkara dengan mengaku jalan bersama mantan. Barangkali maksudnya untuk mengompori Wisnu.

Ulupi terkesan playing victim manakala kenyataannya mereka ada meeting dengan kolega.

"Aku kira Ulupi bukan bodoh," bela Chitrangada. "Ia tak mengerti berkeliling kota seharian untuk sebilah kujang emas."

"Berarti aku bodoh, mestinya menjual kujang emas dengan harga terakhir empat ratus miliar."

Chitrangada memandang kaget. "Kujang macam apa sampai bernilai setinggi itu?"

Arjuna mengeluarkan kujang emas dari laci meja dan menunjukkan kepada calon istrinya.

Chitrangada seakan tidak tertarik. "Apakah kujang ini sangat bermasalah bagimu sampai menyita waktumu untuk mencari pemiliknya? Aku sekedar mengingatkan, kesempatan lamaran tinggal beberapa hari lagi."

"Jadi aku tidak ada kesempatan lagi setelah itu?"

"Papi merasa dipermainkan kalau kau mengulur-ulur waktu."

"Aku tidak mengulur-ulur waktu."

"Lalu kenapa bapakmu belum pulang juga dari luar negeri?"

Arjuna merasa perlu menyampaikan kebohongan yang mempertaruhkan cintanya, "Bapakku sebenarnya tidak setuju dengan pilihanku. Jadi ia tak bisa datang."

Chitrangada terdiam.

"Aku sedang berusaha melobi bapakku, sebab aku sudah terlanjur sayang."

"Ada calon dari bapakmu?"

"Rara Ireng, pengusaha dari negeri jiran."

Chitrangada terkejut.

"Kau kenal?"

"Aku meeting dengannya kemarin, siang ini ada penandatanganan kerja sama."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 96. Kemesraan Terpanas

    Srikandi perang tergolek lemas di atas rumput. Matanya tampak sayu. Ia mengalami guncangan hebat setelah menyadari apa yang terjadi. Mengapa ia sampai berhalusinasi bercinta dengan seorang ksatria gagah dan tampan? Padahal ksatria jelek saja enggan kalau tak diiming-imingi ringgit. Kemarahan membakar hatinya. Namun ia sulit bergerak untuk membunuh kingkong yang berdiri penuh kepuasan itu. Tenaganya habis terkuras melayani nafsu binatang itu, ia mungkin sudah mati kalau saja tak mengalir energi aneh dari persenggamaan itu. "Berisik!" sergah Arjuna saat Kong belum berhenti juga dengan erangannya. "Binatang saja muak mendengar eranganmu! Kau ingin membuat kupingku pekak?" Kong berhenti mengerang. Ia mendatangi Arjuna yang duduk menunggu di akar besar. "Wangsit palsu itu sungguh memanjakan dirimu," gerutu Arjuna jengkel. "Aku tidak melihat perubahan pada dirimu, selain basah di bawah." "Kau...perhatikan...lagi...baik-baik...." Arjuna terpukau mendengar Kong dapat berb

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 95. Percuma Keluar Keringat Bertarung

    Dalam satu kesempatan Kong berhasil menangkap kaki srikandi perang, ia memutar kaki itu dan mendorongnya. Srikandi perang jatuh terhempas. Kong segera menotok saraf motorik, srikandi perang merasa seluruh ototnya lemas, tak kuasa bangun. "Bedebah!" geram srikandi perang. "Lepaskan totokanmu!" Kong segera membawa srikandi perang ke bawah pohon rindang. Komandan pasukan pemburu itu mendelik tanpa kuasa untuk melepaskan diri. "Jahanam!" maki srikandi perang. "Apa yang hendak kau lakukan?" Kong membaringkan srikandi perang di atas daun mati. Wanita itu semakin deras memaki-maki. "Antara melaksanakan wangsit dan kebelet, kau tak ada bedanya, Kong," sindir Arjuna. "Aku curiga kau menjadikan wangsit untuk melampiaskan hasratmu." Kong menjelaskan bahwa wangsit itu perlu dibuktikan kebenarannya. Ia sendiri kurang yakin, namun tidak rugi seandainya suara gaib itu berdusta, meski wanita itu bukan seleranya. "Aku kira suara gaib itu ingin menonton kalian secara live," kata Arjuna.

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 94. Jadi Raja Sungguh Enak

    Ksatria pemburu bertumbangan kena amuk naga sakti. Pedang mereka tidak mempan untuk melukai, kulit naga seakan membal. Para ksatria itu menjadi bulan-bulanan naga sakti. Kematian adalah akhir dari perlawanan mereka. Ksatria berjubah biru yang sedang menghadapi Arjuna tampak gentar menyaksikan kawannya tewas satu per satu. "Jadi kau pewaris Pedang Mustika Manik?" tanya ksatria berjubah biru. "Bagaimana manusia seperti dirimu terpilih menjadi ksatria perang? Kau lebih cocok jadi pangeran dengan dikelilingi puteri cantik jelita, gerakanmu terlalu lembut untuk memainkan pedang." Keunikan ilmu pedang kuno yang dimiliki Arjuna adalah laksana penari memainkan pita, terlihat kurang bertenaga, menitikberatkan pada keseimbangan chi, selaras dengan jurus tai chi yang dipelajarinya. Sekali terkena pukulan, organ tubuh dalam akan remuk. Pedang di tangan musuh akan terbabat putus dengan aliran chi lebih besar. Ksatria berjubah biru tidak menyadari bahaya itu. "Aku tidak bangga terpi

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 93. Kutunggu Janjimu

    "Aku ada masalah dengan kejujuran perempuan." Arjuna ingin menyindir Dara Hiti. Empat Iblis Hitam tidak ada maksud jahat kepada dirinya. Mereka hanya ingin memanfaatkan. Kong seakan siap menjadi pelindung mereka. Padahal Arjuna mesti turun tangan kalau ia mendapat kesulitan. Kong takkan mampu mengatasi pasukan pemburu meski dibantu Empat Iblis Hitam. Kemampuan mereka sangat tinggi. Ilmu dewa yang tersisa hanya kemampuan berlari yang luar biasa. "Kapan aku pernah berbohong kepadamu?" tanya Dara Hiti. "Aku pergi ke utara bukan untuk kabur, aku mengambil jalan memutar untuk ke kastil selatan." "Mengambil jalan memutar itu ke barat atau timur, bukan pergi ke arah sebaliknya." Empat Iblis Hitam sebetulnya ingin pergi ke kampung Pawon di utara, kekacauan di daerah itu mulai mereda, mereka ingin menunggu perkembangan di Batulayang. Kampung itu menjadi daerah paling bergejolak setelah istri Bairawa terbunuh oleh pasukan Senopati Aryaseta. Penyerbuan ke kastil selatan a

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 92. Bermasalah Dengan Perempuan Cantik

    Dara Hiti melompat ke udara dan berguling beberapa kali lalu mendarat di dekat Arjuna. Dara Hiti bertanya untuk memastikan, "Kau serius?" Arjuna balik bertanya, "Bukankah kau sudah menyatakan bersedia menjadi budak nafsu? Alangkah baiknya ada pembuktian terlebih dahulu." Srikandi perang membentak, "Siapa kau? Jangan meminta Dara Hiti untuk melakukan perbuatan yang dikecam para dewata! Empat Iblis Hitam bukan ditakdirkan untuk jadi budak nafsu!" "Nah, aku menginginkan dirimu menjadi budak nafsu Kong!" "Raja Langit pasti murka! Aku lebih-lebih!" Kong keluar dari arena pertarungan dengan jungkir balik di udara, lalu berdiri di hadapan Arjuna. Dengan bahasa isyarat Kong bertanya, apa maksud Arjuna meminta srikandi perang menjadi budak nafsu? Apakah ia ingin menonton pertunjukan spektakuler secara gratis? Srikandi perang bukan seleranya. "Jadi kingkong saja belagu." Kong hanya ingin melaksanakan wangsit itu. Ia harus melumpuhkan wanita itu untuk diajak bercinta, sekali s

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 91. Tidak Tahu Berterima Kasih

    Arjuna memuji kecerdikan Dara Hiti memancing emosi srikandi perang. Ia memanfaatkan dirinya untuk mengeksploitasi suasana. "Aku tahu kau tak pernah berniat menjadi budak nafsu," kata Arjuna pelan. "Kau kira segampang itu berdusta padaku." Arjuna sebenarnya menginginkan Empat Iblis Hitam menjadi istri Kong. Barangkali kerelaan mereka menjadi istri akan membebaskan dirinya dari kutukan. Satu-satunya cara untuk membebaskan kutukan abadi dengan membuat murka pencipta kutukan itu. Dewi cinta pasti didesak untuk mencabut kutukannya. Kong bukan pembangkang Raja Langit, ia hanya tidak mampu mengendalikan nafsu. "Aku harus membunuh kalian untuk mewakili kemurkaan baginda raja!" kata srikandi perang. "Bersiap-siaplah menghadapi kematian!" "Kau terlalu menganggap remeh Kong!" teriak Dara Hiti. "Ketahuilah, ksatria perang memberikan pataka dan kujang emas kepada Kong karena kesaktiannya di atas dirimu!" "Ksatria perang hanyalah legenda terlupakan! Banyak tokoh sakti mencari Peda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status