"Celaka!"
Arjuna terduduk lemas di kursinya. Nasib baik seolah tak berpihak padanya. Padahal ia menyebutkan nama yang sekiranya tidak dikenal, ternyata menjadi rekan bisnis Chitrangada. "Kenapa aku bilang Rara Ireng pilihan bapakku?" Rara Ireng adalah musuh bebuyutan sewaktu SMA, dan menjadi kompetitor bisnis setelah mereka menjadi CEO. Perseteruan mereka barangkali sampai kiamat kalau Rara Ireng tidak meneruskan bisnis ayahnya dan tinggal di Kuala Lumpur. Perusahaan di Jakarta dipegang adiknya, Arjuna baru merasa tenteram dan damai. Chitrangada muncul dari toilet, ia mengeluh, "Aku tidak tahu apa keistimewaan Rara Ireng sampai ayahmu tidak menyetujui aku jadi menantunya." "Mantannya lebih sedikit." "Ada pengaruhnya bagimu?" "Tidak ada." Mantan Arjuna juga banyak sampai kemudian ia menemukan gadis yang cocok untuk mengakhiri petualangannya. "Aku tinggal di Boston untuk menimba ilmu, bukan menimba budaya mereka," kata Chitrangada. "Lalu apa masalahnya dengan paham konservatif bapakmu?" "Jangan memperdebatkan hal yang aku sendiri muak." "Bagaimana jika bapakmu bersikeras tidak mau datang untuk melamar diriku?" "Jawabannya ada di papi kamu." "Papiku pasti tersinggung. Jadi aku minta kamu datang bersama bapakmu meski bapak pura-pura." Chitrangada memilih jadi perawan tua ketimbang berumah tangga selain dengan Arjuna. Keinginan Papi sebenarnya sederhana, ia menginginkan Arjuna datang bersama bapaknya, sebagaimana melamar putri orang terpandang. "Hari ini kita lunch di restoran hotel di mana Rara Ireng menginap." "Aku lagi menunggu tamu." "Kau bilang hari ini tidak mau diganggu." "Ibuku memaksa. Bagaimana aku dapat menolak permintaan presiden komisaris?" Kolektor barang antik dari negeri jiran ingin melihat kujang emas yang ditawarkan ibunya, ia sudah berada di Jakarta, jadi tidak mungkin ditolak. Arjuna curiga kolektor itu adalah bapaknya, ia berani menaikkan tawaran secara fantastis tanpa melihat barangnya secara langsung. Arjuna bahkan rela memberikannya secara cuma-cuma asal kolektor itu bersedia untuk tes DNA. "Bukan alibimu untuk menjaga perasaanku karena bertemu calon kan?" "Rara Ireng tidak tahu kalau ia menantu idaman bapakku. Aku juga belum pernah penjajakan." "Jadi keinginan bapakmu saja?" "Bapakku menginginkan menantu terbaik untuknya, bukan untukku." Padahal Arjuna kuatir kontrak kerja sama mereka ambyar kalau ia hadir dalam pertemuan itu. Satu-satunya lelaki paling menyebalkan dan dibiarkan hidup dalam pikiran Rara Ireng adalah Arjuna. Ia takut lupa dengan permusuhan mereka kalau wajah itu dilenyapkan dari otaknya. Rara Ireng sakit hati disebut cewek kloning gara-gara nama belakang tidak sesuai dengan kulitnya yang putih eksotik. "Jadi menurutmu siapa yang terbaik?" "Yang bertanya." "Pertahankan cintamu karena di hatiku tidak ada lagi selain cintamu." Keteguhan Chitrangada memaksa Arjuna berusaha keras menemukan bapaknya. Kesempatan terakhir adalah kolektor dari negeri jiran itu. Arjuna mengantar Chitrangada sampai basement parkir, ia berpesan, "Jangan bicara apapun tentang diriku, kecuali kau ingin Rara Ireng berubah pikiran." "Jangan paksa juga bapakmu, kecuali ingin hidup kita ribet." "Sudah ada relawan untuk bapak pura-pura, tapi ujungnya ribet juga kalau papimu tahu." "Jangan sampai tahu sebelum kita married." Risiko terburuk, Chitrangada dicoret jadi penerus dinasti, ia siap memulai karir dari nol. Arjuna tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ayahnya mesti ditemukan. Arjuna mencari biodata Datuk Cakil di internet; ia seorang pengusaha terkemuka Asia Tenggara, kolektor seni, mempunyai tiga anak dari tiga istri, pecandu adrenalin. "Hobi aneh untuk seorang taipan," komentar Arjuna sambil masuk lift khusus menuju lantai paling tinggi. "Petualang cinta juga. Kuat dugaan, aku adalah anak pertama dari cinta satu malam." Datuk Cakil mengambil istri setelah tragedi di hotel berbintang itu. Ia ingin menghapus jejak dengan mempersunting perempuan Melayu. Arjuna berarti anak tak dianggap, ia tersinggung. Datuk Cakil sangat merendahkan ibunya gara-gara banyak TKW di negeri jiran. "Jangan berpikir kejauhan," kata ibunya. "Gara-gara kau jadi calon menantu tak dianggap, maka langsung saja berpikiran begitu." "Ibu tidak curiga kalau Datuk Cakil adalah pemilik kujang emas?" "Datuk Cakil bukan pria di malam itu, aku ingat wajahnya." "Malam itu Ibu separuh sadar karena pengaruh obat, bagaimana Ibu ingat wajahnya?" Sekretaris Dewi Priti memberi tahu lewat telpon internal kalau tamu dari tanah Melayu sudah datang. "Persilakan masuk," kata Dewi Priti. "Baik, Bu." Selang kemudian Datuk Cakil masuk bersama pengacaranya. Dewi Priti mempersilakan duduk, ia berkata kepada putranya, "Cepatlah kau ambil barangnya." Arjuna pergi ke ruang kerjanya. Ia sebetulnya keberatan kujang emas dijual, namun ia sulit menolak keinginan ibunya. Gara-gara kujang emas kerjanya terbengkalai. Beberapa agenda dijadwal ulang karena belum ada persiapan. Arjuna membuka laci meja. Ia terkejut kujang emas tidak ada. "Siapa yang mengambil?"Srikandi perang tergolek lemas di atas rumput. Matanya tampak sayu. Ia mengalami guncangan hebat setelah menyadari apa yang terjadi. Mengapa ia sampai berhalusinasi bercinta dengan seorang ksatria gagah dan tampan? Padahal ksatria jelek saja enggan kalau tak diiming-imingi ringgit. Kemarahan membakar hatinya. Namun ia sulit bergerak untuk membunuh kingkong yang berdiri penuh kepuasan itu. Tenaganya habis terkuras melayani nafsu binatang itu, ia mungkin sudah mati kalau saja tak mengalir energi aneh dari persenggamaan itu. "Berisik!" sergah Arjuna saat Kong belum berhenti juga dengan erangannya. "Binatang saja muak mendengar eranganmu! Kau ingin membuat kupingku pekak?" Kong berhenti mengerang. Ia mendatangi Arjuna yang duduk menunggu di akar besar. "Wangsit palsu itu sungguh memanjakan dirimu," gerutu Arjuna jengkel. "Aku tidak melihat perubahan pada dirimu, selain basah di bawah." "Kau...perhatikan...lagi...baik-baik...." Arjuna terpukau mendengar Kong dapat berb
Dalam satu kesempatan Kong berhasil menangkap kaki srikandi perang, ia memutar kaki itu dan mendorongnya. Srikandi perang jatuh terhempas. Kong segera menotok saraf motorik, srikandi perang merasa seluruh ototnya lemas, tak kuasa bangun. "Bedebah!" geram srikandi perang. "Lepaskan totokanmu!" Kong segera membawa srikandi perang ke bawah pohon rindang. Komandan pasukan pemburu itu mendelik tanpa kuasa untuk melepaskan diri. "Jahanam!" maki srikandi perang. "Apa yang hendak kau lakukan?" Kong membaringkan srikandi perang di atas daun mati. Wanita itu semakin deras memaki-maki. "Antara melaksanakan wangsit dan kebelet, kau tak ada bedanya, Kong," sindir Arjuna. "Aku curiga kau menjadikan wangsit untuk melampiaskan hasratmu." Kong menjelaskan bahwa wangsit itu perlu dibuktikan kebenarannya. Ia sendiri kurang yakin, namun tidak rugi seandainya suara gaib itu berdusta, meski wanita itu bukan seleranya. "Aku kira suara gaib itu ingin menonton kalian secara live," kata Arjuna.
Ksatria pemburu bertumbangan kena amuk naga sakti. Pedang mereka tidak mempan untuk melukai, kulit naga seakan membal. Para ksatria itu menjadi bulan-bulanan naga sakti. Kematian adalah akhir dari perlawanan mereka. Ksatria berjubah biru yang sedang menghadapi Arjuna tampak gentar menyaksikan kawannya tewas satu per satu. "Jadi kau pewaris Pedang Mustika Manik?" tanya ksatria berjubah biru. "Bagaimana manusia seperti dirimu terpilih menjadi ksatria perang? Kau lebih cocok jadi pangeran dengan dikelilingi puteri cantik jelita, gerakanmu terlalu lembut untuk memainkan pedang." Keunikan ilmu pedang kuno yang dimiliki Arjuna adalah laksana penari memainkan pita, terlihat kurang bertenaga, menitikberatkan pada keseimbangan chi, selaras dengan jurus tai chi yang dipelajarinya. Sekali terkena pukulan, organ tubuh dalam akan remuk. Pedang di tangan musuh akan terbabat putus dengan aliran chi lebih besar. Ksatria berjubah biru tidak menyadari bahaya itu. "Aku tidak bangga terpi
"Aku ada masalah dengan kejujuran perempuan." Arjuna ingin menyindir Dara Hiti. Empat Iblis Hitam tidak ada maksud jahat kepada dirinya. Mereka hanya ingin memanfaatkan. Kong seakan siap menjadi pelindung mereka. Padahal Arjuna mesti turun tangan kalau ia mendapat kesulitan. Kong takkan mampu mengatasi pasukan pemburu meski dibantu Empat Iblis Hitam. Kemampuan mereka sangat tinggi. Ilmu dewa yang tersisa hanya kemampuan berlari yang luar biasa. "Kapan aku pernah berbohong kepadamu?" tanya Dara Hiti. "Aku pergi ke utara bukan untuk kabur, aku mengambil jalan memutar untuk ke kastil selatan." "Mengambil jalan memutar itu ke barat atau timur, bukan pergi ke arah sebaliknya." Empat Iblis Hitam sebetulnya ingin pergi ke kampung Pawon di utara, kekacauan di daerah itu mulai mereda, mereka ingin menunggu perkembangan di Batulayang. Kampung itu menjadi daerah paling bergejolak setelah istri Bairawa terbunuh oleh pasukan Senopati Aryaseta. Penyerbuan ke kastil selatan a
Dara Hiti melompat ke udara dan berguling beberapa kali lalu mendarat di dekat Arjuna. Dara Hiti bertanya untuk memastikan, "Kau serius?" Arjuna balik bertanya, "Bukankah kau sudah menyatakan bersedia menjadi budak nafsu? Alangkah baiknya ada pembuktian terlebih dahulu." Srikandi perang membentak, "Siapa kau? Jangan meminta Dara Hiti untuk melakukan perbuatan yang dikecam para dewata! Empat Iblis Hitam bukan ditakdirkan untuk jadi budak nafsu!" "Nah, aku menginginkan dirimu menjadi budak nafsu Kong!" "Raja Langit pasti murka! Aku lebih-lebih!" Kong keluar dari arena pertarungan dengan jungkir balik di udara, lalu berdiri di hadapan Arjuna. Dengan bahasa isyarat Kong bertanya, apa maksud Arjuna meminta srikandi perang menjadi budak nafsu? Apakah ia ingin menonton pertunjukan spektakuler secara gratis? Srikandi perang bukan seleranya. "Jadi kingkong saja belagu." Kong hanya ingin melaksanakan wangsit itu. Ia harus melumpuhkan wanita itu untuk diajak bercinta, sekali s
Arjuna memuji kecerdikan Dara Hiti memancing emosi srikandi perang. Ia memanfaatkan dirinya untuk mengeksploitasi suasana. "Aku tahu kau tak pernah berniat menjadi budak nafsu," kata Arjuna pelan. "Kau kira segampang itu berdusta padaku." Arjuna sebenarnya menginginkan Empat Iblis Hitam menjadi istri Kong. Barangkali kerelaan mereka menjadi istri akan membebaskan dirinya dari kutukan. Satu-satunya cara untuk membebaskan kutukan abadi dengan membuat murka pencipta kutukan itu. Dewi cinta pasti didesak untuk mencabut kutukannya. Kong bukan pembangkang Raja Langit, ia hanya tidak mampu mengendalikan nafsu. "Aku harus membunuh kalian untuk mewakili kemurkaan baginda raja!" kata srikandi perang. "Bersiap-siaplah menghadapi kematian!" "Kau terlalu menganggap remeh Kong!" teriak Dara Hiti. "Ketahuilah, ksatria perang memberikan pataka dan kujang emas kepada Kong karena kesaktiannya di atas dirimu!" "Ksatria perang hanyalah legenda terlupakan! Banyak tokoh sakti mencari Peda